Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Jokowi: Alih Kelola Freeport Hingga Blok Rokan Bukti Keseriusan Hilirisasi

Andhika Prasetyo
13/10/2021 15:30
Jokowi: Alih Kelola Freeport Hingga Blok Rokan Bukti Keseriusan Hilirisasi
Presiden Jokowi meresmikan pembangunan smelter tembaga milik Freeport di Kabupaten Gresik.(Dok. Setpres RI)

UPAYA hilirisasi atau penciptaan nilai tambah menjadi agenda serius pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bahkan, Kepala Negara kerap menyampaikan hal tersebut dalam berbagai kesempatan.

Seperti dalam tiga terakhir, Jokowi, sapaan akrabnya, sudah dua kali memberi arahan terkait pentingnya hilirisasi di dalam negeri. Untuk memperoleh nilai tambah yang besar, penting untuk membangun banyak industri pengolahan. Sehingga, berbagai komoditas di Tanah Air bisa diproses menjadi produk setengah jadi atau siap pakai.

Namun, lanjut Jokowi, hal itu bukan satu-satunya kunci. Aspek penting lainnya ialah menguasai secara penuh hasil komoditas yang ditambang di dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia memiliki kuasa untuk memutuskan proses sumber daya alam tersebut.

Baca juga: Bangun Smelter Single Line Terbesar, Freeport Kucurkan Rp42 Triliun

"Itu alasan mengapa kepemilikan beberapa perusahaan asing kita ambil alih," ujar Jokowi di Istana Negara, Rabu (13/10).

Misalnya, PT Freeport Indonesia (PTFI). Selama 54 tahun, tambang emas dan tembaga di wilayah Papua dikuasai Freeport-McMoRan Inc., yakni badan usaha asal Amerika Serikat. Hingga akhirnya pada 2019, negara mengambil alih saham mayoritas PTFI sebesar 51%.

Baca juga: Pertamina Lampaui Target Pengeboran Agustus-September di Blok Rokan

Kemudian, ada juga Blok Mahakam di Kalimantan Selatan. Salah satu lapangan migas terbesar di Indonesia itu akhirnya secara penuh dikelola PT Pertamina (Persero). Tepatnya, setelah 43 tahun berada di bawah kendali Total, perusahaan asal Prancis.

Adapun terbaru ialah Blok Rokan. Lapangan migas yang terletak di Riau dikelola oleh Chevron selama 97 tahun. Pada tahun ini, pemerintah akhirnya bisa mengambil alih dan menyerahkan pengelolaan kepada Pertamina.

"Sekarang kita tinggal melihat, bisa tidak kita melanjutkan? Meningkatkan produksi dari yang telah kita ambil alih ini? Inilah yang masih jadi pertanyaan. Kita lihat setahun, dua tahun, empt tahun, apakah kita mampu?," pungkas Presiden.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya