Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PERISTIWA gagal bayar Silicon Valley Bank terjadi pada akhir pekan (Sabtu) waktu Indonesia ketika pasar saham tutup. Pada Minggu, (12/3) pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memberikan pernyataan menjamin dana tabungan nasabah SVB.
"Maka dampaknya ke pasar saham Indonesia/IHSG tidak signifikan. Pada hari Senin, 13 Maret, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat dibuka turun tapi pada akhirnya ditutup naik +0,32%. Namun beberapa saham bank tetap turun signifikan," kata Pengamat Pasar Modal Direktur PT Avere Mitra Investama, Teguh Hidayat, melalui situsnya teguhhidayat.com, Selasa (14/3).
Pada hari Selasa (14/3), IHSG ditutup turun signifikan 145,14 poin atau -2,14%. Hal ini, kata dia, mungkin karena adanya kekhawatiran mengenai apa yang dialami SVB juga bisa saja dialami oleh bank-bank tertentu di Indonesia terutama bank digital, yang memang beberapa waktu lalu booming karena pandemi.
Baca juga : Luhut Sebut Keruntuhan SVB tidak Pengaruhi Ekonomi Dalam Negeri
Teguh memperhatikan beberapa bank kecil yang diberi label ‘bank digital’ seperti Bank Jago (ARTO), Bank Neo Commerce (BBYB), kena Auto Reject Bawah (ARB), masing-masing -6,64%, -6,84%. Sedangkan untuk Bank MNC International (BABP), Bank Raya Indonesia (AGRO) dan Bank Aladin Syariah (BANK) masing-masing terkoreksi -5,10%, -4,74%, dan -4,07%.
Per 30 September 2023, ARTO memegang dana pihak ketiga Rp6,9 triliun, meningkat signifikan dibanding sembilan bulan sebelumnya (akhir tahun 2022) sebesar Rp3,9 triliun.
Baca juga : Aset Kripto Kesulitan Dapat Momentum di Tengah Pasar Sideways
Tetapi, jumlah kredit yang disalurkan juga meningkat dari Rp5,2 menjadi Rp7,9 triliun, sedangkan dana yang disimpan di surat utang Pemerintah hanya meningkat dari Rp1,4 menjadi Rp2,1 triliun.
Kemudian ekuitas perusahaan mencapai Rp8,3 triliun, sehingga capital adequacy ratio-nya (CAR) sangat tinggi di level 97.5%. Sebagai perbandingan CAR dari BBCA dkk berkisar di 15 – 18%.
“Artinya dari total seluruh aset bank, hanya 15 – 18% yang merupakan milik bank-nya sendiri),” kata Teguh.
Demikian pula BBYB dan BABP, yang CAR-nya masing-masing tercatat dan 19,72% dan 20,14%.
Sehingga dengan asumsi posisi keuangan ketiga bank digital ini kurang lebih sama dengan bank-bank digital lainnya di Indonesia, maka dari sisi permodalan mereka semua masih aman.
Namun jika kita melihat kinerjanya, beberapa bank, misalnya BBYB, masih merugi, maka mungkin Pemerintah atau dalam hal ini otoritas keuangan (OJK) juga perlu membuat pernyataan ke publik bahwa sistem perbankan di Indonesia masih aman, dan tidak akan mengalami seperti yang dialami oleh SVB.
“Bila tidak, kepanikan yang terjadi hari ini bisa berlanjut dan bukan tidak mungkin menyebabkan bank run (penarikan dana oleh nasabah secara massal) pada bank-bank yang disebut di atas. Jika itu terjadi dan barulah para pejabat berwenang ini tampil ke publik, maka itu akan sudah terlambat,” kata Teguh.
Tapi apapun itu, dia katakan, sebenarnya untuk cerita SVB-nya sendiri di Amerika Serikat bisa dibilang tidak ada masalah karena sudah langsung ditanggulangi. Jadi sudah tidak akan ada pengaruh dampak sistemik atau semacamnya ke Indonesia, selain karena SVB ini jauh lebih kecil dibanding Lehman Brothers yang kolaps di tahun 2008.
“Kecuali dampak secara psikologis saja. Di sisi lain kasus SVB ini berpangkal dari kenaikan Fed Rate yang memang sangat agresif, maka ada kemungkinan ke depannya Fed Rate turun atau minimal tidak naik lebih tinggi lagi. Itu kabar bagus bagi dunia pasar saham di seluruh dunia termasuk Indonesia,” kata Teguh. (Z-8)
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa per Mei 2025, jumlah investor saham di Indonesia telah mencapai rekor tertinggi, yakni 7.001.268 SID.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 12 Juni 2925, dibuka melemah 10,61 poin atau 0,15% ke posisi 7.211,85.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Rabu, 11 Juni 2025, dibuka melemah 16,15 poin atau 0,22% ke posisi 7.214,59.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 10 Juni 2025, ditutup menguat 117,31 poin atau 1,65% ke posisi 7.230,74.
Direktur PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT) Simon Hendiawan menyampaikan laporan kepemilikan saham di perseroan untuk memenuhi ketentuan Pasal 2 POJK Nomor 4/POJK.04/2024.
AWAL April 2025, Bank Dunia melalui Macro Poverty Outlook menyebutkan pada tahun 2024 lebih dari 60,3% penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.
Di balik status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah ke atas, Bank Dunia mengungkapkan fakta mencengangkan: 60,3% dari total populasi Indonesia hidup dalam garis kemiskinan
Indonesia diproyeksikan hanya memiliki pertumbuan ekonomi rata-rata 4,8% hingga 2027. Adapun, rinciannya adalah 4,7% pada 2025, 4,8% pada 2026, dan 5% pada 2027.
Reformasi struktural untuk mempercepat pertumbuhan produktivitas, di samping kehati-hatian fiskal dan moneter, merupakan kunci untuk memajukan agenda pertumbuhan pemerintah.
Pengurusan izin usaha di Tanah Air masih membutuhkan waktu hingga 65 hari. Berbeda jauh dengan negara-negara maju dalam memproses izin bisnis.
Bank Dunia (World Bank) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat sebesar 5,03% pada 2024 mencerminkan pertumbuhan yang stabil.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved