Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
ASOSIASI perdagangan nirlaba yang mempromosikan serat kapan Amerika Serikat dan produk kapas manufaktur di seluruh dunia, Cotton Councul International (CCI) Indonesia, mengadakan seminar online untuk kelima kalinya guna mengedukasi dan mendorong transformasi industri tekstil tanah air.
Konferensi virtual bertemakan Sustainability and Transparency You Can Trust itu digelar pada Kamis (23/9) dengan menghadirkan perwakilan CCI di Indonesia Anh Dung Do, Wakil Kepala Misi Kedutaan Besar AMS Michael F Kleine, Global Head Makrketing Louis Dreyfus Company Steve Dyer, Chairman CCI Ricky Clarke, Executive Director CCI Bruce Atherley, dan sejumlah ahli industri lainnya.
Anh Dung Do menjelaskan, saat ini, semakin banyak perusahaan-perusahaan besar global mulai tertarik dengan apa disebut Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dan bagaimana mereka dapat berkontribusi.
"CCI hadir untuk memberikan dukungan, khususnya untuk pelaku bisnis di industri tekstil, guna melakukan transformasi industri dengan mengadaptasi tuntutan konsumen terkait produk tekstil yang mengedepankan keberlanjutan, transparansi serta ketertelusuran," katanya.
“Melalui acara ini, CCI ingin memberikan informasi yang dapat membantu para mitra kami dalam menjalankan bisnis berkelanjutan, salah satunya melalui inisiatif industri kapas AS seperti U.S. Cotton Trust Protocol®. Ini merupakan bukti nyata dari komitmen CCI untuk bekerjasama dan berkolaborasi dengan para pelaku dan pakar industri untuk memajukan industri tekstil tanah air,” tambah Andy Do.
U.S. Cotton Trust Protocol adalah program industri kapas AS yang menetapkan standar baru untuk kapas yang ditanam secara berkelanjutan. Program ini membawa tujuan dan pengukuran yang dapat diukur dan diverifikasi untuk produksi kapas berkelanjutan dan mendorong peningkatan dalam metrik keberlanjutan utama.
Baca juga : Pengamanan Data Digital Perbankan, Kebijakan OJK Fokus Perlindungan Konsumen
Dengan bergabung dengan program ini, anggota dapat membuktikan, mengukur, dan memverifikasi bahwa mereka membeli serat yang diproduksi secara berkelanjutan dan berkualitas, dan bahwa rantai pasokan dari lapangan ke pabrik bebas dari risiko lingkungan dan sosial. Hal ini telah dibuktikan melalui melalui Field to Market, diukur dengan Fieldprint Calculator, dan diverifikasi dengan Control Union Certifications yang dilengkapi dengan teknologi terbaik
Di sisi lain, seminar itu juga bertujuan untuk membuat para pelaku industri tanah air lebih mengetahui manfaat menjadi anggota COTTON USA Licensing Program dan menggunakan label COTTON USA . Lebih 3,8 miliar produk telah dengan bangga membawa nama COTTON USA sejak 1989. Saat ini, ada lebih dari 40 perusahaan dari berbagai sektor seperti spinning mills, fabric producers, garment manufacturer dan local brands yang menjadi CUSA licensees di indonesia
Label COTTON USA adalah tanda kepercayaan dan kualitas yang kuat bagi konsumen. Label COTTON USA dapat untuk digunakan pada produk yang terbuat lebih dari 50% kapas AS. Nyatanya, hasil penelitian mengenai hang tag menunjukkan bahwa label COTTON USA lebih diminati daripada tag “100% katun".
Ada juga program lisensi COTTON USA yang mengizinkan pemegang lisensi dapat menggunakan label COTTON USA untuk menyoroti produk kapas A.S. dalam seluruh rantai pasokan dan ritel. Untuk memenuhi syarat sebagai pemegang lisensi COTTON USA, seluruh pemegang lisensi (pabrik, produsen, penjual grosir, perusahaan pemasokan, merek, dan/atau penjual ritel) wajib menggunakan lebih dari 50% kapas A.S. dalam produknya (garmen, produk tekstil rumah, dan non-tenun).
Melalui program lisensi tersebut COTTON USA mendukung mitra dengan beragam layanan bernilai tambah seperti COTTON USA SOLUTIONs berupa lima program pengembangan bisnis untuk meningkatkan keahlian sudah diberikan pada lebih dari 1.500 pabrik di 50 pabrik negara. Lima program yang diterapkan gratis untuk pemegang lisensi COTTON USA dan anggota U.S. Cotton Trust Protocol meliputi Mill Exchange Program, Mill Mastery Course, 1 to 1 Mill Consults, Technical Seminar dan Mill Studies
"COTTON USA selalu berkomitmen untuk meningkatkan perhatian publik terhadap pentingnya kapas berkualitas tinggi yang sudah digunakan sebagai material dasar pembuatan bahan dari berbagai merek fashion internasional di dunia, termasuk di Indonesia,” tutup Andy Do. (RO/OL-7)
Pemerintah menyiapkan strategi baru untuk menghadapi tarif impor 19% yang dikenakan Amerika Serikat kepada Indonesia.
API memberikan apresiasi khusus kepada Presiden Jokowi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto atas upaya diplomatik yang berhasil membuka peluang ekspor lebih luas.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa menyambut positif penurunan tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dari 32% menjadi 19%.
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto menyambut positif tercapainya kesepakatan IEU CEPA.
Asosiasi menuding keberadaan mafia impor dalam menentukan kuota impor bagi kelompok tertentu membuat industri listrik di Tanah Air melemah.
Selama ini, industri tekstil dalam negeri telah menyepakati skema nontarif dengan memprioritaskan penyerapan produksi lokal, dan hanya mengimpor sesuai kebutuhan.
Pelaku usaha utamanya industri garmen, tekstil, alas kaki, elektronik, dan furnitur diminta menggenjot kapasitas mereka menjelang penerapan tarif resiprokal
Bea Cukai Surakarta melepas ekspor perdana PT Prospecta Garmindo yang mengirimkan 4.610 buah jaket dan celana ke Jepang, dengan nilai ekspor mencapai US$236.648,51 (sekitar Rp3,98 miliar).
Kementerian Perindustrian mengeklaim industri alas kaki dan pakaian nasional masih menjadi pilihan bagi perusahaan-perusahaan global untuk dilibatkan dalam kerja sama.
Jokowi menekankan pentingnya adaptasi terhadap era digital dalam memasarkan produk-produk Indonesia. Hal ini seiring dengan tantangan kondisi ekonomi global yang belum stabil.
SATUAN Reserse dan Kriminalitas Polres Pemalang, Jawa Tengah, menangkap lima tersangka pelaku perampokan truk kontainer garmen berisi pakaian ekspor senilai Rp1,8 miliar.
Industri petrokomia yang merupakan sektor hulu dari industri pakaian jadi tekstil dan garmen. Penurunan kinerja tekstil dan garmen diyakini bakal berimbas pada industri petrokimia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved