Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DOKTER Spesialis Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Ade Rachmat Yudiyanto mengingatkan para orangtua agar tidak panik bila menemukan gejala awal hepatitis pada anak mereka.
"Kalau ada gejala, jangan panik. Segera bawa pasien ke Puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lanjutan," ujar dia dalam webinar yang bertajuk Penyakit Hepatitis Virus Akut pada Anak beserta Pencegahan dan Penanganannya, Kamis (12/5).
Gejala awal hepatitis yakni diare, mual, muntah, sakit perut dan dapat disertai demam ringan.
Baca juga: Pakai Masker hingga Cuci Tangan Bantu Cegah Anak Terkena Hepatitis
Bila gejala itu muncul, selain berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, orangtua juga perlu memastikan anak beristirahat total, menjaga asupan cairan anak dan ion tubuh cukup agar tidak jatuh dalam kondisi dehidrasi atau kekurangan cairan yang pada jangka panjang bisa membahayakan kesehatan.
Sementara untuk makanan, tidak ada pembatasan khusus (berpedoman pada prinsip gizi seimbang).
"Istirahat total. Semua aktivitas dilakukan di tempat tidur," kata Ade.
Menurut Ade, orangtua sebaiknya tak menunggu gejala lanjutan muncul seperti kulit dan mata kuning hingga penurunan kesadaran yang dapat pada akhirnya mengharuskan pasien dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) dan bahkan dilakukan cangkok hati.
Hepatitis merupakan radang pada sel hati. Saat ini ada parameter yang bisa digunakan untuk memastikannya yakni enzim hati atau Alanine Aminotransferase (ALT) atau Serum Glutamate Pyruvate Trasnsaminase (SGPT) bila nilainya di atas dua kali normal.
Berbicara penyebab, hepatitis bisa disebabkan infeksi dan noninfeksi. Infeksi bisa karena virus (A,B,C, D, E dan G), bakteri atau parasit, sementara noninfeksi misalnya akibat obat, racun, dan metabolisme.
Sementara berkaca pada kondisi saat ini, menurut Ade, belum satu pun ada data akurat yang bisa menyatakan jelas penyebabnya. Para dokter pun belum berani mengaiktkan hal itu dengan SARS-CoV-2.
Hepatitis akut, beberapa waktu terakhir, menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kemudian menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kementerian Kesehatan pun telah meningkatkan kewaspadaan pada kasus Hepatitis Akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.
Di Indonesia, pada 9 Mei lalu tercatat 15 kasus yang masih diduga hepatitis dan masih dalam proses investigasi.
"Di Indonesia, secara kasusnya memang ada yang dilaporkan. Tetapi apakah termasuk bagian kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya, masih diselidiki. Jangan melihat kasus di Indonesia sebagai kasus yang mengerikan tapi kasus yang diwaspadai," kata Ade.
Dia berharap laporan kasus ini tidak membuat kekhawatiran berlebihan di kalangan masyarakat namun lebih pada membuat waspada.
"Mudah-mudahan ini sekedar membuat kita waspada saja, jangan sampai membuat kekhawatiran kita berlebih seperti covid-19. Saya berharap tidak berlanjut seperti covid-19 karena memang ini sesuatu yang perlu kewaspadaan saja," tegas Ade.
Merujuk definisi WHO, ada tiga klasifikasi terkait hepatitis akut yakni konfirmasi yang saat ini belum ditemukan data, probable dan Epi-linked.
Ade menjelaskan, dikatakan probable bila memenuhi sejumlah syarat antara lain: hepatitis akut terbukti, tidak diketahui penyebabnya, bukan penyebab hepatitis virus A, B, C, D dan E.
Kemudian, data-data yang lain seperti pemeriksaan laboratorium ditemukan SGOT atau SGPT lebih dari 500 IU/L, terjadi pada usia di bawah 16 tahun dan kasus ditemukan setelah 1 Oktober 2021.
Sementara itu, dikatakan Epi-linked atau kontak erat yakni hepatitis akut di segala usia dan kontak erat dengan kasus probable di atas 1 Oktober 2021. (Ant/OL-1)
MiR-23a memengaruhi gen FOXO3a yang berperan penting mengatur pertumbuhan sel dan melindunginya dari kerusakan.
Risiko zoonosis penyakit yang menular dari hewan ke manusia dari kelelawar sangat nyata.
saat ini dunia sedang memberikan perhatian serius pada virus Lujo (LUJV) dan virus Oropouche (OROV). Untuk itu, pemerintah dan masyarakat perlu mewaspadai hal ini.
Segala sesuatu yang merusak jantung juga bisa menimbulkan masalah hati, seperti virus, konsumsi alkohol, dan kelebihan berat badan.
Gagal ginjal kini tidak lagi menjadi ancaman eksklusif bagi usia lanjut. Tren terbaru di tahun 2025 menunjukkan lonjakan signifikan kasus gagal ginjal pada remaja dan dewasa muda.
BANYAK penyakit akibat kerja saat ini tetapi belum dilaporkan. Karenanya, RS Umum Pekerja diharapkan menjadi menjalankan pelayanan yang cepat, inklusif, dan profesional.
Menurut sejumlah penelitian, musik bisa dikenalkan kepada anak dari usia di bawah enam tahun.
Menurut Director Learning Development JMAkademi, Coach A Ricky Suroso, orangtua perlu membekali anak-anaknya di usia golden untuk tangguh dalam karakter dan punya daya juang tinggi.
Konsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas serta memicu diabetes dan gangguan kesehatan jantung.
FENOMENA masalah komunikasi antara orangtua dan anak sudah terjadi sejak lama, dan bukan menjadi hal yang asing lagi.
Membangun rutinitas yang konsisten mulai dari bangun tidur hingga kemandirian anak untuk mengurus dirinya sendiri sudah harus menjadi perhatian orangtua sebelum anak masuk sekolah.
Setiap anak memiliki potensi luar biasa dan peran orangtua sangat menentukan bagaimana potensi itu tumbuh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved