Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengungkapkan rumah tangga Indonesia semakin tertekan. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Mei 2025 yang menunjukkan adanya kenaikan proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk membayar utang, dari 10,5% pada April menjadi 10,8% di bulan Mei 2025.
Dia menilai ketika porsi pembayaran utang meningkat sementara, tidak diimbangi kenaikan pendapatan, ini mengindikasikan pola konsumsi rumah tangga yang mulai bergeser ke arah utang sebagai penopang gaya hidup.
"Rumah tangga Indonesia semakin tertekan, bukan hanya oleh harga barang kebutuhan pokok, tetapi juga oleh kewajiban keuangan yang membesar," ungkap Rizal kepada Media Indonesia, Kamis (12/6).
Menurutnya, kondisi tersebut menjadi perhatian serius dalam perspektif ekonomi rumah tangga, karena konsumsi merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, kini konsumsi mulai dibayangi oleh tingginya beban utang.
Lebih lanjut, Rizal menuturkan kondisi rumah tangga di Indonesia diperparah oleh biaya kredit konsumsi yang masih tinggi akibat suku bunga acuan Bank Indonesia yang juga belum turun secara signifikan. Hal tersebut membuat akses pembiayaan menjadi mahal, terutama bagi kelompok rentan.
Secara kasat mata, lanjut Rizal, meski ekonomi Indonesia tampak stabil dengan inflasi yang terkendali di kisaran 2,84% (yoy), namun di bawah permukaan, terdapat sejumlah indikasi bahwa ekonomi belum benar-benar pulih secara inklusif.
Penurunan rata-rata proporsi konsumsi terhadap pendapatan dari 74,8% menjadi 74,3% pada Mei 2025 mencerminkan pelemahan daya beli, terutama pada kelompok menengah bawah yang paling sensitif terhadap fluktuasi harga.
"Jika konsumsi masyarakat mulai terkikis dan digantikan oleh pembiayaan melalui utang, maka pemulihan ekonomi menjadi bersifat semu dan rentan," jelas Rizal.
Tantangan struktural ekonomi nasional masih membayangi. Apabila tekanan eksternal seperti melemahnya ekspor dan depresiasi rupiah terus berlangsung, maka ketahanan ekonomi nasional akan semakin teruji.
Rizal menekankan strategi pemerintah ke depan tidak cukup hanya mengandalkan stimulus jangka pendek. Diperlukan kebijakan yang mampu memperkuat daya beli secara struktural, seperti penciptaan lapangan kerja formal, perluasan perlindungan sosial yang progresif, serta reformasi fiskal yang mendukung pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan. (H-3)
REIWA merupakan produk lokal yang membawa perangkat elektronik rumah tangga dengan desain stylish dan teknologi unggul.
Perempuan diharapkan bisa mandiri secara finasial dan mampu berdaya guna sehingga dapat menyejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup.
Pemilihan perangkat rumah tangga modern yang tepat akan membawa kenyamanan. Kegiatan bersih-bersih, memasak, dan mencuci pun jadi lebih mudah.
meskipun keduanya berperan dalam merawat anak-anak, ada perbedaan penting antara baby sitter dan nanny yang perlu dipahami oleh orang tua
Komunikasi asertif juga dapat mendorong untuk menyelesaikan konflik secara damai dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Video Instagram viral oleh Eric Taylor (@dopedad_e) menyoroti perbedaan antara ayah yang "keren" dan ayah yang "payah" dalam konteks peran mereka di rumah.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) menilai persoalan utama dalam penyaluran kredit ialah pada kemampuan konsumsi rumah tangga, alih-alih pada tingkat bunga acuan.
DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE), Mohammad Faisal memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan ketiga berpotensi di kisaran 4,9-5%.
Mesin utama pertumbuhan, yaitu konsumsi masyarakat, tumbuh melambat menjadi 4,91% secara tahunan pada kuartal ketiga 2024, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,93%.
Kinerja konsumsi rumah tangga dan industri pengolahan mendorong pelambatan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024.
Pemerintah didorong untuk bisa menarik investasi asing secara deras guna mendukung penciptaan lapangan kerja.
Direktur Eksekutif Core Mohammad Faisal menilai anjloknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dipicu dari tren pelemahan konsumsi rumah tangga, utamanya kelas menengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved