Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
VAKSINASI anak terhadap berbagai penyakit mematikan dalam dua dekade terakhir mengalami stagnan, bahkan kemunduran di sejumlah negara. Temuan ini diungkap dalam sebuah studi global terbaru yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet.
Kondisi ini diperburuk pandemi Covid-19, yang mengacaukan program imunisasi dan meninggalkan jutaan anak tanpa perlindungan terhadap penyakit seperti campak, polio, dan tuberkulosis.
Para peneliti menyerukan aksi global yang lebih serius untuk memastikan akses vaksinasi yang merata dan adil, terutama bagi anak-anak di negara berpenghasilan rendah.
Program imunisasi anak global sebenarnya telah menjadi kisah sukses kesehatan masyarakat dunia. Sejak diluncurkan tahun 1974, lebih dari 4 miliar anak telah divaksinasi, menyelamatkan sekitar 150 juta jiwa.
Namun, sejak 2010, kemajuan tersebut mulai melambat. Bahkan pada 2023, hampir 16 juta anak di seluruh dunia tercatat belum menerima satu pun vaksin dasar. Kebanyakan berada di kawasan sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.
Studi juga mencatat penurunan cakupan vaksin campak di hampir 100 negara. “Vaksinasi rutin anak adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat paling efektif dan hemat biaya,” ujar Dr. Jonathan Mosser dari Institute for Health Metrics and Evaluation, University of Washington, Amerika Serikat. “Namun ketimpangan global, dampak pandemi, dan penyebaran disinformasi vaksin menjadi penghambat besar.”
Kondisi ini meningkatkan risiko kemunculan kembali penyakit yang seharusnya bisa dicegah, seperti campak, difteri, dan polio. Tak hanya terjadi di negara-negara miskin, penurunan angka vaksinasi juga tercatat di negara-negara maju, termasuk Eropa dan Amerika Serikat.
Prof. Sir Andrew Pollard dari Oxford Vaccine Group menyebut tren ini sebagai "kondisi yang mengkhawatirkan."
“Jika tidak segera dibalik, lebih banyak anak akan dirawat di rumah sakit, mengalami kecacatan permanen, bahkan meninggal akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah,” tegasnya.
Dr. David Elliman dari University College London menyoroti banyaknya faktor pemicu, mulai dari konflik bersenjata, krisis politik, hingga pemotongan bantuan luar negeri oleh negara-negara kaya seperti AS dan Inggris.
“Kombinasi antara ketidakstabilan global, kebijakan berbasis opini ketimbang sains, serta disinformasi menciptakan badai sempurna bagi kemunduran vaksinasi anak,” ujarnya.
Para peneliti merekomendasikan setiap negara untuk memperkuat layanan kesehatan primer, melawan hoaks vaksin, serta memperluas akses imunisasi secara adil di seluruh dunia.
“Setiap anak di dunia berhak mendapat perlindungan dari penyakit mematikan. Vaksin adalah hak hidup, bukan pilihan,” pungkas Dr. Mosser. (BBC/Z-2)
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tahun 2020, sepasang peneliti India mengklaim lockdown global selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan suhu permukaan bulan.
Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada Januari-November 2023 sebanyak 5.782.260 kunjungan, sementara pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.722.807 kunjungan.
KETUA Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengungkapkan bahwa human metapneumovirus atau HMPV tidak berpotensi menjadi pandemi seperti yang terjadi pada covid-19.
MASA pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan segera dimulai. Di sini lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai gagal memajukan demokrasi.
KEPALA Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpandangan momentum penurunan suku bunga acuan atau Bank Indonesia (BI) Rate diperkirakan mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved