Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
ERA digital mendorong tumbuhnya new media atau media baru yang menyajikan informasi melalui perangkat komunikasi yang terhubung dengan internet. Kemudahan untuk mengakses media baru rupanya membuat media konvensional yang sudah ada terlebih dahulu, mulai terdisrupsi.
Sejumlah media cetak yang sempat berjaya di masanya, mengumumkan berhenti cetak. Menyikapi kondisi ini, anggota Dewan Pers Agus Sudibyo mengatakan, media massa perlu menemukan model bermedia yang berkelanjutan dan membangun kemandirian relatif di hadapan platform digital global dalam menghadapi persaingan dengan media baru.
“Dalam mendistribusikan berita, hendaknya tidak terlalu tergantung pada teknologi yang disediakan platform digital global. Karena teknologi selain memberikan kemudahan-kemudahan juga akan menggerus citra media di mata pembaca dan pengiklan. Lama-lama pembaca tidak bisa membedakan antara siapa yang memproduksi konten dan siapa yang menyebarkan (platform media sosial dan mesin pencari,” kata Agus kepada Media Indonesia, Rabu (19/1).
“Selain itu, teknologi pendistribusian konten itu (SEO misalnya) mendorong media untuk berorientasi pada klikbait, sehingga akan menurunkan kualitas jurnalisme media,” imbuhnya.
Baca juga : Tingkatkan Mutu SDM, UT Bekerjasama dengan Pemda Nias Barat
Agus menambahkan, dalam periklanan hendaknya media massa juga tidak terlalu tergantung pada teknologi-teknologi yang disediakan platform digital misalnya dalam konteks iklan programatik. Menurutnya, iklan programatik semakin menjauhkan media dengan pengiklan, dan menggerus pendapatan media.
“Jangan sepenuhnya tergantung pada iklan programatik. Iklan programatik mendorong media untuk mengejar trafik sebesar-besarnya tanpa mengindahkan kualitas jurnalisme,” tuturnya.
Agus pun berharap, media konvensional yang masih eksis, salah satunya Media Indonesia yang kini telah berusia 52 tahun, akan terus setia kepada khitah jurnalisme berkualitas.
“Dalam jangka menengah dan panjang, hanya jurnalisme berkualitas yang bisa menyelamatkan masa depan media massa,” tandasnya. (OL-7)
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 bahwa kebun kopi terluas di Kalimantan berada di Kalbar yakni mencapai 12.000 hektare.
Media Indonesia melalui unit usaha penerbitannya, Media Indonesia Publishing, meluncurkan buku Jurnal Kopi Nusantara saat acara Festival Kopi Nusantara
Dengan besarnya potensi kopi di Indonesia, terbukalah peluang pasar kopi. Itu menjadi kesempatan emas bagi masyarakat Indonesia untuk berwirausaha di bidang perkopian.
Dari berbagai hasil survei dan data statistik yang ada, imbuhnya, minum kopi adalah tren yang menjamur di seluruh dunia.
Dari 42 stan, diperkirakan ada sekitar 1.500 pengunjung selama tiga hari Festival Pesona Kopi Agroforestry, dengan nilai transaksi Rp800 juta sampai Rp1,2 miliar.
Selain mengupayakan pengurangan sampah, masyarakat diimbau untuk dapat mengelola sampah yang dihasilkannya.
Penyembelihan sudah dilakukan pada Jumat, 6 Juni 2025, di Kantor DSM Bali dan sudah disalurkan kepada orang yang sangat membutuhkan.
TOKOH-tokoh ternama Hollywood mulai dari Joaquin Phoenix, Pedro Pascal, Riz Ahmed dan Guillermo del Toro telah menandatangani surat yang mengecam tindakan genosida yang terjadi di Gaza.
Sepekan terakhir, dunia pertelevisian diguncang kebijakan pemutusan hubungan kerja. Media cetak bahkan sudah lebih dulu diguncang PHK karena banyak yang berhenti terbit.
FOUNDER Story of Anggy (SOA), Anggy Pasaribu memulai rangkaian acara "SOA Connect All Campus" di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
BH Pers, AJI Jakarta, dan ICJR menyampaikan pendapat dalam rilis bersama menanggapi proses hukum yang dilakukan Kejagung terhadap Direktur Pemberitaan JAK TV Tian Bahtiar.
KETUA Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Herik Kurniawan mengkritisi program rencana pemerintah menyalurkan 1.000 rumah subsidi untuk jurnalis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved