Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

TPA Kebon Kongok Didorong Olah Sampah Jadi Energi Substitusi Batubara

Fetry Wuryasti
05/11/2021 20:51
TPA Kebon Kongok Didorong Olah Sampah Jadi Energi Substitusi Batubara
Kunjungan Kementerian PUPR ke TPA Kebon Kongok, Lombok yang didorong olah sampah jadi energi substitusi batubara.(MI/FETRY WURYASTI)

KEMENTERIAN Perkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Kebon Kongok, Lombok, Nusa Tenggara Barat (TPA) agar timbunan sampah yang sampai sana bisa diolah, dimanfaatkan kembali, hingga mendulang nilai ekonomi.

TPA Sampah Kebon Kongok memiliki kapasitas 951 ribu meter kubik atau 951 ton/ per hari, namun saat ini kondisinya sudah kelebihan kapasitas. Di lahan sistem Sanitary Landfill ini seluas 8,14 hektare ini, kondisi landfill saat ini telah berada di level 9 dengan ketinggian 45 meter dari dasar. 

Oleh karena itu, Kementerian PUPR sepakat dengan pemerintah provinsi, pemerintah daerah Lombok Barat dan Kota Mataram membangun pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Refuse Derived Fuel (RDF) dan Solid Recovered Fuel (SRF). Para stakeholder membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PLTG & PLTU Jeranjang untuk memasok olahan serbuk sampah kering menjadi substitusi 2%-5% batu bara sebagai sumber energi listrik.

Kasi Pengolahan Sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nusa Tenggara Barat (NTB) Radyus Ramli mengatakan mesin yang mereka miliki mampu menghasilkan hingga 15 ton per hari RDF, dari sampah sekitar 40 ton. Ke depan mereka akan siap untuk menghasilkan 75 ton per hari sampah RDF dari 150 ton bahan mentah (sampah).

"Sampah-sampah kering yang dipilih berupa dedaunan dari yang telah ditebang di taman-taman, ditampung dalam kotak-kotak peyeumnisasi berkapasitas 5 ton, untuk dilakukan pengeringan sampah menggunakan cairan biokimia selama 5-7 hari, kemudian dicacah menjadi bentuk cacahan kasar berukuran 2-5 milimeter, sebelum dipacking dan dikirim ke PLTU Jeranjang yang berjarak sekitar 2km dari TPA," kata Radyus, di Lombok, Kamis (4/11).

Total sampah per hari yang masuk TPA Kebon Kongok sebanyak 342 ton per hari, yang kemudian dipilah 40 ton sampah menjadi 15 ton RDF sampah, 28,02 ton menjadi 5,17 ton kompos untuk pertanian dan perkebunan, 20,84 ton ke fasilitas daur ulang menjadi bahan baku pirolisis dan 21,7 ton residu. Sementara 204 ton sampah tidak bisa diolah.

Dari 100-120 ton sampah campuran yang masuk, kemudian akan dipilah antara organik dan anorganik. Idealnya untuk membuat sampah RDF menggunakan 95% sampah organik dan 5% sampah anorganik.

"Harga rata-rata sampah RDF sekitar Rp 600 ribu per ton," kata Radyus.

Sisa sampah anorganiknya akan diolah menjadi bahan baku pirolisis, yang baru berjalan kini prototipenya sebesar 1 ton per hari dan berkembang sampai 20 ton per hari di 2022, melibatkan perusahaan dari Australia.

Baca juga: Anies Sepakati Perpanjangan TPA Bantargebang 5 Tahun Lagi

Saat ini RDF yang berjalan masih dalam skala litbang dan memasok kebutuhan, sampai menunggu hasil kesepakatan kerja sama terkait harga dari sampah RDF dan pendanaan dari Bank Dunia senilai Rp 37 miliar untuk kebutuhan pembangunan hanggar, pengadaan alat. Kapasitas RDF TPA Kebon Kongok mencapai 5 ton per hari, meski saat ini mereka baru sanggup menyelesaikan sebanyak 200 kg per hari.

Selain itu sekitar 5 ton sampah di sini juga diekstraksi menjadi biogas landfill, yang bisa dipakai untuk skala internal dengan tingkat pemurnian 60% methane. Sampah juga dilakukan insinerasi, yang merupakan pakai untuk membakar sampah anorganik.

TPA Kebon Kongok juga mengolah sampah  menjadi bahan baku batako dan paving block dalam skala kecil yaitu dari 8 kilo sampah per hari. Nantinya olahan menjadi plastik block ini akan dilakukan oleh perusahaan dari Finlandia, untuk membangun dari plastic block sekolah-sekolah yang rusak di Lombok Utara.

Nantinya TPA Kebon Kongok ini akan ditutup dalam lima tahun ke depan, dan beroperasi penuh hanya sebagai pusat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Landfill akan berpindah tempat ke TPA Lemer Lombok Barat dengan luasan 147 hektar.

"Nantinya TPST Kebon Kongok ini diharapkan bisa menjadi Stasiun Peralihan Antara (SPA). Sehingga bisa meringankan operasional toko barang di Kota Mataram karena di sini sampah sudah terpilah, dan di Lemer nanti sudah disiapkan lahan 147 hektar, dengan juga ada Pusat Pengelolaan Sampah Terpadu (PPST), dan TPA Regional yang baru dan industrialisasi pengolahan sampah. Jadi sampah terpilah di Kebon Kongok, akan diambil oleh perusahaan di sana," kata Radyus. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya