Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
SIKAP resiliensi atau ketangguhan menjadi kunci penting dalam menekuni bisnis kreatif. Dengan sikap itu, roda bisnis dapat cepat beradaptasi di tengah kondisi apa pun. Hal itu menjadi pesan penting dalam buku Kreatif Berbisnis Kreatif-21tahun merawat bisnis kreatif karya CEO Creative Center Indonesia Uti Rahardjo yang diluncurkan Sabtu, (8/1).
Uti menyebutkan, resiliensi menjadi satu kekuatan yang membuat Creative Center Indonesia bisa bertahan hingga lebih dari 20 tahun. Istilah yang sekarang populer adalah “G. R. I. T” (Guts, Resilience, Initiative dan Tenacity), yang berarti memiliki nyali, tahan banting, penuh inisiatif, dan persisten.
Sebagai praktisi di bidang periklanan, Uti telah berhasil menangani sejumlah klien di berbagai bidang di tengah pandemi meski harus melaksanakan pekerjaan dari rumah.
Peraih Entrepreneurial Winning Women 2011 dari Ernst&Young dan penerima Anugerah Perempuan Indonesia (API) tahun 2012 dari "Woman Review Magazine" itu selama 21 tahun berkarir di CCI selalu melakukan pekerjaannya dari rumah.
Namun dia bersyukur telah mampu beradaptasi dalam situasi rumah yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan bekerja di kantor.
Dia menghadapi tantangan yang sangat bertubi-tubi, termasuk di masa pandemi di saat banyak sektor usaha menghadapi banyak kesulitan.
"Begitu juga dengan kami, harus menghadapi tantangan yang dikhawatirkan dapat merontokkan kinerja yang sudah dibangun selama bertahun-tahun," kata Uti.
Itu sebabnya diperlukan kreativitas yang tinggi untuk bisa bertahan dengan membangun tim yang solid, mengatur arus kas perusahaan yang ketat serta mempertahankan konsumen atau klien agar bisa terus beradaptasi sehingga tetap dapat menghasilkan "revenue" yang signifikan.
"Kami telah melampaui masa pasang-surut yang memperkaya hidup dengan pengalaman yang tidak ternilai harganya," ujarnya. Salah satu buktinya, kendati mengaku sebagai bagian dari generasi digital-analog, namun Uti dan timnya yang juga didukung oleh mereka yang mulai memahami ranah digital dengan sejumlah aplikasinya, dapat membuktikan.
Baca juga :: Wamendag Tegaskan Pentingnya Pengelolaan Aset Kripto
"Ternyata bisa bertahan di tengah situasi yang sangat kompetitif, dengan kemampuan anak muda melalui digital 'mindset'- nya," katanya.
Memiliki jiwa yang rendah hati sebagai warisan budaya dari para leluhurnya, Uti mengatakan, menjalankan bisnis itu bukan merancang sesuatu secara sempurna, melainkan mengalir saja sebagai suatu proses.
"Business is not sains, not art, but practice',“ tegas Uti.
Dalam derap waktu, Uti merasa menjadi generasi yang beruntung, menyaksikan dan memegang kendali bisnis melampaui masa di tahun 2000 saat peran internet, komputer serta teknologi digital belum secanggih seperti saat ini.
”Dengan modal pernah bekerja di berbagai perusahaan iklan selama lebih dari 10 tahun itu, saya memulai mendirikan perusahaan sendiri setelah menang penawaran tender salah satu perusahaan perbankan asing di Indonesia," ujarnya.
Mengaku banyak didukung sejumlah sahabatnya, Uti memiliki "asset knowledge" yang cukup berharga, sampai para klien menaruh kepercayaan (trust) yang besar sehingga kerja sama dengan mereka bisa berlangsung sampai bertahun-tahun.
Pencinta batik yang gemar bermain piano itu mengatakan, untuk menjawab kebutuhan pasar bahkan perusahaan, harus membentuk satuan tugas khusus yang sangat taktis guna menjawab kebutuhan pasar.
"Dengan orientasi melayani (served) pada permintaan pasar yang sangat ketat, maka tim kami terlatih dengan tetap bekerja secara profesional," kata Uti.
"Kuncinya adalah tidak pernah mengatakan 'tidak bisa' kepada klien, karena pada dasarnya kita tidak pernah tahu, mana yang benar-benar kita tidak bisa lakukan sebelum kita mencoba," tuturnya memberikan tips. (Ant/OL-7)
Lebih dari sekadar karya tulis, buku karya Connie Rahakundini Bakrie ini adalah seruan dan ajakan untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa akan makna sejati berbangsa dan bernegara.
Hingga Juni 2024, telah disalurkan 490 Al-Qur’an dan 13.790 buku tulis ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Tangerang.
Buku ini bukan hanya kumpulan resep, melainkan potret kehidupan harian masyarakat Indonesia dari sudut pandang kuliner.
ASTA Index mengatasi keterbatasan metode pengukuran konvensional yang hanya fokus pada indikator makro.
Buku tersebut merupakan bagian dari komitmen dan kontribusi IFSR dalam mendukung pelaksanaan MBG yang telah ditetapkan sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Literasi digital tak hanya mampu menggunakan perangkat tetapi juga tentang mampu mengevaluasi informasi secara kritis.
Dengan Integrated Foreign Exchange Feature QLola by BRI, Anda bisa mendapatkan cara cerdas untuk menangani transaksi mata uang asing langsung melalui platform digital.
Memilih software bisnis bukan lagi sekadar keputusan operasional, melainkan keputusan strategis yang dapat menentukan arah pertumbuhan jangka panjang bisnis Anda
OLAHRAGA padel saat ini begitu viral dengan banyak kalangan yang memainkan olahraga ini. Mulai dari kalangan figur publik hingga warga umum, padel menjadi kecintaan baru.
Masa pensiun bukan akhir dari produktivitas. Temukan 5 ide bisnis berbasis hobi yang cocok untuk pensiunan dengan Kredit BRIguna Purna dari BRI.
Upaya pemberdayaan kewirausahaan, keuangan, dan kesiapan kerja telah memberikan dampak kepada lebih dari 9.700 siswa dari 50 SMA dan SMK di 14 kota/kabupaten di Indonesia.
Kenapa Palaran? Karena Palaran akan menjadi akan menjadi kawasan yang menjanjikan di masa depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved