DALAM Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan diminta untuk segera menyelesaikan permasalahan harga telur. Hal tersebut disebabkan oleh harga telur yang saat ini tembus dengan harga Rp33.000 per kilogram.
Mendag Zulkifli Hasan menyebut, kenaikan harga telur saat ini memang sangat signifikan, hal ini disebabkan oleh permintaan musiman yang terjadi akibat perayaan kemerdekaan pada bulan Agustus.
"Telur ayam memang naik signifikan dibandingkan bulan lalu, per 26 Agustus sudah naik 6,83% menjadi Rp31.300 per kilogram, hal ini karena permintaan akibat perayaan kemerdekaan pada bulan Agustus," ujarnya dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Selasa (30/8).
Mendag mengatakan, pada tahun 2021 harga telur pernah mencapai Rp14.000 per kilogram. Hal tersebut menjadi penyebab para peternak merugi dan memutuskan untuk melakukan afkir dini kepada induk ayam agar stok telur menurun dan harganya kembali meningkat.
Kemudian Mendag melanjutkan, permintaan telur untuk keperluan bansos juga tinggi, dan itu juga menjadi penyebab stok telur berkurang dan harganya meningkat.
Baca juga: Banggar: Subsidi BBM tidak Tepat Sasaran, Mari Kita Akhiri
Menurut Mendag, untuk harga normal telur itu seharusnya pada kisaran Rp27.000 sampai Rp29.000 per kilogram, karena modalnya adalah Rp24.000 per kilogram.
Selain itu, Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade meminta untuk urusan telur diselesaikan, karena banyak masyarakat yang terbebani dengan kenaikan harga tersebut, termasuk para pelaku UMKM.
"Karena di berbagai media saya baca pedagang warteg sudah banyak yang teriak Rp33.000 per kilogram itu di Jakarta. Kemudian di Papua itu sudah mencapai Rp40.000 per kilogram. harus ada solusi cepat," ujarnya.
Andre Rosiade juga meminta Menteri Perdagangan agar berkoordinasi dengan Kementerian BUMN untuk mengerahkan BUMN pangan melakukan operasi pasar.
"Jangan sampai konsumen teriak harga telur kemahalan, tapi perhatikan juga nasib peternak jangan sampai kerendahan harganya," katanya. (OL-4)