Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Bank Indonesia terus memonitor dan mencermati perkembangan global, utamanya terkait kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat. Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat menjadi perhatian bagi BI.
Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti kepada pewarta seusai menghadiri pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (Fekdi) dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024, Jakarta, Kamis (1/8).
"Ekspektasi kita memang lebih konservatif di Desember. Kalau misalnya The Fed bisa cepat menurunkan di September, mestinya itu bisa lebih bagus. Jadi situasi high for longer-nya secara bertahap bisa turun," ujarnya.
Baca juga : The Fed Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi. Prediksi Nilai Tukar Rupiah?
Sinyal The Fed yang akan menurunkan suku bunga acuan lebih cepat di September diungkapkan Chairman The Fed Jerome Powell. Itu ia sampaikan, setelah pada Rabu (31/7) waktu setempat, memutuskan bahwa The Fed menahan suku bunga di level 5,25% hingga 5,5% pada bulan ini.
Peluang pemangkasan suku bunga terbuka jika penurunan angka inflasi di Negeri Paman Sam terus berlanjut di tengah membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat. Diketahui The Fed menargetkan inflasi bergerak ke angka 2% dari posisi sekarang ini di angka 3% pada Juni 2024.
Destry menyampaikan, BI sedianya telah mengantisipasi dinamika kebijakan di AS, utamanya terkait suku bunga acuan. Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed di September itu juga disebut termasuk dalam skenario antisipasi moderat yang ditimbang oleh BI.
"Pokoknya kita sudah antisipasi bahwa The Fed akan turunkan suku bunga. Apalagi Eropa kan sudah menurunkan suku bunga, pasti bagus lah, insya Allah buat indonesia lebih bagus," pungkas Destry. (Z-11)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved