Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Etana Beri Edukasi Terapi Anemia pada Pasien Hemodialisis

Eni Kartinah
27/2/2022 14:09
Etana Beri Edukasi Terapi Anemia pada Pasien Hemodialisis
Webinar bertema Manajemen Anemia: Mengurangi Tingkat Transfusi Darah.(Ist)

PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyelenggarakan edukasi kesehatan daring bertema Manajemen Anemia: Mengurangi Tingkat Transfusi Darah dengan narasumber Prof. dr. Rully MA
Roesli, Ph.D., Sp.PD-KGH dengan moderator dr. Lia Kurnia Hartanti, MARS. MM.

Webinar ini diselenggarakan sebagai rangkaian peringatan Hari Ginjal Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Maret 2022.

Etana bersama KPDCI secara konsisten memberikan edukasi kepada pasien dan awam terkait kesehatan ginjal.

Dalam keterangan pers, Minggu (27/2), Tony Richard Samosir, Ketua Umum KPCDI mengatakan “Melalui edukasi kesehatan ini KPCDI ingin meningkatkan pengetahuan para dialisis agar dapat memilih terapi yang tepat bagi dirinya sendiri."

"Seperti kita ketahui anemia menjadi problematika bagi pasien cuci darah, di mana terapi yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan penyuntikan epo atau alternatif lain dengan melakukan tranfusi darah," jelasnya.

"Semoga melalui webinar pagi ini pasien hemodialisa dapat bertambah pengetahuannya tentang terapi anemia yang sesuai dengan kebutuhan dan aktifitasnya, agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien untuk tetap produktif dan selalu bersemangat,” tutur Tony.

Nathan Tirtana, Direktur Utama PT Etana Biotechnologies Indonesia mengatakan “Etana sebagai salah satu perusahaan kesehatan di Indonesia secara rutin mendukung kegiatan Hari Ginjal Sedunia setiap tahunnya, hal ini sebagai wujud kepedulian kami terhadap pasien dengan penyakit ginjal, khususnya pasien-pasien yang menjalani hemodialisa.

"Selain itu kami juga terus berupaya untuk melayani pasien dengan menyediakan produk biofarmasi berkualitas tinggi dan terjangkau salah satunya melalui produk epoetin alfa, yang dapat membantu pasien yang sedang menjalani hemodialisa,” jelas Nathan.

Prof. dr. Rully MA Roesli, PhD, SpPD-KGH mengatakan,“Anemia pada pasien gagal ginjal harus diobati karena kematian pada pasien hemodialisa di Indonesia hampir sebagian besar disebabkan penyakit kardiovaskuler (42%)."

"Apabila pasien hemodialisa terkena penyakit kardiovaskuler maka ginjal menjadi lemah, jantung menjadi lemah. Oleh sebab itu, anemianya harus diobati dengan memberikan terapi epo dengan indikasi Hb < 10 g/dL dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi
seperti tidak ada infeksi yang berat,” papar Prof.Rully.

"Penyutikan epo harus dilakukan secara rutin, masalahnya di Indonesia pemberian eritropetin belum tercakup dalam pembiayaan hemodialisa sehingga pemberian transfusi darah masih cukup banyak dilakukan," katanya

Padahal dapat dikatakan transfusi darah memiliki banyak risiko apabila dilakukan kepada pasien cuci darah.

"Sedangkan terapi epo lebih aman untuk diberikan karenadapat menghasilkan peningkatan Hb yang berkesinambungan, menghasilkan sel darah merah yang berfungsi secara normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup dengan memelihara target Hb yang lebih tinggi," jelasnya. (Nik/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya