Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

PCR di Indonesia Mahal, Kemenkes: Reagen Masih Impor

Atalya Puspa
14/8/2021 19:20
PCR di Indonesia Mahal, Kemenkes: Reagen Masih Impor
Tes usab PCR(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

KEMENTERIAN Kesehatan mengungkapkan tingginya biaya tes swab PCR di Indonesia disebabkan oleh mahalnya harga reagen.

"Reagen masih impor dan harga mahal," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati kepada Media Indonesia, Sabtu (14/8).

Reagen sendiri merupakan ekstraksi yang digunakan untuk mengecek spesimen guna mendeteksi adanya virus SARS-CoV-2.

Berdasarkan data dari Kemenkes sendiri, kata dia, sebenarnya biaya testing PCR di Indonesia yang dipatok sekitar Rp900 ribu jauh lebih rendah dibandingkan sejumlah negara. Diantaranya Thailand yang mematok harga kisaran Rp1,3 juta sampai Rp2,8 juta, Singapura Rp1,6 juta, dan USA Rp1,5 juta.

Seperti diketahui, tingginya harga tes swab PCR di Indonesia tengah menjadi sorotan. Hal tersebut mencuat setelah harga tes swab PCR di India yang hanya mencapai Rp96 ribu.

Terpisah, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama menjabarkan, berdasarkan penuturan kawannya di India, bahwa pemerintah India menyediakan subsidi untuk pelaksanaan tes PCR bagi warganya.

"Teman dari India mengatakan mungkin ada subsidi dari pemerintah setempat, sesuatu yang nampaknya barangkali saja terjadi sebagai bagian penanggulangan pandemi," kata Yoga.

"Kalau harga tes lebih murah maka jumlah tes di negara kita juga dapat lebih banyak sehingga lebih mudah mengendalikan penularan di masyarakat," lanjut dia.

Selain itu, murahnya harga tes PCR di India bisa juga dihasilkan dari fasilitas keringanan pajak yang diberlakukan pemerintah.Kemungkinan lain ialah murahnya bahan baku untuk industri dan tenaga kerja yang besar jumlahnya.

Baca juga: Pemerintah Tetapkan Tarif PNBP Rapid Antigen 0%

"Semua kemungkinan ini perlu dianalisa lebih lanjut. Tetapi yang jelas, selain tarif PCR maka harga obat-obatan di India juga amat murah bila dibandingkan dengan Indonesia," beber Yoga.

"Pada waktu 5 tahun bertugas di WHO Asia Tenggara yang berkantor di New Delhi India maka setiap kali pulang ke Jakarta saya selalu membawa titipan obat-obat dari teman-teman di Indonesia untuk konsumsi sehari-hari mereka," imbuh dia.

Ia menceritakan, murahnya harga tes PCR di India memang bukanlah hal yang baru. Pada September 2020 saat dirinnya akan pulang ke Jakarta dari New Delhi, Yoga melakukan tes PCR sebelum terbang. Adapun, petugas testing langsung datang ke rumahnya dan biayanya sebesar 2.400 rupee atau setara dengan Rp480 ribu.

"Waktu itu tarif tes PCR di negara kita masih sekitar lebih dari Rp1 juta rupiah," ucap Yoga.

Selanjutnya, pada November 2020, tutur Yoga, pemerintah pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi, hanya 1.200 rupee atau Rp240 ribu. Pada November 2020 ini tarif PCR adalah 800 rupee saja (Rp160 ribu) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta.

Pada awal Agustus 2021 ini pemerintah kota New Delhi menurunkan lagi patokan tarifnya, menjadi 500 rupee, atau Rp100 ribu saja. Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp 140 ribu rupiah. Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp 60 ribu rupiah.

"Pemerintah kota New Delhi juga meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam, termasuk juga melaporkannnya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR) sehingga ditanya segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, inisiatif yang bagus," pungkas dia. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya