Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KOMODITI karet Indonesia pernah mengalami masa keemasan. Perkebunan karet milik pemerintah dan para petani bisa tumbuh dengan subur di berbagai wilayah Indonesia. Tidak mengherankan, dengan ekspor karet sampai tahun 2020 bisa menduduki peringkat kedua di dunia. Seiring dengan hal tersebut, industri ban pun dapat berkembang dengan pesat, sejalan dengan kebutuhan ban di dalam negeri untuk kendaraan pribadi, umum, dan truk-truk besar.
“Petani karet pun bisa sejahtera pada masa itu, sehingga bisa meningkatkan Pendidikan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi,” kata Azis Pane, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia.
Namun demikian, melihat perkembangan belakangan ini, APBI menjadi khawatir karena banyak petani karet yang mulai menebang tanaman karetnya akibat harga yang terus merosot. Mereka mengganti tanaman karet dengan kelapa sawit dan tanaman pertanian seperti jagung dan singkong. Akibat nanti akan berdampak pada hasil karet di Indonesia. Oleh karena itu, APBI menggandeng PT Pertamina dan Kementerian Perindustrian untuk memberdayakan perkebunan karet nasional.
Baca juga: Kendaraan Pegawai DKI Jakarta yang Belum Uji Emisi Dilarang Masuk Area Kantor
“Kementerian Perindustrian dan Pertamina akan segera melakukan langkah konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan petani karet di Indonesia,” tutur Azis Pane.
Bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan, meliputi penelitian mengenai kegunaan karet secara keseluruhan. Yakni, dari batang atau pohon, daun, dan getahnya. Kita harus mampu mengolah karet menjadi barang jadi, bukan lagi diekspor sebagai karet mentah.
Baca juga: Bertemu Ketua Parlemen Thailand, Mendag Dorong Peningkatan Harga Karet
“Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah melakukan hilirisasi di bidang hasil-hasil alam. Saya yakin apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, kerjasama pemerintah, Pertamina dan industri ban akan memiliki manfaat besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Indonesia pun akan semakin mampu bersaing di dunia Internasional,” ujar Aziz Pane.
Berdasarkan rata-rata produksi karet dunia periode 2014-2018, Thailand menjadi negara produsen karet terbesar dengan rerata produksi mencapai 4,58 juta ton. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, Thailand memberikan kontribusi sebesar 31,83% dari rata-rata produksi karet dunia pada periode tersebut. Indonesia berada di posisi kedua dengan rata-rata produksi karet selama 2014-2018 sebesar 3,37 juta ton. Kontribusi rata-rata produksi karet dari Indonesia di dunia mencapai 23,44%.
Indonesia memiliki luas TM (Tanaman Menghasilkan) karet Indonesia yang terbesar di dunia, tetapi produksinya masih dibawah Thailand. Hal ini terjadi lantaran banyaknya tanaman karet di Indonesia yang sudah tua atau rusak.
Negara produsen karet terbesar ketiga adalah Vietnam dengan rata-rata produksi selama 2014-2018 sebesar 1,05 juta atau 7,28%. Posisi berikutnya berturut-turut adalah India dengan rata-rata produksi 958 ribu ton (6,66%), Tiongkok 822,7 ribu ton (5,72%), dan Malaysia 717,3 ribu ton (4,98%). Enam Negara produsen karet terbesar dunia didominasi oleh negara dalam kawasan Asia Tenggara. Negara-negara tersebut memberikan total kontribusi rata-rata produksi karet mencapai 79,91%.
Baca juga: Kejagung Periksa 2 Saksi Kasus Korupsi Komoditi Emas Rp47,1 Triliun
Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar dunia. Besarnya produksi domestik membuat komoditas karet menjadi salah satu andalan ekspor nasional. Amerika dan Jepang merupakan negara tujuan ekspor karet remah (crumb rubber) terbesar bagi Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor karet remah Indonesia mencapai 2,09 juta ton sepanjang Januari-November 2021. Nilai tersebut hanya tumbuh 4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya seberat 2,01 juta ton.
Sementara total nilai ekspor karet remah senilai US$ 3,56 miliar sepanjang periode Januari-November 2021. Nilai tersebut tumbuh 36,38% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya hanya US$ 2,61 miliar. Naiknya harga karet di pasar global membuat nilai ekspor karet naik cukup signifikan.
Baca juga: Bisnis Sarung Tangan Medis dari Lateks Harus Jaga Hutan
Nilai ekspor karet remah kesepuluh negara tersebut mencapai US$ 2,83 miliar sepanjang periode Januari-November tahun lalu. Nilai tersebut mencapai 79,4% dari total nilai ekspor. Data tersebut menunjukkan Indonesia masih memiliki potensi besar pada perkebunan karet.
“Jangan sampai para petani membunuh habis tanaman karetnya karena hasil penjualan tidak mampu menutupi biaya produksi,” ujar Aziz Pane. (RO/Z-7)
HILIRISASI berkelanjutan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Setiap komoditas kelolaan diolah hingga menjadi produk hilir yang menjadi bahan baku.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah komoditas yang tengah diperjuangkan agar mendapat tarif impor lebih rendah dari 19% saat masuk ke pasar Amerika Serikat (AS).
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa harga cokelat di pasar internasional tengah mengalami lonjakan tajam.
Sejumlah Komoditas Ekspor Indonesia Diupayakan Kena Tarif 0% ke AS
Indonesia hapus tarif 0% untuk produk ekspor AS. MoU dagang senilai USD 52 miliar mencakup energi, agrikultur, dan Boeing. Tarif ekspor RI ke AS turun ke 19%.
Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Jumlah penduduk miskin Jakarta bertambah dan kondisi mereka semakin memburuk.
Kenaikan angka kemiskinan di Ibu Kota Jakarta pada Maret 2025 dipicu oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan garis kemiskinan dan ketidakstabilan harga kebutuhan pokok.
BPS selama lima dekade masih menggunakan pendekatan berbasis pengeluaran dengan item yang hampir tidak berubah, meski struktur biaya hidup masyarakat saat ini telah jauh bergeser.
Adapun garis kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 lebih tinggi dari nasional yakni Rp609.160 per kapita per bulan.
Angka tersebut menunjukkan penurunan 0,2 juta orang dan 0,1 persen poin dibandingkan September 2024.
SEBANYAK 2,38 juta orang di Indonesia berada dalam kategori kemiskinan ekstrem pada Maret 2025. Jumlah itu setara 0,85% dari total penduduk Indonesia. Demikian disampaikan BPS
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved