Headline
Putusan MK harus jadi panduan dalam revisi UU Pemilu.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KETUA Kelompok Kerja (Pokja) Hipertensi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI) Badai Bhatara Tiksnadi mengingatkan pentingnya mengukur tekanan darah secara rutin sebelum muncul keluhan.
Pasalnya, tekanan darah tinggi atau hipertensi biasanya tidak menimbulkan keluhan sehingga saat mungkin seseorang tidak menyadari jika dia mengalami kondisi tersebut sehingga sering disebut sebagai the silent killer.
"Memang, tekanan darah tinggi itu tidak ada keluhan dan sangat mungkin seseorang tidak mengetahui bahwa dia mempunyai tekanan darah tinggi. Maka, penting untuk mengukur tekanan darah sebelum ada keluhan," ujar Badai saat virtual media gathering, dikutip Selasa (24/5).
Baca juga: Tidak Patuh Minum Obat Bisa Sebabkan Pengidap Hipertensi Alami Komplikasi
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari 25,8% pada 2013 menjadi 34,11% pada 2018.
Data itu juga menunjukkan hipertensi tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia, tapi juga pada kelompok umur di bawah 45 tahun, bahkan pada usia remaja atau dewasa muda.
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi di otak sehingga seseorang bisa terkena stroke. Selain itu, juga dapat menyebabkan kerusakan retina mata atau retinopati, penyumbatan pembuluh darah, gagal jantung, dan gagal ginjal.
"Tekanan darah tinggi itu berarti tekanan di pembuluh darahnya tinggi. Setiap organ itu kan ada pembuluh darahnya. Apabila diberikan tekanan yang terus menerus tentu akan terjadi kerusakan," jelas Badai.
Sayangnya, lanjut Badai, sebagian orang baru menyadari dirinya mengalami hipertensi ketika kondisi tersebut sudah merusak organ penting di dalam tubuh.
"Sebagian baru sadar ketika sudah kena stroke atau sudah ada keluhan pandangan kabur, sakit dada, lemah, gagal ginjal, atau pembuluh darah di kakinya sudah menyumbat," imbuh Badai.
Oleh karena itu, Badai menegaskan hipertensi perlu dideteksi secara aktif. Menurutnya, Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR) merupakan cara efektif untuk mengetahui tekanan darah dan mengevaluasi pengobatan.
"Kita tidak bisa mengandalkan pemeriksaan yang hanya sesekali. Kemenkes juga sudah mengeluarkan infogram agar kita lebih sering mengukur tekanan darah dengan cek sendiri di rumah," ujarnya.
Badai mengingatkan saat mengecek tekanan darah di rumah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Sebelum pengecekan, usahakan tubuh dalam posisi duduk rileks selama 2-5 menit. Pengecekan sebaiknya dilakukan 2-3 kali dengan jangka waktu satu menit untuk mendapatkan data variasi tekanan darah.
Selain itu, alat ukur tekanan darah yang dianjurkan adalah yang menggunakan manset dan dililitkan pada lengan. Pastikan juga alat pengukuran tekanan darah yang digunakan sudah tervalidasi.
"Seandainya melakukan pengukuran di rumah, cut off-nya bukan 140/90 lagi, tapi menjadi 135/85. Kalau di atas itu tandanya sudah mengalami tekanan darah tinggi," jelas Badai.
"Kemudian, pengukuran harus dilakukan rutin karena yang diambil adalah hasil rata-rata. Jika pengukuran dilakukan sesekali saja dan hasilnya 148, belum tentu dia hipertensi dan kalau sesekali diukur 120/70, belum tentu dia tidak hipertensi," pungkasnya. (Ant/OL-1)
Gagal ginjal kini tidak lagi menjadi ancaman eksklusif bagi usia lanjut. Tren terbaru di tahun 2025 menunjukkan lonjakan signifikan kasus gagal ginjal pada remaja dan dewasa muda.
BANYAK penyakit akibat kerja saat ini tetapi belum dilaporkan. Karenanya, RS Umum Pekerja diharapkan menjadi menjalankan pelayanan yang cepat, inklusif, dan profesional.
Diabetes tipe 2 muncul ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin dan/atau tidak memproduksi insulin cukup untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal.
Indonesia mencatatkan angka kematian akibat tuberkulosis atau TB sebesar 134 ribu jiwa per tahun atau sekitar dua orang meninggal setiap lima menit.
Penemuan ilmiah terbaru mengungkap kenyataan mengejutkan: penyakit jantung, khususnya aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), bukanlah momok eksklusif zaman modern
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Faktor risiko hipertensi mencakup berat badan berlebih dan obesitas, riwayat hipertensi dalam keluarga, serta kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
PENYAKIT hipertensi, diabetes melitus, hingga masalah gigi menjadi penyakit yang banyak ditemukan dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG).
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan pentingnya untuk mengukur tekanan darah secara rutin.
Tekanan darah tinggi bisa dikendalikan tanpa obat dengan menerapkan gaya hidup sehat. Simak 5 perubahan gaya hidup yang efektif menurunkan hipertensi.
Tomat mengandung kalium dan likopen yang efektif menurunkan tekanan darah tinggi. Pelajari bagaimana tomat membantu mengelola hipertensi dan menjaga kesehatan jantung secara alami.
Lansia di Indonesia menghadapi berbagai masalah kesehatan, termasuk hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved