Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Transisi Energi, Kebutuhan Migas Justru Melonjak di Atas 100% di 2050

Insi Nantika Jelita
23/11/2021 18:14
 Transisi Energi, Kebutuhan Migas Justru Melonjak di Atas 100% di 2050
Sebuah kapal berlabuh di sekitar stasiun terapung suplai minyak dan gas lepas pantai di perairan Balongan, Indramayu, Jawa Barat.(ANTARA/Dedhez Anggara )

KEPALA Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Migas Dwi Soetjipto menuturkan, volume kebutuhan minyak dan gas akan melonjak di 2050, di tengah rencana transisi energi bersih Indonesia.

Dia berujar, pemerintah telah menetapkan rencana umum energi nasional, yang mana kontribusi minyak dan gas terhadap energi yang dibutuhkan akan menurun dari 63% di 2020 menjadi 44% di 2050, dengan subtitusinya energi baru terbarukan (EBT).

"Tapi, secara volume kebutuhan minyak dan gas justru akan meningkat. Yang mana kontribusi minyak di 2050 meningkat 139% dari saat ini sebesar 1,6 juta juta barel per hari (BOPD), menjadi 3,97 juta barel per hari," ungkapnya dalam Opening Ceremony Northern Sumatra Forum 2021 secara virtual, Selasa (23/11).

Sementara, kebutuhan gas juga diperkirakan meningkat lebih besar lagi. Konsumsi gas di 2020 sebesar 6.557 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 26.112 MMSCFD di 2050. Angka ini, lanjut Dwi, naik sekitar 298%.

Baca juga: Jokowi Pastikan Isu Transisi Energi Jadi Pembahasan Utama di G20 Bali

Dia menyebut, industri hulu migas, selain memenuhi kebutuhan energi juga digunakan untuk pembangunan sektor petrokomia. Kebutuhan gas yang diproyeksikan melonjak itu sebagai instrumen dalam transisi energi di Tanah Air.

"Kami berkomitmen mengejar target produksi minyak sebesar 1 juta barrel per hari (BOPD) serta gas bumi sebanyak 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di 2030," tegas Dwi.

Di Sumatera bagian utara, Kepala SKK Migas ini menyebut, memiliki peran penting dengan adanya wilayah kerja (WK) atau kilang minyak dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Seperti WK Rokan di Riau. Lalu, memiliki perairan Natuna.

"Offshore (aktivitas pengeboran minyak dan gas lepas pantai) di Natuna, itu memiliki potensi migas yang luar biasa. Kami dorong eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru di sana," imbuh Dwi.

Selain itu, dia menerangkan, sektor hulu migas tentu membutuhkan biaya yang besar, karena sektor ini bisa menarik investasi US$187 miliar dengan total gross revenue US$371 miliar dan proyeksi pendapatan negara US$131 miliar. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya