Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Bank Indonesia didesak segera memangkan suku bunga acuan atau BI Rate. Itu harus dilakukan demi menghambat tanda-tanda pelambatan ekonomi yang kini sudah mulai muncul.
"Jangan sampai, perekonomian Indonesia tumbuh di bawah 5% pada triwulan III 2024 lantaran BI terlambat memutuskan penurunan bunga acuan," ujar ekonom Institute for Development of Economincs and Finance (Indef) Eko Listiyanto dalam diskusi daring bertajuk Moneter dan Fiskal Ketat, Daya Beli Melarat, Kamis (12/9).
Turunnya bunga acuan dinilai dapat membanjiri ekonomi dengan likuiditas. Banjirnya likuiditas akan menarik pergerakan sektor riil yang berimplikasi pada geliat perekonomian. Karenanya, alih-alih hanya mengamankan sektor keuangan, kebijakan BI juga mesti ditujukan untuk mendongkrak kinerja sektor riil.
Baca juga : Bank Indonesia Didesak segera Pangkas Suku Bunga Acuan
"Kami melihat cuan terbaik itu yang mengalir ke sektor riil, diputar kembali ke pereknomian, bukan hanya disimpan di sektor keuangan. Ini dibutuhkan untuk ekonomi saat ini, itu harus dari pembuat kebijakan," tutur Eko.
Faktor lain yang mestinya dijadikan pertimbangan BI memangkas suku bunga ialah transisi pemerintahan yang berjalan dengan mulus. Eko menilai itu sebagai modal penting lantaran estafet pemerintahan tak diwarani kegaduhan yang memberi dampak negatif pada perekonomian.
"Ini modal, bagaimana ini bisa mendorong perekonomian sangat bergantung pada pengambil keputusan nanti. Apakah akan business as usual, hanya merespons yang ada di global, maka stabilitas hanya akan terjadi di sektor keuangan, tapi riil melemah dan kita harus bersiap pada pertumbuhan ekonomi yang tidak membawa arah baik pada Indonesia Emas," pungkas Eko. (Z-11)
KETUA Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Sutrisno khawatir bahwa Indonesia berpotensi dikenakan tarif impor AS lebih tinggi karena masuk BRICS.
EKONOM senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad meminta Indonesia mewaspadai dampak lanjutan (second round effect) dari kebijakan tarif resiprokal AS.
Menurutnya, Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan Rokok Ilegal belum menyasar akar masalah karena terlalu fokus pada penindakan di bagian hilir tanpa mengatasi sumber permasalahan dari sisi hulu.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan.
Peneliti Ekonomi Makro dan Finansial Indef Riza Annisa Pujarama menilai lima stimulus ekonomi dari pemerintah tidak akan mampu mendorong daya beli masyarakat.
Pemerintah perlu melakukan audit regulasi lintas sektor secara menyeluruh, terutama pada sektor padat karya yang menyerap jutaan tenaga kerja.
Pengamat Celios, Nailul Huda, memprediksi BI akan mempertahankan BI Rate, seiring keputusan The Fed dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung perubahan suku bunga.
Dari sisi pendanaan, tren penurunan suku bunga acuan diperkirakan akan memperkuat likuiditas dan meningkatkan efisiensi struktur biaya dana.
Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya tahun ini.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved