Penguatan Kerja Sama Lintas Sektor Penting Dalam Program Perbaikan Gizi

Widhoroso
24/11/2021 20:18
Penguatan Kerja Sama Lintas Sektor Penting Dalam Program Perbaikan Gizi
Konferensi Pers Gerakan Scaling Up Nutriton (SUN) di Indonesia.(DOK Bappenas)

STRATEGI penguatan kerja sama lintas sektor dalam perbaikan gizi di masyarakat menjadi hal penting. Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko saat Konferensi Pers Gerakan Scaling Up Nutriton (SUN) di Indonesia: Satu Dekade Melangkah Bersama (2011-2021)', Selasa (23/11).

Dijelaskan, SUN merupakan gerakan global dibawah Sekretaris Jenderal PBB untuk mengatasi semua bentuk malnutrisi melalui keterlibatan lintas sektor. Indonesia yang telah bergabung dengan gerakan SUN sejak 2011, bergabung dengan 64 negara lainnya dalam gerakan global SUN.

"Dalam sepuluh tahun terakhir, telah banyak hasil yang dicapai oleh gerakan Scaling Up Nutrition, khususnya dalam percepatan penurunan stunting,” ujar Subandi yang juga menjabat SUN Focal Point Indonesia.

ia menjelaskan ada beberapa capaian utama gerakan ini diantaranya gizi menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional yang telah diwujudkan dalam RPJMN 2020-2024. "Penurunan stunting juga menjadi isu utama yang dilaksanakan secara sistematis melalui Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting yang diperkuat dengan terbitnya Perpres No.72 Tahun 2021," jelasnya.

Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali mengatakan kerja sama lintas sektor dalam perbaikan gizi yang sudah berjalan dengan baik di tingkat pusat perlu diperkuat dengan kerja sama lintas sektor di tingkat daerah. "Saya berharap, daerah dapat melakukan inovasi intervensi dengan didukung pihak swasta, LSM, perguruan tinggi dan organisasi profesi, serta mitra pembangunan,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Sri Kusyuniati, Lead of SUN Civil Society. Ia juga menyebut urgensi pembentukan jejaring SUN hingga ke tingkat daerah. "Persoalan stunting tidak bisa diselesaikan di dalam ruangan, melainkan di tingkat daerah dan akar rumput. Perlu upaya keras untuk mewujudkan konvergensi di tingkat sub-nasional," ungkap Sri.

Di sisi lain, Jee Hyun Rah, Lead of SUN Development Partners, menegaskan dukungan mitra pembangunan untuk memperkuat pendekatan multisektoral untuk perbaikang izi. “Kami akan terus mendukung percepatan pembuatan bukti lokal, memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti, membangun kapasitas pemangku kepentingan, serta memperkuat kualitas data untukmemantau kemajuan," papar Jee.

Sementara Lead of SUN Government Networks, Agus Suprapto, menyampaikan pentingnya perubahan orientasi sasaran dalam penurunan stunting. Menurutnya, Kementerian/Lembaga perlu mengubah orientasi sasaran ke kelompok remaja, tidak lagi hanya pada bayi dan balita.

"Target penurunan stunting di 2024 bisa dicapai apabila remaja dan pasangan usia subur yang akan hamil dan melahirkan betul-betul dipastikan gizinya," jelas Agus.

Hal ini senada dengan prioritas intervensi kelompok SUN Business Networks yang menyasar pada edukasi kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan dan remaja. Asih Setiarini, ketua jejaring perguruan tinggi dan organisasi profesi, menyampaikan potensi keterlibatan mahasiswa dalam melakukan pendampingan kepada kelompok sasaran perbaikan gizi.

"Melalui program Merdeka BelajarKampus Merdeka, kegiatan pengabdian masyarakat dapat dikonversi ke dalam SKS. Sehingga, dapat menggerakan lebih banyak mahasiswa untuk ikut berkontribusi dalam menurunkan stunting," jelas Asih. (RO/OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya