Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
BADAN Pangan Nasional (Bapanas) didorong untuk meninjau ulang kebijakan harga eceran tertinggi (HET) beras. Itu dinilai menjadi salah satu faktor kelangkaan beras premium di pasar ritel dalam beberapa hari ke belakang. Sebab, dengan ketentuan itu, pedagang ataupun peggiling dinilai merugi.
"Pedagang dan penggilingan padi tidak lagi memasok ke ritel-ritel modern karena merugi. Pengelola ritel modern tidak berani melanggar HET," ujar Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori saat dihubungi, Senin (12/2).
Jika pedagang dan penggilingan tetap ingin menjual produknya di ritel modern atau pasar modern, lanjutnya, rerata pengelola ritel membeli harga di bawah HET Rp13.900/kg agar peritel tidak merugi. Jika peritel modern ambil untung Rp200/kg, dus harga yang diterima dari pedagang atau penggilingan Rp13.700/kg.
Baca juga : Kepala Bapanas akan Sesuaikan HET Beras
"Kalau untung peritel lebih besar dari itu, harga dari pedagang atau penggilingan lebih rendah lagi, alias kerugian pedagang maupun penggilingan lebih besar lagi," jelas Khudori.
Ketimbang merugi, imbuhnya, pedagang dan penggilingan saat ini lebih banyak menjual beras mereka di pasar tradisional. Karena itu, situasi beras di pasar tradisional sepertinya tampak tidak ada masalah pasokan.
Di pasar tradisional juga tidak ada pembetasan pembelian seperti di pasar modern. Itu karena di pasar tradisional sejak ada HET, beleid itu tak pernah dipatuhi. "Karena itu, penting buat pemerintah lewat Badan Pangan Nasional untuk menimbang ulang HET beras," kata Khudori.
Baca juga : APRINDO: Pembelian Beras yang Dibatasi di Ritel Adalah Beras Komersial Swasta
"Kebijakan yang sudah berlaku sejak September 2017 itu perlu dievaluasi efektivitasnya di pasar seperti apa, termasuk dampaknya pada industri perberasan secara keseluruhan. Dalam waktu yang sama, tidak ada salahnya buat Bapanas untuk menghitung ulang biaya produksi padi. Jangan-jangan harga gabah yang tinggi dan terus naik itu lantaran struktur ongkos produksi memang sudah berubah," tambahnya.
Dari kacamata yang lebih luas, Khudori menjelaskan, produksi beras domestik memang sedang dalam posisi terbatas. Paceklik diperkirakan akan terjadi sampai April. Panen besar kemungkinan baru terjadi di akhir April atau awal Mei 2024. Itu dinilai menjadi krusial lantaran pada Maret ada Ramadan dan April ada Idulfitri.
Penting bagi pemerintah untuk memastikan pasokan beras dalam jumlah memadai. Jika tidak, harga potensial naik dan bisa menimbulkan kegaduhan, bahkan berdampak ke soal sosial-politik.
Baca juga : Bapanas: Pembelian Beras di Ritel Dibatasi untuk Pemerataan
Merujuk data BPS, produksi Januari-Februari 2024 ini masih kecil. Produksi dua bulan itu masih kurang 2,8 juta ton untuk menutupi kebutuhan konsumsi di dua bulan tersebut. Produksi di Maret lumayan gede, sehingga diperkirakan akan ada suprlus 0,97 juta ton beras.
"Tapi surplus ini dipastikan akan jadi rebutan banyak pihak. Panen di April pun akan bernasib sama, jadi rebutan banyak pihak. Terutama untuk mengisi jaring-jaring distribusi yang berbulan-bulan kering kerontang karena paceklik," terang Khudori.
Hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah saat ini adalah kelompok yang hanya beberapa jengkal di atas garis kemiskinan. Kalau harga beras dan pangan naik, mereka potensial menjadi kaum miskin baru. Sebab, selama ini mereka belum tersentuh oleh aneka bantuan sosial dan jaring pengaman sosial itu.
Baca juga : Beras Premium Langka, Kepala Bapanas: Perintahnya Banjiri Pasar
Sedianya Bapanas telah menugaskan Bulog untuk menggencarkan operasi pasar yang bernama SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan). Beras SPHP ini bisa jadi pilihan warga miskin/rentan karena harganya lebih terjangkau, yaitu Rp11.500-11.800/kg, jauh di bawah harga pasar.
"Itu beras premium tapi dijual dengan harga medium. Perlu dipastikan, beras SPHP ini bisa menjangkau seluas mungkin warga," kata Khudori.
Apalagi hargagabah di pasar saat ini sedang tinggi. Dari informasi yang diperoleh di Jawa Timur, misalnya, harga gabah berkisar Rp8.400-Rp8.800/kg gabah kering panen. Itu dinilai terlalu tinggi.
Baca juga : Dirut Bulog Janjikan Minggu Depan Stok Beras Kembali Normal
Dengan harga gabah yang tinggi tersebut, maka harga yang terbentuk untuk beras berada di kisaran Rp15.850-Rp16.600/kg dengan rendemen 53%. Sedangkan di Sumatera Selatan, harga gabah kering panen hari-hari ini Rp7.500/kg dan untuk jadi beras sudah di harga Rp14.200/kg.
"Sementara HET beras premium jauh di bawah itu, yaitu Rp13.900/kg. Ini yang membuat pedagang beras dan penggilingan padi menjerit," pungkas Khudori. (Z-5)
Baca juga : 27 Ribu Ton Beras Impor dari Vietnam Tiba di Pelabuhan Tanjung Priok
Pemerintah resmi mengubah klasifikasi penjualan beras dari sebelumnya berdasarkan kualitas (medium dan premium) menjadi dua kategori baru.
Total proyeksi produksi beras sampai Agustus dapat mencapai 24,96 juta ton, sementara total konsumsi beras Januari-Agustus membutuhkan 20,66 juta ton.
BADAN Pangan Nasional (Bapanas) akan menugaskan Perum Bulog untuk menambah serapan beras satu juta ton sampai akhir tahun ini.
Ketua Bapanas Arief Prasetyo Adi menerima kunjungan Menteri Pertanian Jepang Taku Eto. Pertemuan tersebut membahas terkait kerja sama ekspor-impor. Ekosistem pangan di Indonesia
Bapanas telah melaksanakan pemantauan pasokan dan harga pangan di wilayah Kota dan Kabupaten Bandung pada 24-25 Maret 2025.
Sekretaris Utama (Sestama) Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy memaparkan bahwa produksi beras di tahun ini akan mencapai 32,29 juta ton.
PENGAMAT Pertanian, Syaiful Bahari mengungkapkan bahwa saat ini kebijakan dua Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras jenis medium dan premium kini sudah tidak relevan.
KETUA Umum Asosiasi Ritel Indonesia (Aprindo), Solihin mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan penurunan harga jual beras premium sebesar Rp200 per kilogram.
pemerintah perlu juga menganalisa penyebab terjadinya pelanggaran pengoplosan beras.
kenaikan harga gabah dan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium yang tidak berubah mendorong pihak-pihak tertentu untuk melakukan pengoplosan beras
PEMERINTAH memberikan ultimatum tegas kepada para pengusaha beras agar segera mematuhi regulasi yang berlaku, khususnya terkait mutu, harga, dan kesesuaian informasi pada kemasan produk.
Namun setelah ditelisik, kenaikan harga tersebut merupakan angka yang digabung dengan ongkos kirim pesanan konsumen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved