Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
DANA Moneter Internasional (IMF) memperingatkan lonjakan inflasi yang terjadi di sebagian besar negara kelompok G20 dapat memicu risiko yang signifikan terhadap perekonomian. Meski demikian, IMF memperkirakan kenaikan harga di sebagian besar negara akan secara bertahap melandai pada tahun ini.
"Mengutip Reuters, IMF menilai data inflasi terus mengejutkan. Lonjakan inflasi terutama terjadi karena kenaikan harga komoditas, gangguan pengiriman barang, berlanjutnya ketidaksesuaian dalam penawaran dan permintaan, dan pergeseran permintaan lebih banyak barang," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (18/2).
Dalam catatan yang disiapkan untuk pertemuan G20 dalam dua hari ini di Jakarta, IMF menilai ekspektasi inflasi jangka panjang secara umum tetap akan terkendali dengan kerangka kebijakan yang kuat. Namun, risiko penurunan pertumbuhan ekonomi global terus membayangi yang ditunjukkan dengan indikator ekonomi.
IMF pada bulan lalu telah memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,4%. Pembatasan mobilitas yang diterapkan di Eropa, Jepang dan Inggris telah melemahkan aktivitas sektor jasa dalam beberapa bulan terakhir, sementara penyebaran virus corona telah merusak sentimen konsumen di Amerika Serikat.
Baca juga: OJK Ungkap Kendala Penerbitan Green Bond
IMF memperkirakan bahwa gangguan pasokan kemungkinan telah mengurangi antara 0,5% hingga 1% dari pertumbuhan produk domestik bruto global pada tahun 2021 dan mengangkat inflasi inti sebesar 1%.
Potensi munculnya varian baru dan berbahaya dari virus Covid-19 dapat menyeret turunnya aktivitas ekonomi. Menurut IMF, ketidaksesuaian penawaran-permintaan juga bisa memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan dari yang diharapkan.
Kondisi ini dapat membebani output dan memicu inflasi upah, yang dalam jangka waktu dapat mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih awal dari perkiraan di negara-negara maju utama, terutama di Amerika Serikat, negara terbesar di dunia.
Ekonomi Tiongkok, terbesar kedua di dunia berpotensi lebih lambat dibandingkan prediksi semula jika mengalami masalah lebih lanjut di pasar real estat, konsumsi swasta tidak pulih, dan wabah Covid-19 meluas.
"IMF menekankan, bank-bank sentral di ekonomi pasar berkembang harus siap menghadapi guncangan jika inflasi terus meningkat di negara-negara ekonomi utama. Bank-bank sentral negara maju berpotensi menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan," kata Nico. (A-2)
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12% (yoy), meski dihadapkan pada ketidakpastian global
BPS Provinsi Maluku Utara mencatat inflasi bulan Juli 2025 sebesar 2,46 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dengan penyumbang inflasi tertinggi yakni cabai rawit.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Jakarta pada Juli 2025 sebesar 0,11% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (0,13%; mtm).
penyumbang utama inflasi Juli 2025 secara year-on-year yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 1,08%.
BPS melaporkan kenaikan harga beras pada Juli 2025, dengan inflasi mencapai 4,14%. Beras medium mengalami lonjakan tertinggi. Simak detail selengkapnya.
Hingga semester I 2025, pemerintah terus menjalankan peran counter cyclical untuk meredam tekanan ekonomi, serta tetap mendorong kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok rentan.
Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan untuk kelima kalinya tahun ini.
Bank Indonesia (BI) dan Bank Prancis atau Banque de France (BdF) menyepakati penguatan kerja sama bilateral di area kebanksentralan.
Bank Indonesia bakal menambah besaran insentif dalam Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) di 2025 menjadi Rp283 triliun.
LPEM FEB UI mendesak Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur BI November 2024.
BANK sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuan dengan besaran 25 basis poin (bps) menjadi 4,50-4,75% pada Kamis (7/11) waktu AS
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (27/9) sore ditutup melemah di tengah penguatan mayoritas bursa saham kawasan Asia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved