Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Ekonomi Syariah Punya Peluang Terus Tumbuh

M. Ilham Ramadhan Avisena
23/9/2021 19:52
Ekonomi Syariah Punya Peluang Terus Tumbuh
Nasabah bertransaksi di Bank Syariah Indonesia(Antara/Aditya Pradana Putra)

EKONOMI dan keuangan syariah di Indonesia memiliki peluang besar untuk bertumbuh. Pasalnya mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim serta dapat menjadi pasar yang cukup signifikan mendorong keberadaan ekonomi dan keuangan syariah nasional. 

Demikian disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam Indonesia Sharia Summit 2021: Indonesia: The Future World Sharia Economics Center bertajuk Kemeslahatan Untuk Bangkit Bersama, Kamis (23/9). 

"Bagi saya yang terpenting adalah market, itu tumbuh atau tidak. Memang sebagai negara yang mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, konsekuensinya adalah kita harus meningkat dari ranking indeks syariahnya," ujarnya. 

Erick menambahkan, potensi dari pasar domestik itu kian dimantapkan dengan proyeksi pada 2025 penduduk muslim dewasa sebagian besar akan masuk dalam kelompok orang berpendapatan menengah ke atas. Hal tersebut menurutnya perlu dicermati agar menjadi peluang yang bisa ditangkap, bukan justru menjadi bumerang. 

Sebab menurutnya hal itu merupakan kelemahan dari upaya pengembangan ekonomi syariah, yaitu, kerasan menjadi pasar dari negara lain tanpa bisa memanfaatkan pasar tersebut. 

"Jadi market kita tumbuh dari yang menikmati market kita bukan lah kita. Makanya penting bagaimana kita melakukan pemetaan," terang Erick.

Erick yang juga Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) itu mengungkapkan, saat ini sedang disiapkan peta jalan untuk mendorong ekonomi syariah bertumbuh secara eksponansial. Setidaknya didapati enam sektor yang dianggap potensial menumbuhkembangkan geliat ekonomi dan keuangan syariah nasional. 

Enam sektor tersebut yakni keuangan, fesyen, makanan, perjalanan, kosmetik dan farmasi, dan media dan rekreasi. Bila industri ekonomi dan keuangan syariah mampu menangkap potensi dari enam sektor tersebut, tak diragukan pertumbuhannya akan signifikan. 

"Ini supaya ada balance, dari luar juga ke kita, jangan hanya kita pergi ke luar untuk haji dan umrah yang memang merupakan keharusan. Nah iklim ini harus kita perbaiki agar market tumbuh, tapi jangan market ini diambil oleh orang lain," terang Erick. 

"Kami di MES tidak muluk-muluk, tapi bagaimana kita ingin memastikan dan mengembangkan serta keberpihakan mengenai pasar industri halal. Di mana kalau kita bisa kuat di market kita, ke luar negeri pun akan lebih mudah. karena market kita besar, dan terus mengembangkan industri keuangan syariah," sambungnya.

Baca juga : Kunjungi Kota Solo, Airlangga: Pemerintah Terus Dukung Kemajuan UMKM

Guna mencapai titik optimum dari potensi tersebut, dibutuhkan kerja sama dan sinergi dari semua pihak. Keterlibatan semua pihak itu dinilai merupakan keniscayaan agar ekonomi dan keuangan syariah Indonesia dapat bersaing di tingkat internasional. 

Namun hal itu juga diakui tak akan berjalan dengan mulus. Sebab, Indonesia masih dihadapkan pada rendahnya literasi ekonomi dan keuangan syariah meski mayoritas penduduknya muslim. 

Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ventje Rahardjo menyatakan, literasi ekonomi dan keuangan syariah yang rendah di Indonesia telah menjadi persoalan menahun. Perubahan dan peningkatannya cenderung lambat. 

Karena itu, kata Ventje, disusun master plan 2019-2024 mengenai ekonomi keuangan syariah. Master plan tersebut diharapkan mampu menjadi rujukan bersama agar bisa bergerak ke titik tujuan yang sama, yakni mendorong pertumbuhan ekonomi keuangan syariah. 

"Salah satu program dari master plan ekonomi dan keuangan syariah itu adalah bagaimana membuat literasi ini semakin hari semakin meningkat. Untuk itu pada Januari 2021 Bapak Presiden menunjukkan brand ekonomi syariah. Brand ini juga menjadi penanda bahwa syariah dan halal itu bukan hanya untuk menjalankan kewajiban masyarakat muslim, tapi juga menjadi pilihan rasional semua orang, termasuk mereka yang non muslim," jelas Ventje. 

Sementara itu, keuangan syariah Indonesia juga dianggap cukup menjanjikan. Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengatakan, kendati pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia tergolong terlambat, namun upaya untuk memajukan industri keuangan syariah patut diapresiasi. 

"Dengan kehadiran BSI, diharapkan bisa menjadi lokomotif untuk bisa menarik potensi yang ada ini menjadi bisnis yang lebih real," jelasnya. 

"Preferensi masyarakat yang kuat untuk ikut berpartisipasi dalam perbankan syariah ini cukup menarik. Bila dibandingkan dengan perbankan konvensional, dari sisi DPK selama lima tahun pertumbuhan syariah itu dua kali dibandingkan dengan konvensional," tambah Hery. 

Namun dia mengakui perbankan syariah masih tertinggal dari sisi penetrasi terhadap PDB, kita paling tertinggal. Sebab tingkat penetrasi keuangan syariah terhadap PDB baru mencapai 3%, terlampau jauh lebih rendah dari beberapa negara lainnya. 

"Tapi masih ada sinyal menggembirakan, data selama tahun 2019, 2020, sampai 2021 ini memang perbankan syariah menunjukkan daya tahan yang tinggi, tumbuh lebih baik dibandingkan dengan konvensional maupun industri perbankan nasional, baik dari sisi aset, Juni 2021 pertumbuhannya mencapai 15,80%, sementara dari sisi pembiayaan juga tumbuh di atas 7%, dan DPK sangat bagus pertumbuhannya. Ini menggambarkan bahwa syariah ini punya wide space untuk tumbuh lebih tinggi lagi dibandingkan dengan sebelumnya," pungkas Hery. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya