Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Dampak Kenaikan Harga Pertamax Berbeda Dibandingkan Minyak Goreng

Dampak Kenaikan Harga Pertamax Berbeda Dibandingkan Minyak Goreng
11/4/2022 11:47
Dampak Kenaikan Harga Pertamax Berbeda Dibandingkan Minyak Goreng
Petugas melayani pengisian BBM di SPBU Tol Sidoarjo 54.612.48, Sidoarjo, Jawa Timur.(ANTARA/Zabur Karuru)

PENGAMAT energi Ugan Gandar mengatakan meski harga Pertamax mengalami kenaikan menjadi Rp12.500 per liter, dampaknya diklaim tidak signifikan dibandingkan lonjakan harga minyak goreng.

Menurutnya, BBM dengan nilai oktan (RON) 92 itu lebih banyak dikonsumsi masyarakat menengah ke atas, berbeda dengan minyak goreng yang digunakan hampir seluruh kalangan masyarakat.

“Kalau kita bandingkan kenaikan harga Pertamax dengan kenaikan harga minyak goreng, yang sempat langka, dampaknya sangat berbeda," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (11/4).

Baca juga: Penaikan Pertamax, Presiden: Kelangkaan Energi dan Kenaikan Harga Minyak Dunia

"Kenaikan harga minyak goreng sangat berdampak terhadap kehidupan seluruh lapisan masyarakat,” tambah Ugan.

Dia menyebut, porsi penjualan Pertamax di 2021 dikatakan relatif kecil hanya sekitar 13-16% dari total konsumsi BBM di Indonesia.

Mantan Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) itu juga menjelaskan, jika dibandingkan dengan harga dunia ataupun di Asia, harga BBM di Indonesia paling rendah karena pemerintah masih memberikan subsidi.

"Walaupun tidak bisa dibandingkan apple to apple, karena banyak variabel yang berpengaruh seperti wilayah dan sistem pendistribusian BBM," tuturnya.

Ugan kemudian menuturkan, sebelum harga naik, tanpa disadari selama ini masyarakat telah mendapat subsidi dari Pertamina karena Pertamax sebagai Jenis Bahan Bakar Umum (JBU) atau nonsubsidi masih dijual di bawah harga keekonomian.

 “Besaran subsidi dari Pertamina ini sebesar Rp3.500 per liter. Jika pengguna kendaraan mewah lebih dari 3 juta penduduk, bisa dibayangkan berapa besar biaya selisih harga keekonomian yang ditanggung oleh Pertamina?” ungkap Ugan.

Sementara untuk BBM Jenis Bahan Bakar Tertentu (JBT) atau subsidi Biosolar yang disubsidi oleh pemerintah sekitar Rp7.800 per liter. 

Ugan berpendapat seharusnya JBT ini selektif digunakan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah ataupun sesuai peruntukannya.

Ugan meyakini konsumen akan kembali mengonsumsi ke Pertamax karena yang diutamakan itu adalah menjaga kualitas mesin kendaraan untuk jangka panjang. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya