Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sampah Rumah Tangga Meningkat, Produk Sirkular Bisa Jadi Alternat

Ihfa Firdausya
11/6/2020 22:47
Sampah Rumah Tangga Meningkat, Produk Sirkular Bisa Jadi Alternat
Sampah sempat menumpuk di pembatas jalan di Ciledug, Tangerang, Banten, akhir Mei lalu(Antara/Rivan Awal Lingga)

PEMBATASAN kegiatan di luar rumah selama masa pandemi covid-19 berdampak pada meningkatnya sampah rumah tangga. Menurut Pakar Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Enri Damanhuri, hal ini disebabkan adanya perubahan dalam kebiasaan menghasilkan sampah.

"Di rumah, tukang makanan dan tukang sayur tetap jalan. Yang tidak ada kan ke pasar tradisional, toko, mal dan sebagainya. Kita juga banyak tergantung kepada pembelian online yang diantar ke rumah. Ini mau tidak mau menggunakan kantung plastik," katanya dalam webinar bertajuk "Menjaga Kesehatan Lingkungan Indonesia dari Rumah saat New Normal", Kamis (11/6).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, penggunaan layanan pesan antar meningkat 2 kali lipat di area Jabodetabek selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Perubahan kebiasaan belanja rumah tangga seperti ini berkontribusi terhadap meningkatnya sampah plastik sekali pakai.

Enri menyarankan konsumen sebisa mungkin memilih produk yang sifatnya sirkular atau bisa dikembalikan. Hal ini agar jumlah sampah yang dihasilkan bisa ditekan.

"Selain itu, penting juga memilah sampah rumah tangga atau bahkan mengolah sampah organik di rumah untuk kegunaan lain seperti kompos misalnya," jelasnya.

Di sisi lain, kata Enri, produsen memiliki tanggung jawab untuk mengurangi sampah dengan inovasi kemasan dan model bisnisnya. Contohnya dengan memilih produk dengan kemasan guna ulang yang bisa dikembalikan.

Menurut Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar, Pemerintah telah menerbitkan kebijakan untuk mewujudkan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen. Hal ini dapat menjadi panduan bagi upaya pengurangan sampah menuju era baru pengelolaan sampah.

Baca juga : Sinar Mas Land Serahkan 1.000 Paket untuk Wisma Atlet

“KLHK juga melakukan pemantauan dan pengawasan upaya produsen dalam mengurangi sampah melalui pengumpulan data jumlah dan jenis bahan baku produk dan kemasan yang mereka gunakan," ujar Novrizal dalam kesempatan yang sama.

Sementara itu, beberapa perusahaan di Indonesia telah menerapkan konsep ekonomi sirkular dengan memperkenalkan kemasan guna ulang. Salah satunya Danone-Aqua yang telah menggunakan kemasan galon guna ulang sejak 1983.

Menurut Sustainable Development Director Danone-AquaKaryanto Wibowo, perusahaannya telah berupaya mengimplementasikan prinsip ekonomi sirkular dalam setiap lini produknya.

"Saat ini galon mencakup 70% volume bisnis kami yang mana berarti 70% bisnis kami sepenuhnya sirkular,” ungkapnya.

“Kami akan terus berinovasi untuk membantu pemerintah mewujudkan ambisinya mengurangi 70% sampah di laut pada tahun 2025 dengan mengumpulkan lebih banyak plastik dari yang kami gunakan pada tahun yang sama lewat gerakan Bijak Berplastik. Tujuannya adalah mewujudkan lingkungan Indonesia yang lebih bersih dan sehat," imbuhnya.

Menurut Pendiri Divers Clean Action, organisasi nirlaba yang berfokus pada permasalahan sampah di lautan, Swietenia Puspa Lestari, masyarakat bisa mengurangi sampah dengan memilih opsi pengiriman alternatif yang tidak menambah sampah.

"Dengan mengubah perilaku di rumah, kita turut mencegah kerusakan lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana kesehatan di kemudian hari," katanya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya