Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

IHSG Diprediksi Tertekan pada Perdagangan Besok

Despian Nurhidayat
24/7/2022 13:00
IHSG Diprediksi Tertekan pada Perdagangan Besok
Petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (24/6/2022)(ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

DiIREKTUR Anugrah Mega Investama Hans Kwee memprakirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan besok akan tertekan di tengah berbagai sentimen baik dalam dan luar negeri.

"Pekan ini IHSG berpeluang konsolidasi cenderung tertekan. Pelaku pasar akan menantikan keputusan the Fed terkait suku bunga acuan. Inflasi yang masih tetap tinggi membuat banyak bank sentral akan memperketat kebijakan moneternya. Harga saham akan cukup berfluktuasi di kuartal III 2022 dengan arah tertekan," ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (24/7).

Menurutnya, IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 6,757 sampai level 6,559 dan resistance di level 6,940 sampai level 7,070.

Baca juga: Tutup AOE 2022, Mendag Siap Bantu Pasarkan Produk UMKM ke Pasar Internasional

Baca juga: Pendaftar Program Subsidi Tepat Sasaran Tembus 220 Ribu Kendaraan

Hans juga menambahkan, laju inflasi di Amerika Serikat masih terus meningkat meski bank sentral telah tiga kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% sampau 1,75%.

Survei awal konsumen Universitas Michigan untuk periode Juli menunjukkan konsumen melihat inflasi berada di posisi 2,8%, terendah dalam satu tahun dan menyusut dari 3,1% pada bulan sebelumnya.

The Fed mungkin mundur dari rencana semula menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin dengan pertemuan minggu depan. The Fed diprediksi tetap dengan kenaikan suku bunga acuan 75 basis poin.

"Menjelang pertemuan The Fed minggu depan, pelaku pasar memperkirakan ada peluang 23,2% The Fed bisa melakukan kenaikan suku bunga 100 basis poin. Kenaikan 0,75 poin mungkin tidak akan menimbulkan tekanan berarti pada pasar keuangan karena sudah diperkirakan pelaku pasar," kata Hans.

Selain itu, Bank Sentral Eropa atau ECB juga telah menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin. Kebijakan terbaru ECB ini merupakan kenaikan yang pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir untuk meredam gejolak inflasi di Eropa.

ECB yang merupakan bank sentral dari 19 negara blok mata uang tunggal ini, mengejutkan pasar dengan keputusan mendorong suku bunga acuannya naik 50 bps, membawa suku bunga deposito nol. Padahal konsensus sebelumnya menyebut, kenaikan suku bunga ECB hanya 25 bps.

"Dewan Gubernur ECB menilai bahwa adalah tepat untuk mengambil langkah pertama yang lebih besar pada jalur normalisasi tingkat kebijakan daripada yang ditunjukkan pada pertemuan sebelumnya," ujar Hans.

ECB juga mengatakan bahwa langkah suku bunga ini akan mendukung kembalinya inflasi ke target jangka menengah. Bank sentral juga akan memperkuat penahan ekspektasi inflasi dan dengan memastikan bahwa kondisi permintaan menyesuaikan untuk mencapai target inflasi dalam jangka menengah. Target inflasi ECB adalah 2%.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7- DRRR) di level 3,50%. Suku bunga deposit facility juga tetap level 2,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25%.

Keputusan menahan suku bunga acuan konsisten dengan perkiraan inflasi inti yang tetap terjaga. Inflasi inti juga masih dalam koridor yang aman menurut BI yakni 2,5% sampai 4%.

Angka inflasi inti kemungkinan akan meningkat pada paruh kedua tahun ini. Indeks harga produsen meningkat dengan kecepatan yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa efek putaran kedua dapat meningkat karena lebih banyak biaya yang dibebankan kepada konsumen.

Hans merasa bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan September 2022. BI juga telah menurunkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global, dari sebelumnya 3,5% menjadi 2,5% untuk tahun 2022.

"Penurunan proyeksi tersebut sejalan dengan meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global. BImemperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini di kisaran 9% sampai 11% secara tahunan (yoy) seiring tetap terjaganya kecukupan likuiditas perbankan yang tetap terjaga," pungkasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya