Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BANK sentral AS The Fed memilih untuk menahan tingkat suku bunga acuan Fed Fund Rate di 5,25% - 5,50%. Dalam pengumuman tingkat suku bunga, berdampak pada pergerakan indeks saham Dow Jones (-0,22%), S&P 500 (-0,94%), dan Nasdaq Comp (-1,53%).
Imbal hasil US Treasury terus merangkak naik. Bahkan untuk imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun (2y) berada di level di 5,17%, menjadi titik tertinggi sejak 2006. Imbal hasil US Treasury 5y berada di level 4,85%, dan 10y berada di 4,40%.
Dalam pidatonya, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mengatakan siap untuk menaikkan tingkat suku bunga lebih lanjut apabila diperlukan, dan akan terus mempertahankan kebijakan pada tingkat yang ketat sampai The Fed yakin inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju target.
Baca juga: LPEM UI: Tidak Ada Urgensi bagi BI untuk Naikkan Suku Bunga
Sebanyak 12 dari 19 pejabat, mendukung adanya kenaikan suku bunga 1x lagi pada tahun 2023, dan besar kemungkinan akan terjadi pada bulan November 2023.
"Dengan catatan, apabila inflasi masih belum terkendali sepenuhnya dan ketenagakerjaan masih berada di posisi yang kuat," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis (21/9).
Baca juga: The Fed Dinilai akan Hentikan Penaikan Suku Bunga
Apabila The Fed menaikkan tingkat suku bunga pada pertemuan selanjutnya, Powell berjanji akan melakukan dengan hati-hati dan menilai data yang masuk serta perkembangan dari prospek ekonomi yang ada dengan tingkat risikonya.
"Ini cukup menenangkan bagi pelaku pasar dan investor. Powell mengatakan kondisi terkini sudah cukup dekat dengan apa yang perlu The Fed capai. Namun dia terlihat belum cukup percaya diri, dan tampak masih ada keraguan," kata Nico.
Powell mengatakan, pelonggaran kebijakan moneter pada tahun 2024, akan lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya pada bulan Juni. Hal ini berdasarkan data ekonomi yang kuat dari perekonomian dan ketenagakerjaan. "Ini yang membuat pada akhirnya, imbal hasil obligasi US Treasury naik kemarin," kata Nico.
Tadinya The Fed akan menurunkan tingkat suku bunga hingga 75 – 100 bps. Namun hanya akan menurunkan hanya 50 – 75 bps, jauh lebih sedikit dari proyeksi sebelumnya.
Alhasil, semua imbal hasil US Treasury naik ke titik tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, begitu juga dengan nilai dolar AS yang menguat. The Fed juga memproyeksikan inflasi AS akan turun di bawah 3% pada tahun depan, dan akan kembali ke 2% pada 2026.
Pertumbuhan ekonomi akan melambat hingga 1,5% tahun 2024, turun dari sebelumnya 2,1% pada 2023. Angka pengangguran diproyeksikan naik hingga 4,1% pada 2024, namun turun dari proyeksi bulan Juni sebelumnya yang berada di 4,6%.
"Banyak yang mengatakan The Fed ingin perekonomian dapat mencapai soft landing, tapi itu bukan target utama The Fed. Fokus utama The Fed hanya mengendalikan inflasi dan tenaga kerja," kata Nico.
Sejauh ini menurut data The Fed, ketenagakerjaan masih kuat meski ada kenaikan tingkat suku bunga, dan inflasi inti terus melambat. Meskipun demikian, The Fed cukup khawatir dengan kenaikan harga minyak yang terus terjadi hingga 30% yang dapat mempengaruhi inflasi ke depannya.
"Sehingga tidak menutup kemungkinan, apabila harga minyak terus naik, kami lihat The Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya pada bulan November 2023, yang akan berlangsung mulai dari 31 Oktober – 1 November," kata Nico.
Dampaknya terhadap pasar Indonesia hari ini? Kami perhatikan, IHSG berpotensi menguat namun terbatas. Yang menjadi perhatian adalah, penurunan harga obligasi yang kemarin terjadi, terlihat tertahan dan ditutup menguat.
"Intervensi mungkin saja terjadi, dan dari sisi pasar obligasi ada kemungkinan hari ini akan melanjutkan penurunan karena terdorong oleh sentimen negatif dari US Tresury," kata Nico. (Z-3)
Presiden Donald Trump mengatakan sangat kecil kemungkinan untuk memecat ketua The Fed Jerome Powell.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada Kamis 10 Juli 2025, diperkirakan bergerak menguat Penguatan bisa terjadi karena didorong sentimen global.
BANK Indonesia memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan moneternya secara bertahap dalam dua tahun mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 30 Juni 2025, dibuka menguat 34,91 poin atau 0,51% ke posisi 6.932,31.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 26 Juni 2025, dibuka menguat 9,71 poin atau 0,14% ke posisi 6.841,85.
IHSG hari ini, Rabu 25 Juni 2025, berpeluang bergerak menguat. Sentimen utamanya tidak lain karena seiring meredanya konflik Iran vs Israel di kawasan Timur Tengah.
Bank Indonesia (BI) dan Bank Prancis atau Banque de France (BdF) menyepakati penguatan kerja sama bilateral di area kebanksentralan.
Bank Indonesia bakal menambah besaran insentif dalam Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) di 2025 menjadi Rp283 triliun.
LPEM FEB UI mendesak Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur BI November 2024.
BANK sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuan dengan besaran 25 basis poin (bps) menjadi 4,50-4,75% pada Kamis (7/11) waktu AS
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (27/9) sore ditutup melemah di tengah penguatan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (24/9) sore ditutup menguat seiring pelaku pasar merespons positif komentar dovish pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved