Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sekolah Dibuka, Zona Kuning Lebih Waspada

Aiw/Bay/Fer/X-7
08/8/2020 04:16
Sekolah Dibuka, Zona Kuning Lebih Waspada
Simulasi -- Seorang guru menerima salam dari siswa saat simulasi kegiatan belajar tatap muka di SMPN 1 Pontianak, Kalimantan Barat, kemarin.(ANTARA/JESSICA HELENA WUYSANG)

DENGAN diizinkannya pembelajaran tatap muka di sekolah yang berada di zona kuning, semua pihak diminta meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian untuk menjaga keselamatan siswa, guru, dan pihak-pihak terkait.

“Pelonggaran kebijakan dalam proses belajar mengajar ini dilakukan sesuai arahan Presiden Joko Widodo, serta mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi siswa, guru, dan orangtua selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) berlangsung,” kata Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam acara Pengumuman Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, kemarin.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, mengungkapkan, berdasarkan riset, terdapat tiga dampak negatif yang berpotensi muncul akibat pelaksanaan PJJ, yakni ancaman putus sekolah, penurunan capaian belajar, serta kekerasan pada anak dan risiko eksternal.

“Oleh sebab itu, pemerintah memutuskan untuk memberi perluasan pembelajaran tatap muka di zona kuning, sedangkan sekolah yang berada di zona oranye dan merah, masih harus melanjutkan PJJ,” ujarnya. Menurut Nadiem, pihaknya akan merevisi SKB untuk memperbolehkan, bukan memaksakan. Memperbolehkan pembelajaran tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.

Secara terpisah, pemerhati pendidikan Doni Koesuma meminta tim satgas covid-19 dan pemerintah daerah mengontrol lebih dekat dan ketat situasi di daerahnya, terutama yang zona kuning.

Sementara itu, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Doni Monardo, meminta pemerintah Provinsi Jawa Barat mulai memainkan ‘gas dan rem’ untuk memulihkan ekonomi di daerahnya. ‘Gas dan rem’ itu merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo.

“Kalau daerahnya risikonya rendah, gasnya bisa ditekan. Namun, kalau seandainya tingkat ancamannya meningkat, remnya yang ditekan,” katanya.

‘Gas dan rem’ di Jawa Barat, lanjut Doni, juga dibutuhkan negara untuk fase pemulihan ekonomi di tengah wabah covid-19. Pasalnya, Jawa Barat menyumbang 20% pendapatan negara dari sektor industri.

“Kualitas tenaga medis dan laboratorium juga ‘digas’ sebab pengujian spesimen di Jawa Barat selalu terlambat jika libur,” tambahnya.

Hingga kemarin siang, Kementerian Kesehatan mencatat penambahan kasus terkonfirmasi positif covid-19 sebanyak 2.473 orang sehingga total menjadi 121.226 orang.

Untuk pasien sembuh menjadi 77.557 setelah ada penambahan sebanyak 1.912 orang. Selanjutnya untuk kasus meninggal menjadi 5.593 dengan penambahan 72 orang. (Aiw/Bay/Fer/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya