Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Mayoritas Asumsi Makro APBN 2024 Meleset, Pemerintah Didorong Lakukan Perencanaan Lebih Baik

M Ilham Ramadhan Avisena
08/1/2025 17:53
Mayoritas Asumsi Makro APBN 2024 Meleset, Pemerintah Didorong Lakukan Perencanaan Lebih Baik
Ilustrasi: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

MAYORITAS asumsi ekonomi makro dalam APBN 2024 meleset dari target awal. Karenanya pemerintah didorong untuk bisa melakukan perencanaan dan penyusunan anggaran lebih baik ke depan.

Itu berangkat dari realisasi APBN 2024 nyaris tak mampu memenuhi Asumsi Dasar Ekonomi Makro yang telah ditetapkan sebelumnya. "Mayoritas asumsi dasar makro itu meleset, kalau melesetnya membaik, itu bagus. Tapi ini ternyata tidak, sebagian besar itu lebih buruk," ujar ekonom dari Bright Institute Awalil Rizky dalam diskusi daring, Rabu (8/1).

Pada pertumbuhan ekonomi, misalnya, asumsi dasar ekonomi makro APBN 2024 menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu mencapai 5,2%. Namun sejumlah prakiraan dan proyeksi yang dikeluarkan pemerintah, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mampu tumbuh 5,0%.

Realisasi pertumbuhan ekonomi yang meleset itu, kata Awalil, bukan hal sepele. Pasalnya selisih 0,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki dampak berarti pada perekonomian. Dari hitungannya, target yang tak tercapai itu sama dengan Indonesia kehilangan sekitar Rp50 triliun dari transaksi ekonomi di sepanjang tahun lalu. 

"Kalau dikaitkan dengan PDB, itu menyangkut transaksi ekonomi, produksi ekonomi yang berkurang signifikan, nilai tambahnya berkurang Rp40-Rp50 triliun dari targetnya," terangnya.

Lalu pada asumsi nilai tukar rupiah, pemerintah mematok nilai tukar rupiah dalam APBN 2024 di angka Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun data Kementerian Keuangan menunjukkan nilai tukar rupiah berada di angka Rp16.162 per dolar AS pada akhir tahun berjalan (end of period/eop). 

Hal itu berdampak pada dua sisi di postur APBN. Di sisi pendapatan, kemungkinan akan ada peningkatan dari sejumlah sektor. Namun di lain sisi akan terjadi pula peningkatan belanja di beberapa sektor. 

Asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) juga meleset. Pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah di angka US$82 per barel. Sementara realisasi di akhir tahun ICP hanya berada di angka US$71,6 per barel. 

Pun demikian dengan realisasi lifting minyak dan gas yang meleset dari asumsi. Listing minyak dalam APBN 2024 diasumsikan mencapai 635 ribu barel per hari, sementara di akhir tahun realisasinya hanya mencapai 571,7 ribu barel per hari. Sedangkan realisasi lifting gas tercatat 973 ribu barel setara minyak per hari, di bawah asumsi sebesar 1.033 ribu barel setara minyak per hari. 

Hanya ada satu hal yang tercatat sejalan atau sesuai dengan asumsi makro APBN 2024, yakni inflasi. Pada 2024 inflasi tercatat di angka 1,57%, lebih rendah dari yang diasumsikan di angka 2,8%.

Awalil mengatakan, melesetnya realisasi dari asumsi dasar makro itu berpengaruh pada perekonomian dan APBN di 2024. "Asumsi-asumsi itu memberikan dampak dan pengaruh pada postur di APBN," jelasnya. 

Dari laporan Kemenkeu, kata dia, defisit hingga tutup buku tahun anggaran 2024 tercatat Rp507 triliun, sekitar 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Awalil, itu bukan suatu pencapaian yang impresif lantaran secara persentase sama dengan yang ditargetkan di awal APBN 2024 oleh pemerintah. (Mir/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya