Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Penyederhanaan Proses Pengobatan Tingkatkan Kepatuhan Pasien Diabetes

Eni Kartinah
03/8/2021 12:05
Penyederhanaan Proses Pengobatan Tingkatkan Kepatuhan Pasien Diabetes
Ilustrasi obat dan alat yang digunakan penderita diabetes.(Ilustrasi/Freeepik)

DIABETES merupakan penyakit endemik global dengan tingkat prevalensi yang terus meningkat pesat di seluruh dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju.

Meskipun sekarang ini berbagai pengobatan sudah tersedia, banyak pasien diabetes tipe-2 yang masih menghadapi berbagai masalah seperti kesulitan mengontrol kadar glikemik, berat badan, dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular serta ginjal, serta tingkat kepatuhan terhadap pengobatan yang masih rendah.

Novo Nordisk, perusahaan farmasi global yang memiliki spesialisasi dalam penanganan diabetes dan penyakit kronis lainnya, hari ini mengumumkan peluncuran GLP-1 RA (glucagon-like peptide-1 receptor agonist) terbaru, sebuah inovasi pengobatan untuk pasien diabetes tipe-2 di Indonesia.

GLP-1 RA digunakan sekali dalam seminggu untuk membantu pasien mencapai target gula darah mereka. Selain itu, obat ini juga memiliki manfaat dalam penurunan berat badan dan risiko penyakit kardiovaskular, serta diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.

Terapi GLP-1 RA adalah jenis terapi berbasis inkretin untuk menangani diabetes tipe-2. Jenis terapi ini bekerja melalui mekanisme aksi hormon yang disebut inkretin, yang berfungsi mengendalikan cara kerja pankreas. GLP-1 RA mampu menurunkan kadar hemoglobin A1c (HbA1c) secara signifikan saat digunakan dalam pengobatan diabetes tipe-2.

HbA1c merupakan indikator penting untuk mengendalikan kadar gula darah secara jangka panjang karena pengukuran HbA1c adalah cara yang paling akurat untuk menentukan kadar gula darah selama dua sampai tiga bulan terakhir.

Pengukuran HbA1c juga dapat memberikan pengukuran yang dapat diandalkan untuk hiperglikemia kronis dan juga dapat dikorelasikan dengan risiko komplikasi diabetes jangka panjang.

Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB Perkeni) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD mengatakan, “Meskipun sudah mengikuti pedoman klinis dan melakukan kendali glikemik dengan benar, pasien seringkali tidak mampu menurunkan nilai HbA1c hingga mencapai target."

"Studi menunjukkan bahwa lebih dari 70% orang dewasa dengan diabetes tipe-2 di Indonesia gagal mencapai target HbA1c di bawah 7%,” kata Prof. Suastika. 
  
Mencapai target nilai HbA1c menjadi penting karena dapat mengurangi komplikasi mikrovaskuler, menurunkan angka penyakit kardiovaskular secara jangka panjang jika diterapkan pada pasien yang baru terdiagnosis, dan menurunkan angka kematian terkait diabetes.

Sejumlah studi juga menunjukkan bahwa kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama penyebab diabetes tipe-2. Direktur Indonesian Diabetes Institute Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE menyampaikan, “Studi menunjukkan bahwa sekitar 70% pasien diabetes di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Padahal, obesitas dapat meningkatkan risiko kematian yang diakibatkan oleh penyakit komorbid."

"Indeks massa tubuh (body mass index, BMI) yang tinggi dapat meningkatkan risiko kematian yang tinggi pula, yang sebagian besar diakibatkan oleh komplikasi penyakit kardiovaskular. Namun, meskipun sudah menerapkan perubahan gaya hidup, beberapa pasien masih mengalami kesulitan mengurangi berat badan mereka,” papar Prof,Sidartawan.

Diabetes dan kelebihan berat badan ataupun obesitas akan menjadi faktor risiko utama penyebab penyakit kardiovaskular. Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) Dr. dr. Sally A. Nasution, Sp.PD-KKV, FINASIM, FACP mengatakan, “Berdasarkan data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), tingkat kematian di Indonesia kini disebabkan oleh penyakit tidak menular dan terkait dengan diabetes."

"Sementara itu, studi lain menunjukkan bahwa sekitar 75% pasien diabetes tipe-2 berisiko terkena penyakit kardiovaskular,” kata dr.Sally.

Tak hanya risiko penyakit kardiovaskular, diabetes juga dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis. Glukosa darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal. Ketika pembuluh darah rusak, ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik. Banyak orang dengan diabetes juga mengalami tekanan darah tinggi, yang juga dapat merusak ginjal.

Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr. Aida Lydia, Sp.PD-KGH, Ph.D, FINASIM menyampaikan, “Diabetes adalah salah satu penyebab terjadinya penyakit ginjal stadium akhir (end-stage renal disease, ESRD) yang membutuhkan hemodialisa atau transplantasi ginjal."

"Menurut Indonesian Renal Registry tahun 2019, 26 persen penyakit ginjal kronis disebabkan oleh nefropati diabetik.  Kini, nefropati diabetik menjadi penyebab penyakit ginjal kronis tertinggi kedua setelah hipertensi di Indonesia,” jelas dr.Aida.

Pendekatan multifaktorial dalam penanganan diabetes tipe-2 memerlukan sejumlah pengobatan yang berbeda. Hal ini dapat menurunkan tingkat kepatuhan pasien selama menjalani pengobatan.

Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 50% orang dengan diabetes memiliki tingkat kepatuhan yang sangat rendah karena proses pengobatan yang rumit. Menyederhanakan proses pengobatan merupakan langkah utama untuk meningkatkan tingkat kepatuhan pasien.

“Berbagai kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi dan kepatuhan pasien yang rendah dalam menjalankan pengobatan diabetes dapat menyebabkan risiko komplikasi yang serius,” Prof. Suastika menyimpulkan.

“Kita perlu menetapkan standar baru untuk pengobatan diabetes tipe-2. Ketika kondisinya dikelola dengan baik, risiko komplikasi yang dapat mengancam jiwa dapat dikurangi” tuturnya.

Ia menambahkan, “Terapi GLP-1 RA yang cukup digunakan sekali dalam seminggu ini mampu menurunkan kadar HbA1c secara signifikan. Sekitar 80% atau 4 dari 5 pasien yang menjalani pengobatan dengan GLP-1 RA berhasil mencapai tingkat HbA1c di bawah 7%. Ini tentunya merupakan kabar baik karena penting sekali bagi orang dengan diabetes untuk selalu mengontrol tingkat gula darahnya.”

“Selain itu, selama uji klinis, pengobatan inovatif baru ini mampu menurunkan berat badan secara signifikan. Setidaknya 3 dari 5 pasien berhasil menurunkan berat badan hingga lebih dari 5%," jelas Prof.Suastika

"Pengobatan ini juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sebesar 26 persen pada pasien diabetes tipe-2 dengan risiko tinggi dan riwayat penyakit kardiovaskular, serta mengurangi risiko sebesar 36 persen terhadap perburukan atau terjadinya gangguan fungsi ginjal akibat diabetes pada pasien diabetes tipe-2 dengan risiko kardiovaskular tinggi,” tambah Prof. Suastika.

Diabetes tipe-2 adalah kondisi serius yang dialami oleh lebih dari 10,7 juta orang di Indonesia. Meskipun sudah ada berbagai kemajuan dalam hal pengobatan, masih ada kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi.

Pengobatan GLP-1 RA yang digunakan sekali seminggu yang dikembangkan oleh Novo Nordisk ini adalah pilihan baru yang dapat membantu orang dewasa dengan diabetes tipe-2 mencapai target kadar HbA1c agar terhindar dari komplikasi diabetes, seperti penyakit kardiovaskular dan gangguan fungsi ginjal.

“Kami berkomitmen untuk mengembangkan obat-obatan baru untuk orang dengan diabetes. Karena itu, tersedianya terapi GLP-1 RA seminggu sekali kami yang terbaru di Indonesia adalah kabar yang menggembirakan,” kata Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia Anand Shetty.

Anand Shetty juga menyampaikan,“Inovasi terbaru dalam pengobatan diabetes tipe-2 ini memberikan manfaat yang luar biasa dan proses penggunaannya juga lebih sederhana karena cukup satu dosis dalam seminggu. Kami meyakini bahwa GLP-1 RA ini akan membantu memenuhi kebutuhan penting dan serius bagi orang dengan diabetes tipe-2 di Indonesia.” (Nik/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya