Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
DATA inflasi Amerika Serikat (AS) pada akhirnya melandai, di mana secara antar bulan (MoM) turun dari 0,4% menjadi 0% dan secara tahunan (YoY) turun dari 3,7% menjadi 3,2%. Inflasi inti AS, secara bulanan (MoM) turun dari 0,3% menjadi 0,2%, dan secara tahunan (YoY) turun dari sebelumnya 4,1% menjadi 4%.
"Data inflasi dan inflasi inti turun lebih banyak dari estimasi yang diperkirakan sebelumnya, telah memberikan dorongan yang luar biasa bagi pasar global semalam," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (15/11).
Indeks Dow Jones ditutup menguat +1,43%, S&P 500 +1,91%, dan Nasdaq Composite +2,37%. Imbal hasil US Treasury 2y turun menjadi 4,83% dari 5,05%, begitupun dengan tenor 10y turun menjadi 4,44%. "Hal ini seharusnya memberikan penguatan cerita bagi IHSG dan pasar obligasi dalam negeri hari ini," kata Nico.
Baca juga: Pengangguran di Afrika Selatan Menurun Jelang Pemilu
Namun, penurunan inflasi AS ini masih merupakan penurunan tipis. Sebelumnya Gubernur Bank Sentral AS The Federal Jerome Powell berpesan untuk jangan terlena setidaknya untuk saat ini, karena masih ada data ekonomi inflasi dan ketenagakerjaan sebanyak satu kali lagi hingga pertemuan The Fed di bulan Desember.
Harga bensin yang lebih murah, telah memberikan kontribusi pada penurunan inflasi AS kali ini, yang didukung oleh penurunan harga minyak dunia. Hal ini telah menurunkan inflasi dari angka tertinggi dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, yang dimana tentu memberikan optimisme bagi pelaku pasar dan investor.
Baca juga: Inflasi Amerika Serikat Turun Menjadi 3,2% selama Oktober
Penurunan harga barang yang berkelanjutan juga memberikan harapan bagi konsumen dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.
Meski inflasi AS turun penurunan, namun anggaran rumah tangga masih terkendala beberapa hal, mulai dari harga bahan makanan yang mengalami kenaikan tertinggi sejak Juli. Artinya ada kenaikan harga kebutuhan pokok seperti daging, susu, hingga roti.
Untuk upah AS, apabila disesuaikan dengan inflasi, maka mengalami kenaikan untuk pertama kalinya sejak Oktober. "Tentu kami mengapresiasi apa yang diberikan oleh inflasi, namun kami mengingatkan bahwa perjalanan masih panjang. Data ketenagakerjaan akan menjadi salah satu poin berikutnya untuk melihat prospek penurunan inflasi akan berlanjut atau tidak," kata Nico.
Inflasi AS di bulan Desember kemungkinan akan naik karena tingginya rencana perjalanan dan liburan. Terlalu dini apabila memperkirakan bahwa The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga untuk saat ini, karena masih ada 1x lagi data mengenai inflasi dan ketenagakerjaan sebelum penghujung akhir tahun.
"Inflasi inti AS juga masih berada di kisaran 4%, yang kami nilai The Fed tidak akan bergeming untuk menurunkan namun juga tidak akan menaikkan suku bunga," kata Nico. (Z-3)
PRANCIS menyatakan bahwa satu-satunya jalan menuju perdamaian antara Israel dan Palestina adalah melalui solusi dua negara.
Ghislaine Maxwell meminta Mahkamah Agung Amerika Serikat untuk membatalkan vonis perdagangan seks anak yang dijatuhkan padanya.
Kim Yo Jong memperingatkan Amerika Serikat agar tidak mengejar denuklirisasi Korea Utara.
TIONGKOK berharap prinsip timbal balik menjadi dasar dalam pembicaraan dagang dengan Amerika Serikat. Delegasi kedua negara kembali melakukan perundingan di Stockholm, Swedia, kemarin.
Senator Angus King menolak bantuan tambahan untuk Israel karena krisis kelaparan anak di Gaza.
Pemerintahan AS boikot konferensi PBB untuk mendukung solusi dua negara, menyebutnya sebagai aksi publisits tidak tepat waktu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa 29 Juli 2025, dibuka menguat 11,02 poin atau 0,14% ke posisi 7.625,79.
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved