Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BANK sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga 25 bps atau 0,25%, menjadi kisaran 4,75% hingga 5% dan menyatakan kehati-hatian krisis perbankan yang belum lama terjadi.
Kenaikan suku bunga yang tidak agresif ini menunjukkan bahwa puncak suku bunga mendekati titik akhir.
Seiring kenaikan kesembilan kali sejak Maret 2022, Komite Pasar Terbuka Federal (The Federal Open Market Committee/FOMC) menyatakan kenaikan suku bunga ke depan tidak pasti dan sangat bergantung pada data ekonomi yang masuk.
Baca juga : Gerak Cepat AS dan Swiss dalam Penanganan Kegagalan Bank
Untuk mendukung tujuan ini, Komite memutuskan untuk menaikkan kisaran target federal funds rate menjadi 4,75% hingga 5%.
"Komite terus akan memantau dengan informasi yang masuk dan menilai implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata The Fed pascapertemuan FOMC, dikutip dari situs resmi Federal Reserve, Kamis (23/3).
Baca juga : Harga Emas Menguat Jelang Keputusan FOMC
Komite mengantisipasi bahwa beberapa kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang ketat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2% dalam jangka panjang.
Indikator terbaru menunjukkan pertumbuhan moderat dalam pengeluaran dan produksi. Tingkat pekerja telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, tingkat pengangguran tetap rendah, dan inflasi tetap tinggi.
The Fed yakin sistem perbankan AS sehat dan tangguh. Perkembangan terakhir cenderung menghasilkan kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis dan membebani aktivitas ekonomi, perekrutan, dan inflasi.
"Luasnya efek ini tidak pasti. Komite tetap sangat memperhatikan risiko inflasi," kata The Fed.
Dalam menentukan tingkat kenaikan kisaran target di masa mendatang, Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, perlambatan yang mempengaruhi kebijakan moneter terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan.
"Selain itu, Komite akan terus mengurangi kepemilikan atas sekuritas surat utang, serta sekuritas yang didukung hipotek, seperti yang dijelaskan dalam rencana yang diumumkan sebelumnya. Komite sangat berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persennya," kata The Fed.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pasca The Fed menaikan suku bunga 25 bps dan sampai akhir tahun hanya 2 kali menaikan suku bunga sebesar 50 bps, dan Inflasi Inggris naik menjadi 10,4 %, maka statistik harga emas yang awalnya akan turun, berubah menjadi naik kembali.
Sebelumnya dia memperkirakan harga emas dunia akan melemah di rentang US$ 1.903,10 hingga US$ 1.974,10 per troy ounce dalam perdagangan Kamis, (23/3). Sebab dalam perdagangan Rabu malam, (22/3) harga emas berada di level US$ 1.943,10 per troy ounce.
Harga emas turun tajam dari sesi sebelumnya karena intervensi pemerintah AS dan Eropa membantu meredakan kekhawatiran krisis sistem perbankan Amerika Serikat dan Eropa.
Pasar mulai memperkirakan kemungkinan yang lebih besar bahwa The Fed tetap melawan inflasi. Prospek kenaikan suku bunga menjadi pertanda buruk bagi aset berimbal hasil nol seperti emas. Maka kemungkinan harga emas turun dari level US$ 2.000 per troy ounce.
Pasar telah memperkirakan Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps. Namun, prospek kebijakan moneter The Fed lebih berhati-hati di tengah meningkatnya tekanan ekonomi. Kegagalan tiga bank regional AS, sebagian besar disebabkan oleh kerentanan mereka terhadap kenaikan suku bunga.
“Ketakutan akan krisis perbankan memicu kenaikan harga emas dan logam mulia selama seminggu terakhir,” kata Ibrahim. (Z-4)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved