Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pelaku Industri Ingatkan Bakal Terjadi PHK Besar-besaran

Faustinus Nua
04/8/2024 21:01
Pelaku Industri Ingatkan Bakal Terjadi PHK Besar-besaran
Massa buruh berunjuk rasa menolak PHK pekerja tekstil di kawasan Patung Kuda, Jakarta(Dok.MI/Usman Iskandar)

GELOMBANG pemutusan hubungan kerja (PHK) diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun. Hal ini dikarenakan deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Danang Girindrawardana menginginkan bahwa PHK besar-besaran pasti terjadi di Indonesia. Saat ini saja, di beberapa sektor industri sudah mulai melakukan PHK dengan jumlah yang tidak sedikit.

"PHK besar-besaran pasti terjadi, menyusul fenomena deindustrialisasi ini," ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (4/8).

Baca juga : Kemenperin: 11 Ribu Buruh Tekstil Kena PHK akibat Aturan Kemendag

Menurutnya, deindustrialisasi yang terjadi sudah memasuki level darurat. Harus ada upaya serius pemerintah untuk mengatasi hal ini dengan dukungan kebijakan yang tepat bagi dunia industri.

"Sebenarnya, Indonesia sudah mengalami deindustrialisasi 10 tahun terakhir ini. 2024 level lebih berbahaya, dan menuju pada tahap status darurat manufaktur," imbuhnya.

Lebih lanjut, Danang mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tertolong oleh produk komoditas, CPO atau hasil tambang mineral. Pertumbuhan ekonomi memang relatif baik tapi kontribusi dari sektor manufaktur masih minum.

Baca juga : Apindo Sebut PHK di Industri TPT Belum Berakhir

"Jadi, meskipun pertumbuhan ekonomi relatif baik, namun kontribusi sektor manufaktur kita menurun, terutama di industri padat karya, seperti tekstil, garment dan sepatu. Angka PMI kita juga menurun, menunjukkan geliat industri merendah," jelasnya.

Danang menyebut, kenaikan harga-harga konsumen juga menunjukkan gagalnya pemerintah mempertahankan swasembada produksi dengan ekosistem domestiknya. Komponen-komponen impor yang mengandung transaksi berbasis nilai tukar USD juga semakin melemahkan sektor manufaktur, terutama di industri farmasi dan bahan baku industri olahan.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya