Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Industri BPR-BPRS Optimistis Menatap Ekonomi dan Bisnis Tahun Depan

Mediaindonesia.com
10/12/2021 22:20
Industri BPR-BPRS Optimistis Menatap Ekonomi dan Bisnis Tahun Depan
Seminar Nasional Virtual Perbarindo tentang Outlook 2022 yang digelar Kamis (9/12).(Ist)

PERHIMPUNAN Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) yang menaungi entitas BPR-BPRS se-Indonesia menatap optimistis ekonomi dan bisnis pada 2022 mendatang. Hal ini terungkap dalam Seminar Nasional Virtual Perbarindo tentang Outlook 2022 yang bertajuk 'Peluang dan Tantangan BPR-BPRS di Tengah Dinamika Bisnis dan Pandemi Covid-19' yang digelar Kamis (9/12).

Apa saja peluang dan tantangan secara makro bagi BPR-BPRS, ekonom senior Ryan Kiryanto mengutarakan bahwa sebentar lagi Indonesia akan tinggal landas (take off) menuju ke era kenormalan baru. Menurutnya, apa yang terjadi di global akan berimplikasi pada ekonomi dan industri keuangan Indonesia dan tentuya terhadap industri BPR-BPRS.

Dunia memang belum selesai menghadapi covid-19, namun menurut Ryan, ada kabar baik yakni Purchasing Managers Index hampir di seluruh negara berada di atas 50. Jika di atas 50 berarti masuk zona ekspansi. Purchasing Managers Index merupakan alat ukur untuk mendeteksi ekonomi suatu negara.

"Posisi Indonesia per Oktober di angka 57. Artinya pada kuartal keempat perekonomian Indonesia sedang bergairah dan ini pararel dengan angka kasus covid-19 harian yang menurun jauh," ungkap Ryan dalam materi seminarnya yang bertajuk 'Global and Domestic Macroeconomic Update'.

Ryan melihat ekonomi Indonesia saat ini sudah menggeliat. Indikasinya bisa dilihat dari kondisi Jakarta saat ini yang sudah mengalami kepadatan lalu lintas. Indonesia juga katanya mendapatkan apresiasi sebagai 5 negara terbaik dalam menangani kasus covid-19 dan saat ini mencapai tahap herd immunity.

"Desain kebijakan yang didesain pemerintah dibuat sedemikan rupa, dirancang serius berbasis data sehingga pencapaiannya luar biasa. Saat ini kita berada di level recovery. Q3 (Kuartal-III) tumbuh 3,51%, tetapi basisnya sudah lebih baik. Kita akan mencapai kekebalan komunal tanpa menunggu semester tahun depan," ujar Ryan.

Sementara di sektor perbankan, likuiditas menghijau. Itu artinya, lanjut dia, semuanya membukukan profit. Risiko kredit juga sudah bisa dimanage serta likuiditas sangat memadai. "CAR kita tinggi sekali 25,24 yang berarti tidak ada isu dengan capital dan risiko perbankan kita. Dan tidak ada masalah likuiditas di bank-bank kita. Semuanya on the track karena kita berada di posisi recovery," jelas Ryan optimistis.


Baca juga: Optimistis Properti Tumbuh di 2022, Triniti Dinamik Segera Serahterima The SMITH


Sementara itu, sepanjang Triwulan III-2021, Perbarindo mencatat bahwa perekonomian global mengalami perbaikan. Hal itu terlihat dari indikator Purchasing Managers Index (PMI) global pada Juli, Agustus, dan September 2021 yang mencapai lebih dari 50. Lantas, harga komoditas makanan dan komoditas hasil tambang di pasar internasional mengalami peningkatan baik secara (q-to-q) maupun (y-on-y). Sementara ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia pada periode yang sama juga menunjukkan pertumbuhan positif.

Menurut Ketua DPP Perbarindo Joko Suyanto yang hadir sebagai narasumber, keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam mengendalikan pandemi memberikan optimisme bagi seluruh pelaku bisnis dan usaha. "Ini jadi momentum bagi industri BPR-BPRS menatap masa depan Indonesia yang lebih baik,” ujarnya.  

Joko juga mengatakan bahwa optimisme itu juga disebabkan Indonesia akan menutup 2021 dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan 2022 diproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh positif menjadi 5,2%.

Pandemi memang memberikan pengaruh pada kinerja BPR-BPRS. Pertumbuhan aset, DPK, dan kredit/pembiayaan melandai sejak awal pandemi. Alhasil, industri BPR-BPRS juga semakin selektif dalam penyaluran kredit/pembiayaan. Ekonomi yang melambat telah mempengaruhi demand terhadap produk dan jasa yang ditawarkan BPR-BPRS.

"Kalau melihat ketahanan bank saya rasa BPR-BPRS masih sangat baik. Per September 2021, angka CAR BPR 32,01% dan LDR di angka 74%. Ini juga masaih ada ruang yang mencukupi untuk melakukan intermediasi," ujar Joko.

Sepanjang tahun ini, kinerja BPR-BPRS masih terjaga dan tumbuh positif. Per September 2021, total aset BPR tumbuh 8,90% (yoy), penyaluran kredit tumbuh 4,33% (yoy) menjadi Rp123 triliun, dan DPK tumbuh sebesar 11,27% (yoy) menjadi 126 triliun. Hanya saja, kata Joko, ada risiko kredit di mana angka NPL rata-rata BPR berada di atas 5%  dan itu menjadi PR bersama serta menjadi prioritas dalam rencana bisnis bank (RBB) di 2022.

Menyangkut persaingan bisnis ke depan, Joko mengingatkan kepada seluruh BPR-BPRS di Indonesia untuk bisa bersaing. "Bagaimana tata kelola yang optimal, kualitas dan kuantitas SDM yang memadai, serta ketersediaan infrastruktur teknologi menjadi penting bagi industri BPR-BPRS," ujarnya.

Dan yang tak kalah penting, katanya, industri BPR-BPRS juga harus bertransformasi pada keinginan market. "Kami berpandangan bahwa ke depan BPR-BPR juga harus hybrid dalam berbisnis. Para milenial juga dipertimbangakan sebagai going concern bisnis BPR-BPRS," imbuhnya. (RO/S-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya