Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
ANEMIA yang dialami pasien covid-19 dapat menyebabkan efek serius. Hasil studi di Tiongkok dan Amerika Serikat menemukan bahwa kombinasi paparan anemia dan covid-19 menambah risiko kematian yang tinggi.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes, membenarkan hal itu. "Orang yang terinfeksi covid-19 dan mengalami anemia memiliki risiko yang lebih berat jika dibandingkan dengan yang tidak anemia," ujarnya, seperti dikutip dari laman Unair.
Anemia atau biasa disebut kurang darah terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau tidak berfungsinya sel darah merah. Kondisi itu menyebabkan suplai oksigen ke organ tubuh berkurang. Gejala yang timbul dapat berupa kelelahan, kulit pucat, sesak napas, pusing, limbung, atau detak jantung cepat.
Kondisi anemia dapat memengaruhi daya tahan tubuh terhadap infeksi covid-19 karena kemampuan menyalurkan oksigen ke jaringan tubuh juga berkurang. Rendahnya kadar zat besi dapat memicu turunnya sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terinfeksi penyakit. "Jadi kuncinya memang pada transportasi oksigen," jelasnya.
Umumnya, orang yang terinfeksi covid-19 akan mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen hingga menyebabkan sesak. Jika terlambat ditangani, pasien akan mengalami gagal napas, kegagalan organ tubuh, dan akhirnya meninggal dunia.
Dokter Atoillah menyampaikan bahwa covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 mengandung protein yang berpotensi menyerang sel darah merah dan zat besi yang mengikat sehingga sel darah merah akan rusak. Selanjutnya, hal itu juga dapat memicu peradangan pada sejumlah jaringan organ tubuh.
Dari hasil studi juga diketahui bahwa covid-19 adalah virus yang sangat cerdas. Virus itu tidak hanya menyebabkan pneumonia di paru-paru, tapi juga permasalahan yang tidak kalah serius seperti anemia. "Itu sebabnya, penderita covid-19 yang gagal napas, meskipun diberi ventilator, 50% tidak berhasil," tambahnya.
Dari hasil studi sejumlah peneliti di Tiongkok April 2020 lalu diketahui bahwa virus Sars-CoV-2 penyebab covid-19 ikut menyerang hemoglobin dalam sel darah merah sehingga tidak mampu mengangkut oksigen.
Beberapa protein pada Sars-CoV-2 membajak sel-sel merah dan menghilangkan ion-ion besi di dalam sel darah merah. Paru-paru menjadi stres dan meradang, sementara organ-organ lainnya juga terpengaruh. Penelitian ini dipublikasikan di ChemRXiv dengan judul 'Covid-19: Attacks the 1-Beta Chain of Hemoglobin and Captures the Porphyrin to Inhibit Human Heme Metabolism'. (H-2)
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Studi Nature Communications ungkap pandemi Covid-19 mempercepat penuaan otak rata-rata 5,5 bulan, meski tanpa infeksi. Siapa yang paling terdampak?
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Masih tingginya kasus anemia akibat kekurangan zat besi pada anak Indonesia menjadi tantangan menuju Generasi Emas 2045.
Kekurangan zat besi pada balita bukan hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada kecerdasan anak.
Program Cek Kesehatan Gratis ini tidak sekadar layanan medis, tapi sebuah upaya mengubah pola pikir masyarakat terhadap kesehatan.
KESEHATAN gigi dan anemia masih menjadi gangguan kesehatan yang sering ditemukan dalam program cek kesehatan gratis (CKG) di sekolah. Salah satunya di SMA Negeri 1 Baturaden.
Penelitian menunjukkan ibu-ibu di Indonesia lebih dari 30%-40% anemia yang berdampak pada lemahnya imunitas tubuh.
Bayi yang mengalami anemia akan mengalami gejala klinis berupa iritabel atau merengek, lesu, dada berdebar-debar, sakit kepala sampai dengan tidak lincah saat berlari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved