Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PERMOHONAN peninjauan penggunaan ganja untuk alasan medis menyeruak ketika seorang ibu, Santi Warastuti membawa poster bertulisan 'Tolong Anakku Butuh Ganja Medis' dalam car free day yang digelar di Jakarta Juni lalu. Santi mengatakan, putrinya, Pika, membutukan ekstrak ganja untuk meredakan kejang yang dia alami akibat cerebral palsy (CP). Selain CP, epilepsi juga diklaim bisa diterapi dengan ganja. Nafiah Murhayati, ibu dari seorang anak penderita epilepsi, juga menjadi pemohon uji materi UU Narkotika di Mahkamah Konstitusi.
Cannabinoid atau senyawa dari ganja bisa menjadi alternatif dari epilepsi, namun tidak semua jenis epilepsi efektif menggunakan senyawa cannabis ini. Meski begitu masih banyak studi yang belum konklusif terutama dalam keamanan.
"Cannabinoid dapat digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvan) pada epilepsi, tapi tidak semua tipe epilepsi bisa efektif. Digunakan terutama untuk epilepsi yang sudah resisten dengan obat anti epilepsi yang ada," kata Dokter Spesialis Saraf RS Pondok Indah Dr dr Fitri Octaviana SpS(K) saat dihubungi, Jumat (22/7).
Baca juga: Atur Pola Makan dan Aktivitas Anak Sekolah
Baca juga: Tingkatkan Kesadaran untuk Cegah dan Kendalikan Hepatitis di Tanah Air
Berdasarkan artikel yang ditulis Hospital das Clínicas da Faculdade de Medicina da Universidade de São Paulo, Brazil dan Federal University of Amazonas, Manaus, Brazil pada 2020 menjelaskan Tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD) dapat diperoleh dari ganja, untuk THC tidak efektif pada epilepsi karena efek kontrol yang tidak pasti. THC mungkin menimbulkan risiko ketergantungan, depresi, psikosis, dan upaya bunuh diri sehingga tidak direkomendasikan.
Sementara CBD memiliki profil keamanan yang lebih baik. Biasanya, efek samping (Adverse events/AEs) ringan dan hanya diamati pada bulan pertama. Efek sampingnya hanya mengantuk, nafsu makan berkurang, diare, muntah, kelelahan, dan demam. Tingkat diskontinuitas CBD hanya 3-13 persen saja.
"CBD tidak memiliki efek psikoaktif sehingga memiliki kemanjuran anti epilepsi yang lebih konsisten daripada THC. CBD juga tidak mengaktifkan reseptor cannabinoid. Namun akan berinteraksi dengan beberapa sistem pensinyalan lainnya," tulis penelitian tersebut.
Hubungan antara kadar plasma CBD dan kontrol kejang hanya diketahui sebagian. Ada korelasi linier positif antara dosis CBD dengan kisaran 5-50 mg/kg/hari dan kadar plasma CBD kisaran 7,1-1,200 ng/mL.
Peningkatan kadar CBD sebesar 100 ng/mL terbukti berhubungan dengan penurunan frekuensi kejang sekitar dua hitungan per periode waktu. Pasien dewasa dengan epilepsi kurang terwakili di sebagian besar uji coba CBD.
Dokter Fitri menegaskan melihat rekomendasi penelitian tersebut tidak semua epilepsi bisa diobati dengan Canabinoid. Hanya dapat dicobakan pada pasien yang tidak respons baik dengan obat anti epilepsi yang ada. "Tidak semua epilepsi efektif dengan canabinoid, ada studi yang menunjukkan efektif, ada juga yang tidak, jadi tidak bisa digeneralisasi masih perlu penelitian lagi," ujar dr Fitri.
Senada, dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi dokter sepsialis saraf Aris Catur Bintoro meminta MK menolak judicial review legalisasi ganja. Ia mengatakan, bahkan organisasi epilepsi dunia (ILEA/International League Against Epilepsy) belum sepakat ganja bisa dipakai untuk terapi kesehatan meskipun jumlah penderita tergolong besar, yakni tercatat lebih dari 8,2/1000 penduduk di dunia.
"Penggunaan kanabis sebagai salah satu obat antiepilepsi di Indonesia saat ini tidak diperlukan mengingat dukungan penelitian masih kurang, guideline tatalaksana pengobatan epilepsi yang menyatakan kanabis tidak banyak. Adanya efek samping dalam penggunaan jangka panjang serta pilihan terapi yang lain, seperti pengobatan, pembedahan, dan diet ketogenik masih bisa dimanfaatkan," tegas Aris. (H-3)
Di AS dan Kanada, DEA masing masing negara menempatkan Tramadol ke dalam CSA Schedule IV, hanya setingkat di bawah penyalahgunaan obat turunan morfin Ketamin.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan agar dilakukan riset mendalam terhadap tanaman kratom.
PEMERINTAH memohon kepada Komisi III DPR RI untuk merampungkan pembahasan revisi UU Narkotika. Menkumham Yasonna Hamonangan Laoly
Masyarakat ingin ganja untuk kesehatan ini diakomodasi lewat revisi UU Narkotika. Jangan ada lagi kasus seperti yang dialami Fidelis di Pontianak.
RUU Perampasan Aset dinilai perlu diharmonisasi dengan UU Korupsi, Narkotika dan Terorisme, bila resmi disahkan menjadi undang-undang.
JAKSA Penuntut Umum (JPU) menyatakan terdapat sejumlah hal yang memberatkan bagi terdakwa kasus peredaran narkoba jenis sabu, AKBP Dody Prawiranegara.
Anggota Komisi II DPR RI Muhammad Khozin mengkritik putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memisahkan penyelenggaraan pemilu nasional dan pemilu daerah
Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan uji materi terhadap Pasal 229 UU MD3 yang meminta agar semua rapat DPR wajib digelar di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
MAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan bahwa mulai tahun 2029, pemilihan umum (pemilu) di Indonesia harus diselenggarakan secara terpisah antara pemilu nasional dan pemilu daerah.
EDITORIAL Media Indonesia (14/6/2025) berjudul ‘Bertransaksi dengan Keadilan’ menyodorkan perspektif kritis di balik rencana penaikan gaji hakim oleh negara.
Supratman mengatakan bahwa para pemohon tidak memiliki kedudukan hukum atau legal standing yang memadai sebab bukan prajurit aktif dan bukan siswa sekolah kedinasan militer.
menggelar sidang pemeriksaan uji formil UU TNI, Menteri Hukum Supratman Andi Agtas dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memberikan keterangan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved