DENGAN adanya 18 kasus Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Etiology), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan berbagai langkah. Seperti, pengumpulan informasi, meningkatkan kewaspadaan, deteksi dan terapeutik.
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Jakarta Mohammad Syahril mengungkapkan pada 3-4 Mei 2022, pihaknya berkoordinasi dengan CDC AS dan Inggris untuk mendapatkan lessons learned.
Pada 25 April hingga saat ini, terus dilakukan pemantauan informasi global dan regional melalui portal informasi resmi. Lalu, dikeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Etiologinya.
Baca juga: Tujuh Pasien Meninggal Hepatitis Akut Karena telat Dirujuk ke RS
Selanjutnya, terdapat penyidikan epidemiologi hingga kini, serta melakukan penyusunan pedoman tata laksana kasus terkait hepatitis akut.
"Masyarakat agar betul-betul memahami gejala awal hepatitis akut ini. Dengan mengenal kasus lebih awal, akan lebih peduli pada anak dan dapat melakukan langkah selanjutnya," ujar Syahril dalam konferensi pers virtual, Jumat (13/5).
Dia menekankan bahwa dengan mengenal gejala awal, bisa dilakukan pemeriksaan dan konsultasi kepada dokter atau pelayanan kesehatan terdekat. "Begitu pun rumah sakit, puskesmas, atau fasilitas kesehatan terdekat harus mengenal gejala awal dari heptitis akut," pungkasnya.
Baca juga: Orangtua Diminta tidak Panik Jika Anak Tunjukkan Gejala Awal Hepatitis
"Diharapkan, seluruh fasilitas layanan kesehatan dapat melakukan langkah cepat, agar pasien dapat tertolong," imbuh Syahril.
Adapun gejala yang ditemukan pada pasien terkait hepatitis akut, yaitu mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.
Sementara itu, gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut dan gejala gastrointestinal.(OL-11)