Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan dari sisi bisnis, perbankam berharap suku bunga tinggi agar tidak berlangsung terlalu lama.
Kebijakan tingkat suku bunga tinggi oleh bank sentral AS dan banyak negara maju lainnya sebagai dampak lebam dari penanganan Covid-19 terdahulu, dimana kala itu semua negara membelanjakan anggarannya untuk vaksin Covid-19, serta menangani rantai pasok yang terganggu saat pandemi. Hal tersebut menyebabkan inflasi. Maka untuk meredamnya, respon semua bank sentral di dunia yaitu menaikkan suku bunga.
Bank Indonesia pun selama ini berusaha menahan kenaikan suku bunga BI-7DRRR dengan bauran kebijakan.
"Tadinya kebijakan bauran tersebut efektif. Kemudian suku bunga AS Fed Rate terus naik. Akhirnya BI berani menaikkan suku bunga. Kini, selisih atau spread Fed Rate dengan BI Rate tinggal 0,25%. Mudah-mudahan tidak terlalu lama higher-for-longernya. Menurut saya ini cukup resilient dengan nilai tukar rupiah," kata Sunarso, pada acara Ngopi BUMN, Kamis, di Jakarta, Kamis (26/10).
Meski demikian dia memandang dengan situasi makroekonomi Indonesia yang masih baik, Bank Indonesia masih punya kesempatan untuk menaikkan suku bunga lagi.
"Tapi naik sampai berapa saya tidak berani memastikan. Itu ranah Bank Indonesia. Tapi era higher-for-longer suku bunga ini yang harus diantisipasi oleh kita semua baik perbankan maupun sektor riil," kata Sunarso.
Efek dari kenaikan suku bunga yang dikhawatirkan pasar yaitu akan merambat kepada suku bunga kredit perbankan juga kepada melambatnya permintaan kredit, serta memburuknya kuatlitas kredit.
Namun Sunarso mengingatkan bahwa permintaan kredit akan sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
"Pertumbuhan kredit itu bukan semata-mata tergantung kepada tingkat suku bunga acuan bank sentral. BRI punya analitikal menggunakan ekonometri, ternyata permintaan kredit dan pertumbuhan kredit sangat elastis terhadap dua hal, konsumsi rumah tangga, dan daya beli masyarakat," kata Sunarso.
Sehingga apabila pemerintah mau mendorong pertumbuhan PDB melalui mendorong pertumbuhan kredit, maka dia tekankan untuk menyediakan dukungan kepada daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga.
"Orang akan punya daya beli bila berpenghasilan dan bekerja. Maka beri mereka pekerjaan. Kalau waktunya tidak cukup, maka kasih stimulus, menggunakan kebijakan fiskal. Pertanyaannya fiskalnya ada atau tidak untuk stimulus tersebut. Itu analisa saya dari sudut bisnis, menganalisa kebijakan makro dan menerjemahkan menjadi respon strategis di dalam lingkungan bisnis BRI," kata Sunarso.
Banyak analis memperkirakan era higher for longer suku bunga ini akan berlangsung hingga kuartal II 2024. Maka sampai saat itu, industri dan perbankan Indonesia harus terbiasa dengan suku bunga tinggi.
Langkah Mitigasi BRI
BRI sudah membuat berbagai simulasi dari kemungkinan suku bunga akan tinggi lebih lama hingga kualitas kredit yang mungkin akan memburuk.
Maka yang harus dilakukan bank, yaitu pertama memperketat petunjuk portofolio kredit. Artinya BRI akan ketat menyeleksi debitur.
Kedua, bank harus menjaga Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) agar tetap cukup. Tujuannya supaya kalau terjadi landing, stagflasi bahkan reflasi ekonomi, dimana muncul perburukan kualitas kredit, perbankan akan tetap smooth landing karena telah memiliki bantalan cadangan yang cukup.
"Ketiga, perbankan harus tetap tumbuh, tetapi selektif karena kredit yang lebih ketat. Terakhir, perbankan harus setiap saat melakukan simulasi, karena strategi bisa berubah baik secara bulanan, mingguan dan harian. Industri pun harus selalu melakukan monitoring terhadap aliran kas perusahaan atau cashflow monitoring," tandas Sunarso. (Try/E-1)
Kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang mendorong banyak individu dan keluarga menjadikan asuransi jiwa sebagai bagian dari strategi perlindungan masa depan.
Sebagai platform investasi digital, Fundtastic terus berinovasi memperkuat posisinya dalam ekosistem keuangan di Indonesia.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) menegaskan reputasinya sebagai institusi keuangan nasional yang mampu bersaing di panggung global dengan masuk ke daftar Global 2000 Forbes pada 2025.
Data Bank Indonesia mencatat peningkatan transaksi perbankan digital sebesar 54,89% secara tahunan (YoY) hingga September 2024.
GUBERNUR Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menerima kunjungan Gubernur Banten, Andra Soni di Surabaya sebagai upaya bersinergi menguatkan perekonomian antar daerah.
Kejagung dinilai menggunakan pasal keranjang sampah dalam pengusutan kasus dugaan korupsi terkait pemberian kredit oleh Bank DKI Jakarta dan BJB pada Sritex
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved