Lunturnya Stigmatisasi di Cikahuripan

Depi Gunawan/N-2
11/10/2020 04:39
Lunturnya Stigmatisasi di Cikahuripan
Ilustrasi--Kegiatan Swab for Heroes Season kedua di National Hospital Surabaya, Senin, 29 Juni 2020(Medcom.id/Syaikhul Hadi)

HAWA dingin Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, tidak membuat sejumlah warga mengerut dan tinggal di dalam rumah. Pagi-pagi, mereka sudah menenteng tas, ramai-ramai menuju beberapa rumah di Desa Cikahuripan.

Di dalam tas kresek dan plastik itu beragam kebutuhan dapur dibawa. Mulai beras, minyak goreng, telur, tahu, tempe, sayuran, dan daging ayam. Sebuah tas juga menyelipkan kue dan penganan kecil.

“Pemandangan ini terjadi dua hari sekali. Warga berusaha menunjukkan simpati mereka kepada warga lain yang terjangkit covid-19,” kata Ketua RW 05, Hendi Heryadi, kemarin.

Di Cikahuripan ada tujuh warga di dua RW yang terdampak pandemi. Mereka diduga terpapar karena berinteraksi dengan karyawan Balai Inseminasi Buatan Lembang yang lebih dulu terjangkit.

Dua warga tercatat tinggal di RW 05 Kampung Pojok dan tiga lainnya di RW 02 Kampung Sulaksana. Mereka sudah diisolasi di rumah sakit.

“Namun, ada 12 orang keluarga mereka yang masih menunggu hasil tes usap. Mereka harus tinggal di dalam rumah dan tidak berinteraksi dengan lingkungan luar dulu. Statusnya orang dalam pemantauan,” sambung Hendi.

Nasib ke-12 warga inilah yang membuat warga lain bersimpati. Tidak hanya makanan, sambil berteriak ibu-ibu itu sering meniupkan motivasi agar mereka tetap bersemangat.

Menurut Hendi, aksi warga itu terjadi spontan. Sebagai ketua lingkungan, dia mengaku tidak menggerakkan, meminta, atau memerintahkan.

Dari satu orang yang punya niat, secara berantai warga lain juga ikut bersimpati.

Ke-12 ODP itu juga cenderung dimanjakan. Selain mendapat kiriman dari inisiatif warga, mereka juga bisa meminta sesuatu kepada para tetangga itu dengan cara mengirim pesan.

Hendi menambahkan, sampai saat ini tidak ada bantuan dari pemerintah dan aparat terkait untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari warganya yang berstatus ODP. Mereka harus tinggal di dalam rumah dan tidak boleh keluar sama sekali.

Beruntung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga Cikahuripan lainnya bersedia mengulurkan bantuan.

“Bantuan dari pemerintah bagi keluarga yang positif belum ada, sangat lambat. Padahal, mereka kan sementara tidak diperbolehkan keluar rumah dan berinteraksi dengan warga sekitar,” tandas Hendi.

Ia mengaku sangat bangga dengan sikap warganya. “Tidak ada stigmatisasi, tidak ada pengucilan di desa kami. Simpati ini akan meringankan beban psikologis mereka, apalagi dari 12 ODP itu juga ada beberapa anak-anak.” (Depi Gunawan/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya