Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Praktisi : Transformasi Digital UMKM Dorong Ketahanan Perbankan Lewat Transparansi Data

Mediaindonesia.com
07/10/2022 19:21
Praktisi : Transformasi Digital UMKM Dorong Ketahanan Perbankan Lewat Transparansi Data
Pelaku UMKM menggunakan QRIS untuk bertransaksi dengan konsumen(Antara/Umarul Faruq)

INDONESIA merupakan salah satu dari 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Untuk sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Bank diharapkan dapat berperan penting dalam pendampingan dan pembinaan. Dengan sinergi antara UMKM dan Bank seyogyanya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan adanya kemajuan perekonomian. 

Presiden Joko Widodo telah menyampaikan arahan terkait percepatan transformasi digital UMKM Indonesia. Sebanyak 30 juta UMKM ditargetkan onboarding ekosistem digital pada 2024. Seperti sudah menggunakan platform e-commerce atau media sosial yang tepat, korporatisasi merchants pada pasar tradisional dan bisnis retail sampai menggunakan sistem transaksi berbasis digital. Sehingga untuk menghadirkan UMKM dalam ekosistem digital, akan mendorong penciptaan ekonomi baru. 

Praktisi Perbankan, Abiwodo mengatakan, peningkatan ekosistem digital harus diikuti dengan ekosistem pendukung menuju less contact economy seperti tersedianya infrastruktur jaringan, peningkatan akses pasar lebih luas, logistik, peningkatan daya saing, peningkatan efisiensi produksi, dan potensi bisnis hingga jasa perbankan dalam peningkatan akses pembiayaan. 

"Nah sisi lain, tuntutan pelaku UMKM juga harus melek digital, digital entrepreneurship mindset ditingkatkan, interkoneksi, serta skill semuanya wajib aktif secara digital based network," katanya dalam keterangan tertulis.

Dengan demikian, diprediksi potensi peningkatan nilai ekonomi digital di Indonesia akan meningkat signifikan mencapai Rp4.531 triliun pada 2030, dan jumlah ini masih harus digenjot lagi melampui sekitar 11 juta dari target 30 juta UMKM Go Digital di 2024. 

"Dengan diiringi perluasan akses pasar, peningkatan kualitas SDM, hingga kualitas dan kuantitas produksi rasanya bukan hal yang sulit untuk dicapai," ucap Abiwodo.

Abiwodo menambahkan, peran dan kontribusi UMKM mendominasi struktur unit usaha yaitu sebesar 99,9 persen dan berkonstribusi terhadap PDB sekitar 60,34 persen, menyerap sekitar 97 persen total lapangan pekerjaan serta menyumbang sekitar 14,17 persen potensi ekspor di Indonesia. 

Tingginya peran dan kontribusi UMKM di Indonesia mendorong akselerasi transformasi digital yang tidak terlepas adanya pandemi Covid-19 ikut mendorong momentum adanya perubahan pola konsumsi barang dan jasa.

Untuk meningkatkan transformasi digital UMKM, OJK turut berperan aktif mendukung digitalisasi UMKM melalui 4 kebijakan yaitu KUR Klaster, Bank Wakaf Mikro (BWM) yang merupakan sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah bekerja sama dengan Pondok Pesantren, platform marketplace melalui UMKMMU dan Securities Crowdfunding (SCF) yang akan hadir menjadi akses pembiayaan alternatif yang berasal dari dana publik khusus diperuntukkan bagi pelaku usaha pemula UMKM dalam mencari pendanaan bagi usahanya diluar perbankan. 

"Pandemi Covid-19 menumbangkan berbagai sektor, tidak luput UMKM. Berbeda dengan krisis ekonomi tahun 1998, sektor UMKM justru menjadi penopang dan menjadi penggerak perekonomian nasional. Pengurangan mobilitas dan pembatasan bersosialisasi akibat pandemi mendorong UMKM untuk merubah strateginya dari offline menjadi online.Transformasi digital perbankan di Indonesia menjadi sasaran dan termasuk dalam pengembangan bisnis sektor UMKM hingga bisa menuju ke pasar global," jelas Abiwodo.

Baca juga : DNKI-INKOWAPI Dorong Akselerasi Inklusi Keuangan bagi Perempuan

Meski demikian, Abiwodo menyebutkan, akses pembiayaan dan pengembangan usaha UMKM saat ini yang menjadi kendala utama. Dari sisi pembiayaan, contohnya masalah agunan hingga keterbatasan akses informasi ke perbankan. 

Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan akses informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Disisi lain, perbankan juga masih membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. Belum lagi bicara terkait skema pencadangan bank untuk menjaga likuiditas.

"Secara yakin dan pasti, tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM dalam hal akses permodalan usaha, akses informasi dan teknologi, akses layanan keuangan dan transaksional serta akses pasar dapat terbuka tranparan jika transformasi digital dilakukan. Kalo sudah begini, jalan tersambung dengan akses perbankan akan semakin terbuka sehingga akan menjadi solusi keberlanjutan bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan bisnis dan kapasitas usahanya," tutur Abiwodo.

Pembiayaan UMKM oleh perbankan telah diatur oleh BI lewat Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 23/13/PBI/2021 tentang Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah. 

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mendongkrak pembiayaan ke sektor UMKM yang dinilai masih memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi. Melalui langkah tersebut, regulator mewajibkan perbankan untuk meningkatkan rasio penyaluran kreditnya ke sektor UMKM secara bertahap, yakni sebesar 20 persen pada 2022, 25 persen pada 2023, dan 30 persen pada 2024. 

"Ditambah lagi dengan dukungan kebijakan UMKM lainnya seperti meningkatkan alokasi plafond KUR untuk UMKM dari target Rp285 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp373,17 triliun pada tahun 2022 atau meningkat sebesar 31 persen," imbuh Abiwodo.

Menurut Abiwodo, sejalan dengan transformasi digital UMKM, bank juga menyambut dengan proses digitalisasi, hingga munculnya Bank Digital yang akan mendorong UMKM dapat lebih menemukan akses permodalan. Kendala kecepatan waktu dan bunga ringan akan menjadi angin segar bagi UMKM dengan hadirnya Bank Digital.

"BNI misalnya dengan mengakuisisi 63,92 persen saham PT Bank Mayora pada Mei lalu, akan menjadikan Bank Digital yang lebih dekat dengan ‘wong cilik’ dengan membantu pertumbuhan bisnis UMKM. Lebih-lebih biaya operasional dan pengelolaan Bank Digital jauh lebih murah dibandingkan dengan bank umum, tentunya kendala UMKM untuk diberikan bunga lebih ringan dengan jangkauan akses yang lebih luas akan menjadi jalan keluar yang selama ini menjadi hambatan bagi UMKM. Tentunya Bank tetap memperhatikan margin dan kualitas kredit yang sehat," jelas Abiwodo.

Kalo sudah begitu, lanjut Abiwodo, ditengah resesi global yang terjadi, bank lebih yakin memberikan kepercayaan untuk menyalurkan kredit, sehingga ketahanan perbankan dan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dengan baik. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya