Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DIREKTUR Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Budi Waryanto menyatakan bahwa masalah ketersediaan stok pangan yang saat ini terjadi salah satunya disebabkan oleh fenomena iklim atau climate change.
"Tapi kita sudah mengantisipasi sejak lama. Kami sebenarnya tidak hanya mengantisipasi perubahan iklim ekstrem saja yang kita amati 2 tahun terakhir terkait dengan penyediaan pangan. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, Indonesia tidak seluruhnya bisa menghasilkan pangan dari dalam negeri," katanya pada Selasa (5/3).
Sebagai contoh, beberapa komoditas pangan yang saat ini masih mendapatkan suplai dari impor adalah daging, gula, bawang putih, dan juga kedelai.
Baca juga : Masuk Musim Hujan, Jokowi Minta Para Petani Segera Lakukan Penanaman
"Secara komprehensif, iklim iya (berpengaruh), tapi hal lain yang kita amati adalah ketidakstabilan geopolitik. Kita sudah amati Ukraina sebagai sumber impor gandum kita itu terganggu," jelas dia.
Selain itu, lanjut Budi, beberapa tahun lalu ada penyakit mulut kuku (PMK) pada sapi-sapi yang ada di Indonesia sehingga menyebabkan terganggunya ketersediaan daging.
"Dari semua ini memang yang ada dilakukan Badan Pangan Nasional jangan sampai kita terperosok kepada masalah krisis pangan. Sehingga kita mengidentifikasi bagaimana kesediaan pupuk untuk produksi dalam negeri karena kalau urea mungkin Indonesia masih cukup, tapi beberapa bahan baku pupuk untuk kalium, fosfat, kita mengimpor dari Ukraina, Rusia dan sebagainya," ungkap Budi.
Baca juga : Bulog dan Bapanas Pastikan Stok Beras di Grosir-Grosir Tersedia
Namun, dari semua permasalahan tersebut, di 2023 yang sangat dominan memberikan dampak terhadap masalah ketersediaan pangan adalah masalah iklim atau lebih tepatnya adalah fenomena El Nino.
Sebagaimana diketahui, di 2024 tepatnya Januari produksi beras Indonesia hanya sebanyak 0,86 juta ton dan di Februari hanya 1,38 juta ton. Sedangkan untuk Maret diperkirakan produksi beras sebanyak 3,84 juta ton dan di April sebanyak 4,92 juta ton.
"Selama 4 bulan ini produksinya dibanding tahun 2023 itu dibawah. Dan secara bulanan, Januari-Maret produksi beras di bawah dari produksi 2-3 tahun lalu, sehingga ini yang menyebabkan salah satunya kita sudah mengantisipasi merupakan musim paceklik yang luar biasa," terang Budi.
Baca juga : Saat Kunjungan ke Sumsel, Mentan SYL Pastikan Kondisi Beras Nasional Aman
Adapun upaya yang dilakukan oleh Bapanas yang berfungsi menjaga ketersediaan pangan agar segera dapat diakses oleh masyarakat .
"Ada Perpres 125 Tentang CBP, Bulog sebagai operator ditugaskan minimal 2,4 juta ton setiap tahun dimana outletnya diberikan kepada bantuan pangan," ujarnya.
Berikutnya, Bapanas juga memberikan beras stabilisasi pasokan harga pangan (SPHP) ke pasar tradisional maupun untuk ritel modern. Selain itu Bapanas juga bersinergi dengan pemerintah daerah (pemda) menggencarkan gerakan pangan murah. (Fal/Z-7)
Pemerintah resmi mengubah klasifikasi penjualan beras dari sebelumnya berdasarkan kualitas (medium dan premium) menjadi dua kategori baru.
Total proyeksi produksi beras sampai Agustus dapat mencapai 24,96 juta ton, sementara total konsumsi beras Januari-Agustus membutuhkan 20,66 juta ton.
BADAN Pangan Nasional (Bapanas) akan menugaskan Perum Bulog untuk menambah serapan beras satu juta ton sampai akhir tahun ini.
Ketua Bapanas Arief Prasetyo Adi menerima kunjungan Menteri Pertanian Jepang Taku Eto. Pertemuan tersebut membahas terkait kerja sama ekspor-impor. Ekosistem pangan di Indonesia
Bapanas telah melaksanakan pemantauan pasokan dan harga pangan di wilayah Kota dan Kabupaten Bandung pada 24-25 Maret 2025.
Sekretaris Utama (Sestama) Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy memaparkan bahwa produksi beras di tahun ini akan mencapai 32,29 juta ton.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat beberapa kejadian bencana di pekan kedua bulan Agustus 2025. Data tersebut dihimpun pada periode 11 hingga 12 Agustus 2025
CUACA ekstrem berpotensi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Senin (12/8), hujan ringan hingga lebat mengguyur sebagian besar daerah sehingga diminta warga untuk waspada
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk udara kabur, cerah berawan, berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang
Gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah masih berlangsung dengan ketinggian 1,25-3,5 meter sehingga cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran.
Gelombang tinggi di perairan tersebut cukup berisiko terhadap kegiatan pelayaran seperti kapal nelayan, tongkang, kapal barang dan penumpang.
CUACA ekstrem tak hanya menjadi ancaman di musim penghujan. Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras hingga ekstrem kembali mengguyur sejumlah wilayah di Tanah Air,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved