Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Siswa SMA Tewas saat Kegiatan Pengenalan Sekolah

DW/Dhk/X-10
15/7/2019 07:50
Siswa SMA Tewas saat Kegiatan Pengenalan Sekolah
Polisi Dalami Kematian Siswa SMK Taruna(MI/Dwi Apriani)

KEGIATAN masa orientasi siswa (MOS) kembali menelan korban jiwa. Delwyn Berli Julindro, siswa baru SMA Taruna Indonesia di Palembang, Sumatra Selatan, menghembuskan napas terakhir, Sabtu (13/7), setelah mengikuti MOS sejak Senin (8/7).

Berce, ibu korban, menduga Delwyn menjadi korban penganiayaan karena ditemukan luka memar di tubuhnya. Selain itu, keluarga menyebut Delwyn dalam keadaan sehat sebelum mengikuti MOS di sekolah yang menerapkan pendidikan semimiliter itu.

"Ada luka memar di lutut, itulah kenapa kami buat laporan polisi," kata Berce, kemarin.

Kapolresta Palembang Kombes Didi Hayamasyah mengatakan telah memeriksa sejumlah saksi untuk mengetahui penyebab tewasnya korban. "Sudah lebih dari delapan saksi yang kami periksa terkait meninggal korban. Saksi yang diperiksa mulai kepala sekolah hingga teman satu kelompok korban saat MOS."

Ia menuturkan pemeriksaan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak Sabtu seusai adanya laporan dari orangtua korban. "Sejak kemarin terus diperiksa, tetapi kami belum bisa simpulkan hasilnya. Kami masih menunggu hasil forensik."

Selain pemeriksaan, Didi menyebut tim penyidik sudah melakukan olah TKP di SMA Taruna Indonesia di Jalan Pendidikan, Sukarami, Kota Palembang.

Kepala Dinas Pendidikan Sumatra Selatan Widodo menyesalkan terjadi peristiwa itu karena sudah mengingatkan pihak sekolah agar tidak melakukan kekerasan secara fisik ataupun mental saat MOS.

"Sudah lama sekali itu, itu kebiasaan lama dan kita sudah ingatkan terus. Tak boleh ada tekanan antara adik kelas dan kakak kelas, tapi ini selalu dilakukan saat MOS," katanya.

Pengamat pendidikan Itje Chodjidjah juga menegaskan sekolah harusnya sudah meninggalkan budaya kekerasan dalam melakukan pendisiplinan.

"Kekerasan di sekolah dengan dalih apa pun, baik itu untuk mendisiplinkan maupun lainnya tidak bisa dibenarkan," ujarnya.

Menurut Itje, mencuatnya kasus itu membuktikan pembudayaan kekerasan di sekolah masih dicoba dihidupkan kembali, khususnya sekolah dengan label taruna. Padahal, kasus kekerasan serupa sebenarnya sudah jarang terdengar belakangan ini. (DW/Dhk/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya