Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia memandang Bank Indonesia (BI) masih perlu mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Itu perlu dilakukan karena saat ini tren perdagangan masih cukup baik dan mampu mendorong kecukupan devisa menjadi lebih tinggi.
“Kondisi itu mampu membantu menstabilkan nilai tukar tanpa menimbulkan desakan bagi BI untuk mengubah tingkat suku bunga. Kami melihat BI sebaiknya mempertahankan suku bunga acuan dengan tetap memantau stabilitas rupiah dan menjaga harga domestik,” ujar Ekonom Makroekonomi dan Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melalui keterangan tertulis, Kamis (21/9).
Keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan, lanjutnya, bakal sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini cenderung menguat. Diperkirakan, ekonomi dalam negeri akan tumbuh lebih kuat dari perkiraan sebelumnya lantaran adanya dorongan dari permintaan domestik yang bertumbuh.
Baca juga: BI: Penyaluran Kredit Baru Meningkat pada Agustus 2023
Meski ada arus modal keluar (capital outfow) dari Indonesia akibat kebijakan The Federal Reserve yang kembali menaikan suku bunga acuannya, Riefky berpendapat hal itu terkompensasi oleh kinerja perdagangan yang masih mencatatkan surplus. Bahkan capaian surplus Agustus 2023 lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya.
Di samping itu, angka inflasi di Indonesia juga relatif rendah dan terkendali. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi tahunan masih berada dalam rentang sasaran BI, yakni 3,27% di Agustus 2023.
Baca juga: BI: Penjualan Eceran Diperkirakan Tetap Kuat Pada Agustus 2023
“Secara keseluruhan, inflasi di Indonesia tetap stabil dan sesuai dengan rentang target BI,” jelas Riefky.
“Tren inflasi inti, harga yang diatur oleh pemerintah, dan kelompok harga bergejolak pada bulan Agustus menggarisbawahi upaya berkelanjutan untuk menjaga stabilitas harga di tengah beragam tantangan, terutama fenomena El-Nino yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus hingga September, serta penangguhan Black Sea Grain Initiatives oleh Rusia,” tandasnya. (Z-11)
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil.
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
DALAM Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved