WABAH penyakit mulut dan kuku (PMK) tengah menjangkit banyak ternak di sejumlah daerah Indonesia. Meskipun saat ini belum ditemukan dampak secara langsung kepada manusia, Ahli Virologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Wasito mengingatkan bahwa penyakit PMK bisa menular pada manusia.
"Pernah dilaporkan manusia tertular PMK, yaitu pada tahun 1834, tiga orang dokter hewan yang minum air susu segar tanpa dimasak. Yang lainya tahun 1966 manusia di Britain tertular PMK," kata Wasito saat dihubungi, Selasa (17/5).
Wasito menegaskan, bahwa penyakit PMK pada ternak tidak dapat diobati. Ia bahkan mengkritisi surat edaran yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Hewan Sapi Indonesia untuk penanganan ternak yang terindikasi mengidap PMK.
Baca juga: Pelonggaran Memakai Masker Bagian Transisi Menuju Endemi Covid-19
"Virus PMK ini tidak bisa diobati. Pengobatan, misalnya diberi vitamin atau lepuh pada kaki diobati itu hanya bersifat simptomatis. Virus tetap hidup, dapat menularkan PMK pada hewan lain yang peka," tegas Wasito.
"Pengobatan malah justru mengubal-ubal virus PMK di lingkungan sekitar yang tidak meragukan lagi akan memungkinkan virus PMK tersebar ke wilayah lain," imbuh dia.
Adapun, lanjut Wasito, sampai saat ini belum diketahui penyebab dari adanya virus PMK ini. Namun kemungkinan, virus ini berasal dari hewan hidup Ruminasia atau dagingnya yang masuk ke Indonesia.
Ia melanjutkan, cara penularan virus itu pun sangat mudah, yakni melalui bahan-bahan yang tercemar virus PMK, misalnya saliva, daging, air susu, termasuk udara.
Wasito membeberkan sejumlah langkah yang harus dilakukan demi menghentikan penyebaran virus itu ke wilayah-wilayah lain. Pertama, stop total lalu lintas ternak dan produk pertanian mentah maupun olahan dari daerah wabah PMK.
"Pengawasan ketat lalu lintas manusia dan transportasi kendaraan dari daerah wabah," ungkap dia.
Selain itu, daerah wabah dan lingkungan sekitar harus didisinfeksi dengan pH asam di bawah 4 atau pH basa di bawah 11.
Wasito menegaskan, ewan sakit, apalagi mati langsung segera dimusnahkan. Selain itu, peternak yang sapinya sakit atau mati segera diberi dana tanggap darurat, sehingga jika ada sapi sakit, peternaknya akan bersedia jika sapinya langsung dimusnahkan.
"Tidak malah akan dijual, atau diobati yang justru akan memperparah penyebaran PMK. Virus PMK belum (tidak) ada obatnya. Hewan sembuh akan dapat menjadi karier virus PMK pada hewan lain yang peka," beber dia.
Selain itu, masyarakat harus diupayakan diberi informasi yang benar dan apa adanya oleh pejabat terkait.
Baca juga: Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Menggelar UTBK SBMPTN
Dalam kasus ini, ia menegaskan bahwa perlu segera identifikasi, isolasi semua kasus PMK untuk menentukan serotype virus PMK yang nantinya akan digunakan sebagai bahan virus untuk pembuatan vaksin dan vaksinasi.
"Daging atau susu yang berasal dari daerah wabah, apalagi berasal dari hewan yang sakit dimusnahkan," imbuh dia.
Untuk masyarakat, ia mengimbau jika akan beli daging atau susu, maka harus ditanya asal daging atau susu tersebut. Otomatis, yang dijual seharusnya tidak dari daerah wabah, dan tidak berasal dari hewan sakit PMK.
"Dan, tentu saja sudah diperiksa kesehatan nya oleh dinas terkait. Penjualnya juga harus jujur. Memang repot jika PMK sudah memawah," pungkas dia. (H-3)