Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Sudah lama sekali Ishak Yahya menyandarkan hidupnya pada kerak telor. Sejak 1980-an, katanya. Tepatnya di tahun berapa, ia mengaku tidak ingat.
Yang pasti, ketika Pekan Raya Jakarta (PRJ) diselenggarakan di Monas, dia sudah mulai mengaduk-aduk beras dengan telur. Dia sempat berjualan di PRJ Monas beberapa tahun sebelum akhirnya event akbar tahunan itu direlokasi ke Kemayoran.
“PRJ pindah ke Kemayoran itu 1992. Berarti sekitar 1980-an saya sudah mulai jualan. Pokoknya, waktu itu gubernur DKI Jakarta masih Pak Wiyogo (Atmodarminto),” ujar Ishak saat ditemui di Pesta Hadiah Simpedes yang dihelat di Usman Harun Sport Center, Jakarta Selatan, Sabtu (20/5).
Baca juga: Anggur Bawa Ibu-ibu Desa Munjul Jadi Mitra BRI
Ishak remaja memang sudah sangat familiar dengan kerak telor. Ia tidak bingung dengan cara mengolah dan memasarkannya. Bagaimana tidak, ayahnya adalah pedagang kerak telor. Bahkan, kakeknya pun. Kerak telor sudah bak keluarga yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Ishak.
Kini, zaman sudah berganti. Ada banyak temuan makanan baru hasil inovasi. Hidangan-hidangan khas luar negeri juga kerap masuk ke Tanah Air tanpa permisi. Namun, Ishak tidak goyah dengan apa yang ia yakini. Kerak telor bukan sekadar makanan untuk dikonsumsi, melainkan warisan budaya yang harus dirawat, dilindungi.
Baca juga: Digitalisasi Kunci untuk Memperluas Pasar Pelaku UMKM
Bahkan, sekarang, tidak hanya kerak telor yang Ishak coba jaga, tetapi juga makanan khas lainnya seperti taoge goreng dan selendang mayang.
"Kenapa saya masih jualan sampai sekarang? Karena saya, kami di keluarga, ingin melestarikan budaya Betawi. Kalau bukan kita, siapa lagi? Saya merasa ada tanggung jawab juga sebagai orang Betawi,” tutur pelaku UMKM yang menjadi binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) itu.
Ilmu, racikan dan strategi dagang pun kini ia warisi ke anak sulungnya. Di sela-sela kesibukan kuliah, anaknya kerap berjualan Kerak Telor Bang Ishak, begitu nama jenamanya.
“Sehari-hari dia kuliah di Tama Jagakarsa. Sekarang dia lagi jualan di SCBD. Biasanya Sabtu dan Minggu jualan. Saya ajarin, saya didik karena ini kan warisan keluarga, warisan budaya. Bagaimanapun, kita mesti lestarikan,” jelasnya.
“Sekolah boleh, tapi warisan ini jangan sampai dibuang. Suatu saat, kalau hidup lagi susah, jualan kerak telur juga pasti bisa hidup, pasti ada yang beli.”
Rahmah, salah satu pengunjung Pesta Hadiah Simpedes yang membeli Kerak Telor Bang Ishak, meskipun bukan penduduk asli Jakarta, mengaku menyukai makanan tersebut. Menurutnya, kerak telor memiliki tekstur dan cita rasa yang unik. Hal lain yang membuat kerak telor terasa istimewa adalah karena itu tidak mudah ditemui.
“Jadi kalau lihat ada yang jual kerak telor, pasti beli. Jarang ketemunya,” tuturnya. (Z-11)
Pemerintah Kabupaten Sleman terus menunjukkan komitmen dalam transformasi digital pengadaan barang dan jasa serta penguatan ekonomi lokal
SEBANYAK 20 perempuan pelaku UMKM dari Jawa Tengah didapuk menjadi yang terbaik pada Program Women Ecosystem Catalyst (WEC) Season 2.
Perjalanan usaha sering kali berawal dari kecintaan pada tradisi keluarga. Inilah yang dialami Ratna, pemilik Baker’s Gram, sebuah UMKM di bidang kuline.
Keberadaan ritel modern sebagai mitra pemerintah sangat strategis dalam memperluas akses pasar, memperpendek rantai distribusi, serta menjaga pasokan dan harga pangan yang terjangkau
BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp69,8 triliun kepada 8,29 juta pelaku UMKM hingga Mei 2025, sebagai wujud komitmen memperkuat ekonomi kerakyatan.
Sinergitas antara BI dengan Pemkab Tegal ini terhitung untuk ke-3 kalinya dalam rangkaian kegiatan Slawi Ageng dan merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi ke-424 Kabupaten Tegal.
Komitmen SIG untuk terus berkontribusi mendukung peningkatan ekonomi secara berkelanjutan, telah membantu banyak pengusaha-pengusaha lokal seperti Deni Saputra.
Wajah Nia, 34, semringah ketika ditanya mengenai usaha toko kelontongnya yang kian ramai pembeli. Warga hilir mudik berbelanja setelah melakukan transaksi keuangan melalui BRILink.
PELAKU bisnis fesyen di bawah merek Ghawean Dewe, Dewi Astuti, mengaku salut dengan program pemberdayaan UMKM yang digagas PT HM Sampoerna Tbk.
Keunikan dari Tees Industry adalah memberikan keleluasaan kepada konsumen untuk memilih spesifikasi dan desain yang diinginkan.
Jadi Inspirasi Karena Inovatif, Sri Rejeki Jual Kudapan Kulit Semangka
Dua sahabat yang dekat dari hobi naik gunung itu mengakui memilih kopi karena terinspirasi dari kebiasannya, yaitu nongkrong di tempat kopi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved