Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Dari Lokal ke Global: Peran Anak Muda dalam Merespons Cuaca Ekstrem

Muhammad Erza Aimar Rizky Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia
11/2/2025 17:34
Dari Lokal ke Global: Peran Anak Muda dalam Merespons Cuaca Ekstrem
(Dokpri)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025. Situasi ini disebabkan oleh fenomena La Nina yang tertunda dan berlangsung lebih panjang. Konsekuensinya, masyarakat Indonesia diimbau untuk tetap waspada terhadap dampak dari cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang akan merusak permukiman atau bahkan memakan korban.

Tren semakin banyak kondisi cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir merupakan konsekuensi dari perubahan iklim. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan seluruh belahan dunia dengan dampak yang bervariasi seperti kemarau berkepanjangan, gelombang panas, curah hujan sangat tinggi, dan badai siklon. Menurut World Meteorological Organization (WMO), perubahan iklim yang memburuk memicu cuaca ekstrem serta meningkatkan risiko bencana bagi kelompok rentan.

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan anak muda. Studi The Lancet menunjukkan bahwa tiga perempat dari mereka yang berusia 16–25 tahun di 10 negara takut terkait masa depan bumi. Lebih dari setengahnya percaya bahwa umat manusia akan hancur. Namun, sebagian anak muda memilih menghadapi tantangan ini dengan aktif menghadapi perubahan iklim melalui pendekatan khas generasi ini, glokalisasi.

Istilah glokalisasi

Ethan Goffman dalam artikelnya pada jurnal ilmiah Sustainability: Science, Practice, & Policy mengajukan konsep glokalisasi sebagai jawaban untuk kompleksitas jalinan isu lingkungan yang bersifat lokal dan global di saat yang bersamaan, serta diakselerasi oleh perilaku manusia. Secara singkat, glokalisasi berarti hidup secara lokal dan berpikir secara global dalam menghadapi suatu isu.

Di Indonesia, hal ini berarti menggabungkan kearifan lokal yang sudah mengakar serta diwariskan secara turun-temurun dan solusi global yang dapat memperkaya perspektif serta cara bertindak berkat era informasi. Dalam praktiknya, hal ini berbentuk perilaku yang berfokus pada komunitas sekitar, baik urban atau rural, tetapi tetap memiliki wawasan yang mendunia di tengah meningkatnya keterkaitan antara tindakan lokal dan dampak global. Anak muda didorong untuk hidup jauh lebih lokal, tetapi berpikir jauh lebih global dalam menghadapi masalah lingkungan.

 

UNSPLASH/MARKUS SPISKE

Upaya yang dilakukan

Para anak muda secara aktif berupaya mengadvokasikan darurat iklim agar memiliki urgensi yang sama dengan masalah darurat lainnya. Salah satu bentuk paling umum dalam upaya tersebut adalah dengan berpartisipasi dalam dengar pendapat, konsultasi, atau lokakarya bersama institusi berwenang dalam isu ini. 

Selanjutnya, jika tidak mendapatkan pengakuan dari pembuat kebijakan, mereka biasanya menggunakan media untuk kampanye publik, baik secara tradisional maupun digital. Tujuannya menyoroti kekhawatiran mereka dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

Strategi yang dilakukan adalah menyorot isu-isu lokal yang memiliki implikasi global. Advokasi dipersempit dengan mengangkat isu-isu lokal, seperti pembangunan kota berkelanjutan atau sustainable cities serta pola konsumsi dan produksi sehari-hari yang ramah lingkungan. 

Hal tersebut dicontohkan oleh gerakan Fridays for the Future (FFF) di Jerman yang mayoritas anggotanya perempuan, peserta aksi pemula, dan berbasis pada media sosial. Setelah puncak aksinya pada 2018, mereka mempertahankan momentumnya pada 2024 dengan berpartisipasi pada aksi mogok serikat pekerja transportasi publik ver.di. 

Aliansi yang bertema Kita berkendara bersama ini dipilih karena ada keterkaitan antara upaya pengurangan emisi dan urgensi dukungan pemerintah untuk manajemen transportasi publik yang lebih baik.

Bagaimana kita dapat berpartisipasi?

Tanggung jawab kita sebagai anak muda adalah memulai upaya advokasi ini dari komunitas sekitar terlebih dahulu. Di Indonesia, pendekatan glokalisasi dapat diterapkan dengan mendokumentasikan tradisi masyarakat dalam pelestarian lingkungan dan pengetahuan tradisional dalam merespons cuaca ekstrem. 

Cara lain yang dapat dilakukan adalah menggabungkan kearifan lokal dan data ilmiah untuk memetakan kerentanan, zona aman, dan sumber daya komunitas dalam kejadian cuaca ekstrem. Selain itu, kita dapat meneliti struktur bangunan tradisional warisan turun-temurun yang terbukti tahan terhadap kondisi cuaca lokal. 

Glokalisasi berperan memanfaatkan keahlian dan data global untuk memberdayakan komunitas sekitar kita. Jika pemerintah bergerak lambat, ambil inisiatif dengan berorganisasi, mengedukasi, dan berinovasi, sambil menuntut akuntabilitas dari pihak berwenang.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya