Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Investasi Hilirisasi Iringi Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

M Ilham Ramadhan Avisena
20/12/2024 19:03
Investasi Hilirisasi Iringi Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Diskusi Executive Forum yang digagas Media Indonesia dan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM di Jakarta.(Dok. MI)

AGENDA penghiliran industri menjadi salah satu cara yang bakal ditempuh pemerintah untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi 8 persen secara bertahap. Pasalnya melalui penghiliran industri, Indonesia akan mendapatkan nilai tambah dari produk yang dijual dan menarik banyak investasi yang mampu mendorong penciptaan lapangan kerja di Tanah Air.

Demikian disampaikan Sekretaris Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Sekretaris Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Heldy Satrya Putera dalam Executive Forum yang diselenggarakan Media Indonesia bertajuk Hilirisasi Nikel: Kunci Indonesia dalam Membangun Ekosistem EV Global, Jakarta, Jumat (20/12).

Dia mengatakan, saat ini hal yang paling dibutuhkan ialah mengundang banyak investasi asing masuk ke dalam negeri. Itu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan teknologi industri yang saat ini belum dimiliki Indonesia. “Masalah pertama itu adalah teknologi. Jadi walau sumber daya alam kita cukup kaya, kita masih kurang di sisi teknologi, dan itu besar kemungkinan dapat terpenuhi kalau asing masuk,” kata Heldy.

“Masalah kedua, ialah bagaimana kesiapan dari sumber daya manusia lokal itu bisa menyeimbangi teknologi dari industri yang masuk ke Indonesia. Karena investasi di hilirisasi ini sangat besar sekali. Maka kita membuat kebijakan agar pelaku usaha atau investor itu juga memberikan pelatihan kepada tenaga kerja Indonesia untuk bisa menguasai teknologi itu,” lanjutnya.

Dengan begitu, kata Heldy, diharapkan SDM dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja dari industri yang masuk ke Tanah Air. Selagi, investor membangun pabrik, mereka didorong untuk memberikan pelatihan, sehingga ketika pabrik siap untuk beroperasi, tenaga kerja lokal dapat terserap dan bekerja dalam operasionalisasi produksi.

Daya dukung investasi hilirisasi dapat diandalkan untuk mendongkrak perekonomian. Data BKPM menunjukkan, untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi 8 persen di 2029, maka diperlukan investasi sebesar Rp3.414,82 triliun. Nilai tersebut juga tak serta merta muncul, Kementerian Investasi telah membidik pertumbuhan laju penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk lima tahun ke depan.

Pada 2024, misalnya, investasi ditargetkan mampu mencapai Rp1.650 triliun dan akan mengerek angka pertumbuhan ekonomi menjadi 5,05 persen. Lalu di 2025, investasi ditargetkan mencapai Rp1.905,80 triliun dan akan membawa perekonomian tumbuh ke angka 5,30 persen. Sementara di 2026, investasi ditargetkan mencapai Rp2.175,26 triliun dan membawa perekonomian tumbuh ke 6,30 persen.

Kemudian pada 2027, investasi ditargetkan mencapai Rp2.567,47 triliun dan membawa pertumbuhan ekonomi ke angka 7,5 persen. Sedangkan di 2028, investasi ditargetkan mencapai Rp2.969,64 triliun dan membawa perekonomian tumbuh ke angka 7,7 persen. Dus, pertumbuhan investasi secara rerata pada periode 2024-2029 diprakirakan mencapai 15,67 persen per tahun. Sementara rerata penyerapan tenaga kerja di periode yang sama diproyeksikan mencapai 3,35 juta orang secara rerata.

Hilirisasi, kata Heldy, juga berkontribusi signifikan di dalamnya. Pada 2023, dari total investasi yang masuk sebesar Rp1.418,9 triliun, porsi investasi hilirisasi mencapai Rp375,4 triliun, setara 26,5 persen. Sementara pada tahun berjalan di 2024 (Januari-September) investasi hilirisasi telah mencapai Rp272,9 triliun, setara 21,6 persen dari total investasi yang masuk sebesar Rp1.261,4 triliun.

“Itu baru hilirisasi dari nikel yang juga penghilirannya masih di tahap pertama. Kalau kita bicara hilirisasi yang lebih luas, dengan 28 komoditas yang sudah kita petakan, maka tentu kontribusinya akan jauh lebih besar lagi. Ini memberikan kita harapan bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen itu bisa kita capai,” kata Heldy.

“Tentu dengan catatan kita harus bangun ekosistemnya, dan itu tidak hanya bicara soal cadangan komoditas, tetapi regulasi yang mendorong hilirisasi itu sendiri, baik itu perizinan maupun insentifnya,” sambung dia.

Bukan Target Mustahil

Di kesempatan yang sama, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, target untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen secara bertahap sejatinya bukan sesuatu yang mustahil. Menurutnya itu dapat terealisasi jika pemerintah serius mengembangkan pertumbuhan industri, termasuk industri logam dasar.

Dari hitungan Indef, kata dia, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 8% jika pertumbuhan industri logam dasar mampu tumbuh 8,8 persen. Secara umum, pertumbuhan industri juga harus mampu menembus 9% demi mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 8 persen. “Salah satu subsektor logam dasar itu salah satunya paling diandalkan adalah hilirisasi nikel yang berkembang di beberapa daerah,” kata Heri.

“Karena banyak investasi terjadi di sana. Industri logam dasar ini bisa jadi salah satu produk unggulan ekspor di masa depan, produk turunannya juga cukup potensial. Hilirisasi nikel itu terbukti berdampak, tidak hanya memberikan manfaat ekon, tapi juga sosial terangkat. Maka dari itu, pertumbuhan logam dasar dan juga industri barang logam sangat diharapkan,” lanjutnya.

Sedangkan Konsultan Senior Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto mengungkapkan, salah satu aspek penting untuk mendorong pertumbuhan industri dan investasi ialah keberadaan lembaga strategis yang dapat melakukan pembiayaan atau pendanaan. Itu menurutnya dapat dilakukan oleh lembaga anyar Danantara.

“Kalau hanya mengandalkan pada keranjang APBN saja, stimulate 8 persen itu sulit. Perlu cara lain, kalau kita bisa buat suasana atmosfer investasi lebih baik, bisa membuat keyakinan para investor global untuk datang,” terangnya.

“Untuk itu bagaimana harapan pada BP Danantara. Saya kira modelnya, Danantara bukan sekadar sovereign wealth fund, tapi dia juga akan bergerak menjadi strategic investment fund, makanya INA (Indonesia Investment Authority) di situ. Jadi mereka akan saling melengkapi, bukan bersaing,” tutur Toto.

Dari sektor otomotif, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga menyatakan dukungannya kepada pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, pelaku industri otomotif juga berkomitmen menjaga optimisme tersebut.

Itu karena menurutnya, pencapaian target di industri otomotif dengan target pertumbuhan ekonomi selaras dan dapat beriringan. “8 persen itu harusnya bisa, kita ingin jaga optimisme itu. kita pernah mengalami penjualan tembus 1 juta, itu pada waktu pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen, itu 2009. Ini harus kita jaga. Kalau ini bisa jalan, maka akan luar biasa,” kata Kukuh.

“EV (electric vehicle/kendaraan listrik) harusnya kita juga jalan. Tapi yang lain juga tetap jalan, karena kita juga bisa supply negara-negara lain, dan Afrika itu belum banyak kita jamah. Kemudian kami juga bicara Eropa Timur, ini kan mengalami kemajuan ekonomi cukup bagus, karena Jerman sudah mahal, sehingga assembling plan banyak dipindah ke Rumania, Bulgaria, tapi kalau komponen masih buatan Jerman, itu masih mahal. Ini harusnya bisa disupply dari kita. Ekosistem yang menyeluruh perlu dikembangkan,” pungkasnya. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik