Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
THE Federal Reserve Amerika Serikat (AS) harus menahan godaan untuk bertindak cepat karena mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai penurunan suku bunga. Ini dikatakan seorang pejabat senior bank sentral itu pada Jumat (16/2).
"Perekonomian sehat, stabilitas harga sudah terlihat, dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ujar Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, pada konferensi di Washington. "Untuk menyelesaikan pekerjaan ini diperlukan ketabahan," kata Daly yang juga anggota pemungutan suara di komite penetapan suku bunga The Fed tahun ini.
"Kita harus menahan godaan untuk bertindak cepat ketika kesabaran diperlukan dan bersiap untuk merespons secara tangkas seiring dengan perkembangan perekonomian," tambahnya. Bank sentral AS saat ini berada dalam pola bertahan, setelah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 23 tahun untuk mengatasi lonjakan harga.
Baca juga : Inflasi AS Turun Lebih Cepat dari Proyeksi Analis
Dengan inflasi yang semakin mendekati target jangka panjang The Fed sebesar dua persen dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat mengindikasikan bahwa mereka memperkirakan mulai menurunkan suku bunga tahun ini. Namun mereka masih terpecah mengenai waktu terbaik untuk melakukan hal tersebut dan beberapa pihak menyuarakan kekhawatiran mengenai pengumuman kemenangan atas inflasi yang terlalu dini.
Pada Jumat, Daly memperingatkan agar tidak terlalu optimistis terhadap proyeksi yang menunjukkan ekonomi terbesar di dunia ini berada pada jalur yang tepat untuk mengalahkan inflasi. "Proyeksi dan ekspektasi hanyalah pandangan tentang yang kita pikir akan terjadi," katanya.
"Kami membutuhkan lebih banyak waktu dan data untuk memastikan bahwa hal tersebut akan terealisasi," lanjutnya. Ia menambahkan bahwa The Fed mampu mengambil pendekatan bertahap.
Baca juga : Inflasi AS Turun Secara Tahunan Tapi Bulanan Naik, Investor Khawatir
"Bertahap bukan berarti lambat, bukan berarti lemah," ujarnya. "Ini berarti tidak tiba-tiba dan mendesak ketika Anda menghadapi banyak ketidakpastian dan Anda sudah memiliki kebijakan yang baik."
Pedagang berjangka juga semakin pesimistis terhadap kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal dalam beberapa pekan terakhir. Setelah memperkirakan penurunan suku bunga pada Maret baru-baru ini pada Desember, mereka kini menetapkan probabilitas kurang dari 50% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya di Maret dan Mei, menurut data dari CME Group.
Sebaliknya, mereka menempatkan kemungkinan lebih dari 80% bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada 12 Juni. (AFP/Z-2)
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Prancis jadi negara berkekuatan besar pertama di Eropa yang menyatakan secara terbuka niatnya mengakui Palestina.
AS menuduh Hamas tidak menunjukkan keseriusan dalam merespons proposal gencatan senjata yang telah dibahas selama lebih dari dua pekan.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
PEMERINTAH Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyusun protokol keamanan dalam menjaga data pribadi warga negara Indonesia (WNI)
Hingga kini Amerika Serikat belum memiliki undang-undang perlindungan data pribadi yang setara dengan regulasi Indonesia.
Ketua Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI) Tulus Abadi menyampaikan keprihatinan atas klausul pengelolaan data pribadi warga negara Indonesia oleh pihak AS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved