Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Perdagangan Saham Auto Rejection Simetris Dimulai, Analis Sarankan Pilih Saham Berlikuiditas Besar

Fetry Wuryasti
04/9/2023 19:26
Perdagangan Saham Auto Rejection Simetris Dimulai, Analis Sarankan Pilih Saham Berlikuiditas Besar
Layar informasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.(MI/Adam Dwi )

PADA Senin (4/9) sesuai Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) nomor Kep-00055/BEI/03-2023 perihal Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas, telah berlaku efektif normalisasi atas ketentuan batasan persentase Auto Rejection Bawah Tahap II (Auto Rejection Simetris).

Dengan demikian, tingkat batas Auto Rejection Atas (ARA) akan sama besar dengan kisaran Auto Rejection Bawah (ARB), yaitu menjadi sebesar 35% bagi harga saham Rp50-200 per lembar. Kemudian ARA dan ARB menjadi 25% bagi harga saham Rp200-Rp5.000 per lembar. Selanjutnya ARB dan ARA menjadi 20% pada harga saham di atas Rp5.000 per lembar.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (4/9), ditutup pada level 6.996,75 menguat 19,09 poin (+0,27%). Dengan top gainers atau saham dengan kenaikan tertinggi, yaitu saham Data Sinergitama Jaya Tbk (ELIT) sebesar 15% berada pada level 115 per saham, diikuti saham Sumber Global Energy Tbk (SGER) yang naik 11,23% ke level 1.535 per saham.

Baca juga: Implementasi Kebijakan Batasan Persentase Auto Rejection Simetris Mulai 4 September

Adapun pemberlakuan Auto Rejection Simetris juga berdampak kepada tersungkurnya sejumlah saham, antara lain saham Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) yang tersungkur -34,94% ke level 54. Kemudian, saham Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) yang merosot sebesar 15,56% ke level 114 per saham. Serta saham Aviana Sinar Abadi Tbk (IRSX) yang tersungkur -13,75% ke level 69 per saham.

Terpantau investor asing ramai membeli sejumlah saham hari ini, terbesar pembelian asing pada saham Bank Negara Indonesia Tbk sebanyak Rp402,7 miliar, dan membuat saham BBNI terkerek naik 3% ke level 9.450 per saham. BBNI juga menjadi saham dengan turnover atau perdagangan paling aktif sore ini.

Baca juga: OJK Terbitkan POJK Nomor 15 Tahun 2023 untuk Kenali Nasabah di Sektor Pasar Modal

Saham selanjutnya yang diburu oleh investor asing yaitu Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp55,1 miliar yang mendorong saham BBRI naik 0,90% ke level 5.625 per saham. Saham urutan ketiga yang terbesar dibeli asing yaitu pada Bumi Resources Mineral Tbk, sebanyak Rp34,4 miliar, yang mendorong saham BRMS menguat 3% ke level 206 per lembar saham. Sedangkan urutan keempat terbesar yang diburu asing yaitu saham AKR Corporindo Tbk sebesar Rp30,4 miliar, dan mendongkrak saham AKRA naik 2,34% ke level 1.530 per saham.

Pegiat edukasi saham Emtrade, Ellen May, menyarankan agar investor pasar modal terutama ritel agar lebih fokus kepada saham-saham jangka menengah. Dia juga menyarankan agar investor tidak membeli saham yang secara likuiditas kecil.

“Sebab saham likuiditas kecil akan mudah dibanting dan mengalami auto rejection bawah (ARB). Tapi pada saham yang likuiditasnya dan bid offernya besar, yang meski terjadi ARB hingga 20% - 30%, harga sahamnya tidak akan mudah turun,” kata Ellen, melalui siaran edukasi media sosialnya.

Hal itu memang sudah menjadi karakter atau ranahnya bagi saham-saham yang mudah turun itu mereka yang likuiditasnya benar-benar kecil, dengan batas ARB 35% per 4 September 2023.

“Sehingga kembali lagi ke likuiditas. Ketika ARB-nya 35%, maka likuiditas perlu sangat diperhatikan,” kata Ellen.

Namun menurutnya saham-saham Indonesia masih jauh lebih “jinak” dibandingkan saham-saham Amerika. Alasannya, saham Amerika gerakan fluktuasinya menurut dia jauh lebih kejam, harus terus dimonitor dan sulit untuk di-hold lama seperti saham Indonesia.

Sebelumnya Head of Research Center Mirae Asset Sekuritas Roger MM bilang bahwa berlakunya ARB simetris akan membuat aktivitas trading saham lebih menarik, karena rentang antara ARB dan ARA akan lebih jauh. Dengan demikian, volatilitas pasar yang terjadi akibat kebijakan ARB simetris dapat dimanfaatkan investor untuk masuk ke saham-saham yang sedang terdiskon.

"Jadi kalau ada berita negatif lalu saham turun 20 persen-30 persen, investor bisa masuk langsung beli," kata Roger, beberapa waktu lalu.

Namun, investor, terutama yang baru harus semakin berhati-hati dan tidak tergesa-gesa saat memilih saham. Dia tekankan tidak perlu cemas bila kehilangan momen atau informasi untuk membeli. Akan lebih baik, kata Roger, bila investor kembali melihat fundamental dari emiten tersebut dan sejauh mana prospek usaha dan sahamnya.

“Jangan hanya melihat pergerakan saham saja. Sebab sekarang banyak yang FOMO (Fear of Missing Out)-nya, saham yang bergerak dikit dibeli tahu-tahu ARB," kata Roger. (Try/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya