Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia atau Bank), Kamis (27/10), mengumumkan Laporan Keuangan konsolidasian untuk sembilan bulan pertama berakhir 30 September 2022, dengan Laba Sebelum Pajak (PBT) sebesar Rp1,48 triliun dan Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) sebesar Rp1,06 triliun.
Bank mencatat PBT dan PATAMI yang relatif stabil terhadap periode laporan tahun sebelumnya sehubungan dengan loan yield yang lebih rendah akibat persaingan ketat penyaluran kredit, sehingga berimbas kepada pendapatan bunga (interest income) yang menurun.
Di lain sisi, Bank mencatat provisi yang lebih rendah disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit serta biaya dana (cost of funds), dan biaya overhead yang terkendali.
Baca juga : Maybank Indonesia Bukukan Laba Sebelum Pajak Rp1,66 Triliun pada 30 September 2023
Seiring dengan menurunnya biaya dana, Bank mencatat Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) menguat 2 basis poin menjadi 4,8% pada September 2022.
Bank mencatat Pendapatan Non-Bunga (Fee-based Income) di luar pendapatan fees Global Market sebesar Rp1,23 triliun yang bersumber daripada pendapatan fee terkait bisnis pembiayaan dan ritel, serta anak perusahaan.
Sementara, fees terkait Global Market mengalami penurunan sebesar 63,7% disebabkan oleh dinamika suku bunga global dan volatilitas pasar yang menyebabkan pendapatan fee-based turun 10,4% Y-o-Y.
Seiring dengan aktivitas perdagangan serta bisnis yang terus bergerak naik pada sembilan bulan pertama 2022 telah mendorong permintaan akan pembiayaan, terutama bagi perusahaan berskala besar dan korporasi, serta ritel sehubungan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat.
Baca juga : Maybank Indonesia Bukukan Laba Sebelum Pajak Rp2,04 Triliun di Tahun 2022
Ada pun faktorfaktor eksternal tersebut telah berkontribusi kepada total pembiayaan Bank yang tumbuh signifkan sebesar 12,8% menjadi Rp111,45 triliun dari Rp98,78 triliun tahun lalu.
Kredit segmen Global Banking telah mencatat pertumbuhan pesat sebesar 25,0% menjadi Rp45,63 triliun dari Rp36,50 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya guna mendukung berbagai proyek pembangunan dan ekspansi bisnis, di antaranya, sektor infrastruktur, manufaktur, serta perdagangan global.
Kemudian, kredit segmen Community Financial Services (CFS) terdiri dari kredit Ritel dan Non-ritel tumbuh 5,7% menjadi Rp65,81 triliun dari Rp62,29 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga : BNI Proaktif Dukung Upaya Pemulihan dan Peningkatan Kinerja BUMN
Kredit segmen Retail Small and Medium Enterprises (RSME) tumbuh 5,7% menjadi Rp12,76 triliun dari Rp12,07 triliun.
Sementara, bagi usaha segmen Small and Medium Enterprises dengan segmentasi plafon kredit lebih besar (atau disebut sebagai SME+ oleh Bank) tumbuh 1,3% menjadi Rp5,08 triliun dari Rp5,01 triliun seiring dengan aktivitas bisnis dan perdagangan yang kembali normal.
Bank terus melakukan upaya rebalancing terhadap portofolio pembiayaan khususnya segmen non-ritel dengan berfokus pada penyaluran kredit agar kredit tersebut dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha nasabah.
Baca juga : Peningkatan Laba di Kuartal III, Amar Bank Optimistis Tumbuh hingga Akhir Tahun
Dengan demikian kredit non-ritel segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,9%, di mana hal ini berimbas kepada total kredit segmen CFS Non-ritel yang turun 3,6% Y-o-Y.
Sehubungan dengan meningkatnya daya beli masyarakat, total kredit segmen CFS Ritel (konsolidasian) tumbuh 13,8% menjadi Rp37,74 triliun dari Rp33,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Bisnis kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA) tumbuh 12,5% menjadi Rp2,83 triliun dari Rp2,51 triliun, diikuti pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 20,0% menjadi Rp18,33 triliun dari Rp15,27 triliun.
Baca juga : Amar Bank Proyeksikan Laba Bersih 45,7% CAGR dari 2023 hingga 2025
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 8,2% menjadi Rp16,03 triliun dari Rp14,82 triliun tahun lalu, dan segmen tersebut masih terus menunjukkan pertumbuhan sejak awal 2022.
Total simpanan nasabah tumbuh 5,0% menjadi Rp107,00 triliun dari Rp101,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
CASA Bank tumbuh 21,6% didukung Giro yang tumbuh 33,9% menjadi Rp32,44 triliun dari Rp24,24 triliun sementara Tabungan naik 7,6% menjadi Rp22,93 triliun dari Rp21,31 triliun tahun lalu. Simpanan berjangka (time deposits) turun 8,4% menjadi Rp51,63 triliun dari Rp56,34 triliun tahun lalu.
Baca juga : Profit Naik Hampir 500%, Amar Bank Siap Pertahankan Kinerja Positif
Hal ini sejalan dengan strategi Bank untuk terus memperkuat likuiditas melalui simpanan berbiaya rendah, dan mengandalkan layanan digital untuk menghimpun simpanan nasabah.
Alhasil, rasio CASA Bank terus membaik dan tercatat menguat sebesar 51,8% pada September 2022 dari 44,7% pada September 2021.
Di tengah prospek ekonomi yang membaik, Bank mencatat penurunan beban provisi sebesar 23,1% menjadi Rp818 miliar didukung upaya Bank dalam melakukan restrukturisasi, khususnya pada kredit nasabah yang terdampak pandemi.
Baca juga : Melayani 34 Juta Usaha Mikro, BRI Cetak Laba Rp51,4 Triliun
Bank mencatat rasio Non Performing Loan (NPL) konsolidasi membaik menjadi 3,5% (gross) dan 2,5% (net) pada September 2022 dari 4,6% (gross) dan 2,9% (net) pada September 2021, dan 3,7% (gross) and 2,6% (net) pada Desember 2021, serta penurunan saldo NPL sebesar 16,3% Y-o-Y.
Bank terus menerapkan prinsip kehati-hatian serta menerapkan risk posture yang konservatif. Di tengah kegiatan bisnis yang terus berangsur normal, Bank mencatat biaya overhead tetap terkendali sebesar Rp4,33 triliun.
Bank tetap disiplin dalam menerapkan kebijakan pengelolaan biaya secara berkelanjutan di seluruh organisasi maupun di dalam kegiatan usahanya, agar setiap biaya yang dikeluarkan dapat meningkatkan pendapatan Bank.
Baca juga : Bank BTPN Catatkan Performa Apik di Triwulan II 2022
Posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) berada di posisi yang sehat pada level 90,2%.
Sementara, Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja) tercatat 176,9% pada September 2022, berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%. Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap kuat sebesar 24,7% pada September 2022, dengan total modal Bank sebesar Rp28,02 triliun pada September 2022.
Pertumbuhan Platform Digital
Baca juga : Maybank Indonesia Catat Laba Sebelum Pajak Rp762 Miliar di Semester Pertama 2021
Platform perbankan digital untuk nasabah ritel, M2U, telah mencatat peningkatan transaksi sebesar 24,8% menjadi sekitar 13,1 juta pada sembilan bulan pertama 2022 dari 10,5 juta lebih transaksi tahun lalu.
Nilai transaksi M2U tumbuh 28,8% menjadi Rp71,05 triliun dari Rp55,16 triliun tahun lalu, diikuti dengan 1000% lebih pertumbuhan akuisisi pelanggan baru melalui platform digital tersebut.
Sementara, platform perbankan digital untuk nasabah korporasi, M2E, mencatat peningkatan transaksi sebesar 32,2% menjadi lebih dari 3,1 juta transaksi dari 2,4 juta tahun lalu.
Baca juga : Laba BSI Tumbuh 33% Capai Rp5,7 Triliun Tahun 2023
Nilai transaksi M2E mencapai Rp528,15 triliun pada sembilan bulan pertama 2022, tumbuh 34,9% dari Rp391,44 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Total pengguna aktif M2E juga tumbuh 6,9% menjadi 2.926 pengguna dari 2.737 pengguna. Hal ini menyebabkan pendanaan korporasi tumbuh 52,4% menjadi Rp27,03 triliun dari Rp17,73 triliun tahun lalu.
Pada kuartal ketiga 2022, Bank memperkenalkan berbagai fitur baru pada M2U, di antaranya, real-time transfer melalui BI FAST dan fitur tambahan terkait kartu kredit seperti, mengubah transaksi kartu kredit menjadi cicilan dan meningkatkan batas pinjaman kartu kredit yang secara keseluruhan dapat dilakukan melalui aplikasi mobile banking tersebut.
Baca juga : Cemerlang, BRI Berhasil Cetak Laba Rp60,4 T Sepanjang 2023
Unit Usaha Syariah
Laba Operasional sebelum provisi Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia, naik 16,2% menjadi Rp620 miliar, didukung pembiayaan Syariah yang tumbuh 12,8% menjadi Rp27,98 triliun dari Rp24,81 triliun, serta penurunan biaya dana yang ditopang oleh pertumbuhan CASA yang kuat. Total aset Syariah tumbuh 7,0% menjadi Rp39,67 triliun dari Rp37,06 triliun, serta berkontribusi kepada total aset Bank (individu) sebesar 25,7%.
Rasio Non Performing Financing (NPF) membaik, yakni 3,0% (gross) dan 2,4% (net) pada September 2022 dari 3,8% (gross) dan 2,6% (net) pada September 2021, sejalan dengan pembiayaan Syariah yang bertumbuh. Sementara Financing-to-Deposit Ratio (FDR) berada pada tingkat yang sehat, yakni 89,7%.
Baca juga : Gandeng Pegadaian, Maybank Luncurkan Tabungan Emas di M2U ID App
Pada sembilan bulan pertama 2022, CASA UUS tumbuh signifikan 37,3% menjadi Rp12,40 triliun dari Rp9,03 triliun tahun lalu.
Hal ini selaras dengan strategi Bank untuk memperkuat likuiditas dengan mengoptimalkan simpanan dengan biaya rendah. UUS tetap mengambil langkah konservatif untuk menjaga kualitas aset dengan meningkatkan level pencadangan untuk portofolio tertentu.
Hal ini berdampak pada penurunan PBT UUS menjadi Rp221 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 dari Rp403 miliar tahun lalu
Baca juga : QNB Indonesia Pertahankan Kinerja Positif pada Triwulan III 2023
Unit Usaha Syariah terus menerapkan strategi “Shariah First” dan Leverage Model, dimana keduanya telah memainkan peran strategis dalam meningkatkan bisnis Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia.
Dengan dukungan OJK terhadap Leverage Model, Unit Usaha Syariah dapat mengakses seluruh sumber daya Bank untuk mengembangkan dan memasarkan produk serta layanan berbasis syariah.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, menjelaskan bahwa, Maybank Indonesia kembali mencetak kinerja yang kuat pada sembilan bulan pertama 2022, tercermin pada Laba Sebelum Pajak serta menguatnya penyaluran kredit seiring dengan perekonomian Indonesia yang terus membaik, meskipun dibayangi volatilitas pasar global.
“Maybank Indonesia tetap berfokus pada strategi pertumbuhan yang telah berkontribusi kepada profitabilitas Bank. Kami akan tetap disiplin dalam menjaga likuiditas dan permodalan kami, dan di saat yang sama melanjutkan upaya untuk mendorong pertumbuhan bisnis melalui peningkatan produktivitas di seluruh segmen bisnis utama kami, serta transformasi digital guna meningkatkan ketangkasan organisasi Maybank Indonesia dalam menghadapi perubahan, tantangan serta peluang di seluruh kegiatan operasional maupun bisnis kami ke depan,” papar Taswin Zakaria. (RO/OL-09)
SMRA mencetak sejarah baru dalam kinerja keuangannya untuk tahun buku 2024. Perusahaan properti ini melaporkan lonjakan pendapatan dan laba bersih tertinggi
Sepanjang 2024, MPMX mencatatkan kinerja keuangan yang solid di tengah tantangan makroekonomi dan dinamika industri otomotif.
PT Asuransi Jiwa Taspen (Taspen Life) mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang 2024 di tengah tantangan industri dan dinamika pasar.
RUPST Telkom yang akan digelar pada 27 Mei 2025 merupakan momen krusial untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja dan tata kelola perusahaan.
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 pada 27 Mei 2025 mendatang.
Seknas Fitra menyoroti laporan keuangan kuartal I 2025 PT Telkom Indonesia yang mengalami penurunan dari Rp37,4 triliun menjadi Rp36,6 triliun pada kuartal pertama 2025.
SUB Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), PT Perkebunan Nusantara IV menyebut capaian komoditas non core (bukan inti) teh dan karet meraih laba positif untuk pertama kali sejak 1996.
BSI mencatat, penyaluran pembiayaan pada semua segmen tumbuh positif di mana segmen wholesale tumbuh 17,27% yoy, retail tumbuh 14,92% yoy, dan konsumer tumbuh 16,08% yoy.
Bird mencatatkan kinerja positif di kuartal pertama 2025 dengan membukukan pendapatan sebesar Rp1,30 triliun atau meningkat 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
PT Bank KEB Hana Indonesia (Hana Bank) menutup tahun 2024 dengan kinerja keuangan yang solid. Laba bersih tercatat tumbuh sebesar 14,61% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp519,43 miliar.
DI tengah ketidakpastian global, Citibank N.A., Indonesia (Citi Indonesia) mencatat pertumbuhan signifikan sepanjang 2024.
DRMA pada tahun buku 2024 mencapai pertumbuhan laba inti tahun berjalan sebesar 4,2 persen atau naik dari Rp555,81 miliar menjadi Rp579,3 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved