BI Proyeksikan Penurunan Bertahap Suku Bunga The Fed hingga 3,5% di 2026

Media Indonesia
04/7/2025 11:20
BI Proyeksikan Penurunan Bertahap Suku Bunga The Fed hingga 3,5% di 2026
Ilustrasi(Dok AFP)

BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang. Proyeksi utama menunjukkan suku bunga acuan AS akan turun ke kisaran 4,0% pada 2025, dan melanjutkan tren penurunan ke 3,5% pada akhir 2026.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan pandangan tersebut dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI. Menurut Perry, tren penurunan inflasi di Amerika Serikat berjalan lambat, namun tetap memberikan ruang bagi pelonggaran moneter.

“Inflasi AS memang melandai secara gradual. Oleh karena itu, kami memperkirakan suku bunga The Fed akan diturunkan secara bertahap hingga mencapai 3,5% pada 2026,” ujar Perry, Jumat (4/7), dikutip dari Antara.

Meski begitu, Perry mencatat bahwa defisit fiskal AS yang membesar—dari 6,4% PDB tahun ini ke 7% PDB pada 2026—diperkirakan akan menjaga tingkat imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS tetap tinggi. Bahkan, yield US Treasury tenor 10 tahun diproyeksikan menyentuh 4,7% pada kuartal I-2026 dan cenderung bertahan di level tinggi sesudahnya.

“Kondisi ini akan memengaruhi pasar obligasi dalam negeri, termasuk Surat Berharga Negara (SBN), serta berdampak pada pembiayaan fiskal dan stabilitas keuangan domestik,” tambahnya.

Dari sisi nilai tukar, Perry mencermati pergeseran preferensi investor global. Dolar AS menunjukkan kecenderungan melemah karena persepsi risiko global meningkat, mendorong dana asing bergerak ke aset lindung nilai seperti emas dan portofolio di pasar negara berkembang (emerging markets).

Volatilitas arus modal dan fluktuasi kurs, menurut Perry, masih sangat rentan terhadap dinamika geopolitik dan kebijakan global, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan kebijakan dagang AS.

Sementara itu, proyeksi ekonomi global 2026 menurut BI cenderung stagnan di kisaran 3%, dengan pertumbuhan ekonomi AS melambat dari 2,1% tahun ini menjadi 1,8% pada 2026, disertai potensi tekanan resesi.

Negara mitra dagang utama Indonesia lainnya juga menunjukkan tren moderat. Ekonomi Tiongkok diproyeksi melambat dari 4,3% pada 2025 menjadi 4,1% di 2026, sementara Eropa dan Jepang tetap dalam kondisi tertekan. Hanya India yang dinilai mampu menjaga momentum pertumbuhan pada level 6,6%.

Perry menekankan bahwa Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonomi domestik menghadapi dampak eksternal, terutama dengan menjaga stabilitas nilai tukar, memperkuat pasar obligasi, dan mendorong kebijakan stimulus melalui fiskal dan moneter.

“Untuk menjaga pertumbuhan, sinergi kebijakan menjadi penting. Baik dari sisi fiskal, moneter, maupun dukungan terhadap sektor riil—termasuk melalui program strategis Astacita,” pungkasnya. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya