PRAKTISI pasar modal Hans Kwee menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi uji resistance di level 6.750 sampai 6.953 pada pekan depan.
"Ini sebagai sinyal rebound terbatas dengan support di level 6.598 sampai level 6.509," ujarnya kepada wartawan, Minggu (8/1).
Pasar saham di Asia, seperti Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan dan Indonesia, tertekan selama periode lockdown yang diterapkan Tiongkok. Pada Jumat (6/1) lalu, IHSG dibuka melemah 0,52% ke posisi 6.619,12.
Baca juga: IHSG Tertekan Kekhawatiran Risiko Resesi Global
"Saat ini, pembukaan ekonomi negara tersebut membuat valuasi pasar saham Asia Tengah lebih murah. Serta, menimbulkan tekanan capital outflow dari pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia," imbuh Hans.
Adapun kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan efektif menurunkan inflasi. Namun, tidak menimbulkan banyak masalah pada pasar tenaga kerja. Hal ini mendorong mayoritas bursa global bakal menguat.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menyoroti kinerja IHSG pada 2022 yang ditutup naik 4,09%. Pada tahun lalu, tingginya harga batu bara dinilai menjadi sentimen positif IHSG di mata investor asing.
Baca juga: BI Naikkan Suku Bunga Jadi 5,5%, Tertinggi dalam 6 Tahun
Namun, kekhawatiran harga batu bara pada 2023 yang tidak sebaik tahun lalu, dapat mengubah persepsi investor asing. Serta, menjadi pemicu aksi net sell di pasar saham sejak Desember 2022 hingga awal Januari 2023 ini.
"Persepsi berubah dari waktu ke waktu. Bisa hari ini positif besok negatif dan sebaliknya," tutur Rudiyanto dikutip dari laman media sosialnya.
Menurutnya, kinerja IHSG sempat cukup lama bertahan di atas level 7000. Namun, penurunan signifikan harga saham GOTO yang masuk dalam indeks LQ45 dan IDX30 di Desember 2022, memaksa IHSG turun lebih dalam.(OL-11)